3. Misunderstanding

2K 361 27
                                    

Marquess Helio Trapium.
Pria tampan dengan sejuta pesona yang dimilikinya. Gadis mana yang tidak terpikat dengan ketampanannya?

Sayangnya pria tegas berhati lembut itu sudah memantapkan siapa pemilik hatinya.

Pria itu sungguh lembut lagi penurut. Perlu di ingat, sebuah realita yang amat menampar. Hal itu hanya berlaku untuk wanita yang ia cintai.

"Mengapa tidak jadi lacur pribadiku saja?"

Ruh masuk kembali ke dalam raga yang sempat kosong. Keringat dingin bercucuran membasahi pakaian yang di pakainya. Manik gadis itu mengedar sebentar, kepalanya menunduk, rasa pusing menyergap masuk tanpa di minta. Perkataan Helio masih terngiang-ngiang di benaknya.

"Pria bangs*t! Brengs*k! Aku membencinya selamanya!!"

Kaki melangkah turun menuju dapur ketika (Name) rasa perutnya lapar minta di isi.

Gadis itu melahap makanannya sendiri, di belakang taman tempat yang lumayan sepi. Kegiatan yang biasa ia lakukan, melamun sembari makan menatap kolam ikan tempatnya biasa mojok. Peduli set*n dengan tata krama, selama ia nyaman mengapa tidak? Lagipula sejak awal dirinya bagai sebuah debu yang tak terlihat dimata ayahnya.

"Aku membencinya... Fu*k Helio! Kau pria terbajing*n yang pernah aku temui!!" Otak (Name) masih tidak bisa merelakan memori dimana saat Helio menjilat habis salivanya.

Mengapa pria itu berbuat seperti itu dihadapannya? Gadis itu masih tidak bisa menerimanya, baginya itu terlalu menjijikan. Terlebih ketika Helio melakukannya namun yang terbayang di otaknya itu hanyalah kakaknya saja yang menambah rasa tertekan baginya.

"Aku mau pindah keluarga saja, keluarga ini menyebalkan. Aku mau nikah dengan duda kaya beranak satu." Gumam gadis itu.

"Pindah keluarga? Yakin ingin melakukan itu?"

(Name) terlonjak kaget, menoleh ke belakang dengan pipi menggembung penuh berisi makanan.

"Ngapain kau disini?!" Gadis itu menatapnya horor. Tempat ini adalah lokasi pribadinya, tidak ada satu pun orang yang pernah berlalu lalang kemari. Dan lagi, mengapa pria bersurai putih itu selalu tau keberadaannya?!

"Sudah ku bilang jangan terlalu sering merepotkan kakakmu."

Lagi-lagi kalimat itu yang muncul, semuanya selalu berujung pada kakak. Ntah pria dihadapannya ini benar-benar mencintai kakaknya atau hanya terobsesi saja.

Tapi ayolah, tokoh utama kita tidak sedang dalam suasana hati yang bagus untuk menerima perkataan seperti itu.

"Berhenti terobsesi dengan kakakku. Kak Meddie tak akan pernah mau bersanding dengan pria cabul seperti dirimu."

Lagi, perkataan yang membuatnya kesal selalu saja terlontar dari bibir mungil gadis itu.

Sungguh!

Helio lama-lama ingin merealisasikan apa yang pernah ia pikirkan sebelumnya, menjinakkan gadis itu. Apa jadinya jika (Name) bergantung di bawah kuasanya, dia yang mendominasi, dan (Name) hanya punya kuasa untuk berpasrah padanya.

"Kali ini membayangkan apa kau bajing*n? Beruntung kau belum ku adukan pada kakakku, makanya sampai sekarang kau belum ditatap jijik oleh kak Meddie. Coba dia tau, pasti dia langsung menatapmu jijik seolah kau adalah kotoran paling bau di dunia ini." (Name) berbicara panjang lebar tanpa memedulikan apakah Helio akan sakit hati atau tidak. Cukup tau, pria itu juga sering menyakiti hatinya dengan perkataannya. Manik (e/c)nya kembali menatap kolam ikan.

Helio membiarkan gadis itu terus mengoceh, seolah kebal namun masih tidak terbiasa.
"Jadi selama ini kau jijik padaku?"

"Ya!! Itu sangat benar! Baru menyadarinya sekarang?"

𝐏𝐇𝐀𝐍𝐓𝐀𝐒𝐌𝐀𝐆𝐎𝐑𝐈𝐂 [𝐇𝐞𝐥𝐢𝐨𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now