12. Unexpected past

1.4K 277 12
                                    

Keringat dingin mengucur dari pelipisnya, belaian pada sisian wajahnya kian menurun, mengelusi letak rahangnya berada. Bisikan lembut terdengar seiring bunyi jantung yang mulai terpacu kuat.

"Aku tidak pernah tau kalau ternyata duke Beliard punya satu lagi anak gadis.."

Psyche Poli yang berada dalam tubuh Medeia Beliard meneguk ludah gugup. Nona Medeia sebelumnya pernah menceritakannya meski hanya garis besarnya saja.

"Aku punya seorang adik perempuan, usianya tak jauh denganku. Dia gadis yang baik yang selalu menuntut kasih sayang dari ayah. Malangnya, ayah kami sama sekali tak memedulikannya dan malah mengasingkannya dari dunia luar karena ia suka membuat onar."

Bukankah itu artinya hanya segelintir orang saja yang tau keberadaannya adik nona Medeia? Lalu mengapa Iaros justru bisa tau?!

"Dimana kalian menyembunyikannya?" Bisikan yang jelas kembali terdengar pada gendang telinganya. Senyum penuk kelicikan itu selalu terpatri dari wajah tampannya.

"Apa urusannya denganmu?!" Nada bicaranya menyentak, Psyche merasa sesak dengan jarak yang tipis seperti ini.

"Ah ternyata benar ya? Sungguh sangat tidak disangka."

Detik itu juga manik Psyche membola. Ternyata Iaros hanya mengetesnya saja.

Tawa kecil menguar, Iaros tertawa dengan punggung tangannya menutupi bibirnya.

"Aku rasa dia manis dan unik."

Psyche melamun, tak menyangka Iaros akan berkata seperti itu. Dimana? Dimana letak pertemuan keduanya.

Seketika otaknya terpusat pada perkataan nona Medeia yang mengatakan adik bungsunya itu suka membuat onar. Apakah disana letak pertemuan keduanya?

"Yah kalaupun kau tidak mau memberitauku letak keberadaannya, cepat atau lambat aku pasti akan segera mengetahuinya." Tangan Iaros kembali membelai sisian wajah Psyche.

"Kau tau? Adikmu bilang ingin menjadi selirku, menarik bukan?"

Belum sempat untuk bereaksi, Iaros sudah lebih dulu menyatukan bibir keduanya, melumat bibir bawah sang jelita meminta akses lebih untuk mengajak lidahnya berdansa.

'Sial! Nona Medeia harus tau ini!'

Masih segar dalam ingatan Iaros, pertemuan pertama keduanya. Netranya bergulir menatap lekat pada wajah Medeia, membayangkan rupa wajah sang adik yang masih teringat jelas dalam memori otaknya. Surai pendek dengan netra tajam layaknya sebilah pisau yang menatap dirinya sembari tertawa kencang. Ah, Iaros merindukannya.

"Paman, aku mau yang seperti biasa satu yaa!" Suara lembut bak anak kecil memasuki indra pendengarannya, membuat Iaros yang tengah melamun dalam keterdiamannya menoleh mendapati seorang gadis bersurai pendek duduk disampingnya.

Merasa ada yang memerhatikan dirinya, (Name) balik menoleh. Tersenyum hangat pada Iaros karena moodnya hari ini tengah baik.

Senyum tipis ia lontarkan sebagai balasan.

"Tempat seperti ini sangat tidak cocok untukmu.." Ntah kenapa perkataan itu terlontar dari bibirnya.

Satu alis gadis itu naik.
"Tapi aku sudah 18 tahun tau."

Iaros cengo, menatap gadis itu dari atas hingga bawah.

"Aku tau aku datar dan tak berisi layaknya bocah yang belum puber, jangan menatapku begitu dong."

Tawa kecil lantas keluar, Iaros tertawa gadis disampingnya itu menyadari bahwa dirinya tengah diperhatikan.

"Wahh.. Terimakasih pamann!"

𝐏𝐇𝐀𝐍𝐓𝐀𝐒𝐌𝐀𝐆𝐎𝐑𝐈𝐂 [𝐇𝐞𝐥𝐢𝐨𝐱𝐘𝐨𝐮]Место, где живут истории. Откройте их для себя