19. Yesterday

1.4K 258 18
                                    

Pagi telah menyapa. Sinarnya masuk melalui celah jendela yang terbuka. Burung-burung saling bercicitan, bersemangat menyambut kedatangan sang mentari pagi.

Tapi tidak dengan tokoh utama yang masih bergelung dengan selimut.

"Ma, apa kolam ini dalam?" Gadis kecil itu menoleh. Menatap penuh tanya pada sang ibunda yang tengah menyesap teh hangatnya.

"Kau tidak akan tau kalau belum mencobanya."

(Name) menatap penuh kagum pada kolam ikan di halaman belakang rumah.

"Apa boleh (Name) coba?"

Tak ada sahutan. (Name) menoleh kembali melirik sang ibunda yang tengah melamun.

Penasaran.

Benak gadis itu di penuhi rasa tanya. Tangannya bergerak menarik gaunnya ke atas. Salah satu kaki mungilnya ia celupkan ke dalam air.

"Waaa.." Maniknya terlihat memancarkan binar senang kala pijakan kakinya telah mengenai lumpur kolam.

Beberapa ikan mulai menjauh, menghindari kaki mungil gadis kecil itu.

Kini kedua kakinya telah masuk. (Name) berkacak pinggang merasa bangga.

"Muehehehe.." Tak lupa raut wajah tengal terpatri dari wajah ayunya. (Name) Melangkah beberapa langkah guna mendapatkan sebuah teratai yang menarik perhatiannya.

Teratai telah digenggam. (Name) tersenyum ceria berniat menunjukkannya pada sang ibu tercinta. Namun itu tak bertahan lama, lumpur mulai menyerap kakinya masuk.

Gadis kecil itu panik. Menggoyangkan kakinya sekuat mungkin agar terlepas dari cengkraman lumpur yang menjeratnya ke bawah.

Bukannya terlepas, lumpur justru membawanya semakin masuk ke dalam.

"MA!! MAMAA!! TOLONGG AKUU!!" Panik mulai menguasai raga gadis kecil itu. Keringat dingin mengucur membasahi wajah ayunya.

Setengah tubuhnya telah terserap dalam lumpur.

Siluet sang ibunda nampak mendekat. Berjongkok dengan satu tangannya menumpu paras cantiknya. (Name) tersenyum lega merentangkan kedua tangannya penuh harap.

Tak kunjung ditarik, binar dimatanya kian meredup.

"Kau yang menjatuhkan dirimu sendiri kan? Sekarang naiklah kesini sendiri."

Manik gadis kecil bergetar. Raga terdiam sembari menatap sang ibunda yang masih menyaksikannya di pinggir kolam. Airmata perlahan menetes, beriringan dengan isakan kecil yang cukup pilu bila di dengar.

"Mamaa.. Aku mohonn.. Tolongg aku. (Name) janji tidak akan nakal lagi.."

Bunga teratai yang dipegangnya telah rusak. Kusut hingga menjadikannya serpihan kecil tak beraturan. Sama halnya dengan hati gadis itu yang terluka. Dengan lemah bunga teratai yang telah koyak terlepas dari genggamannya. Akankah ia akan mati konyol hanya perkara tenggelam?

(Name) mulai membayangkan kemungkinan terburuknya. Nafasnya tercekat, kesusahan untuk sekedar mengeluarkan sepatah kata. Bak ada suatu penghalang besar yang menyuruhnya tetap diam menerima kondisi yang ada.

Pada akhirnya titik-titik hitam mulai berdatangan. Netra gadis kecil itu terpejam. Dengan air yang mulai masuk lewat lubang pernafasannya.

Mulutnya secara otomatis terbuka. Secara spontan pula pasokan air dalam jumlah banyak masuk hingga membuatnya tersedak.

𝐏𝐇𝐀𝐍𝐓𝐀𝐒𝐌𝐀𝐆𝐎𝐑𝐈𝐂 [𝐇𝐞𝐥𝐢𝐨𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now