8. He know's

1.8K 312 16
                                    

"Helly! Tunggu!!"

Brukk

Penglihatannya memburam, penuh dengan linangan airmata, menggigit bibir kuat dengan hidung memerah sempurna.

"Hellyy... Huueee!!!"

Tangisnya pecah, memekakan gendang telinga sang empu nama yang dipanggil.

Helio berjongkok, mengusap bulir airmata yang terletak pada sudut mata gadis kecil itu. Tersenyum lebar seraya mendekapnya erat.

"Makanya jangan lari-lari, aku kan ngga akan pernah tinggalin kamu, (Name).."

Kepala gadis kecil itu menyembul dari balik dada Helio.

"Janji?"

"Um!"

"Tapi katanya Helly lebih suka kak Meddie.." Raut yang semula nampak senang itu seketika berubah menjadi murung kembali.

Sore menyinari, kilaunya terpantul pada senyum manis tuan muda marquess, membuat sang tokoh utama sempat terpana.

"Aku emang suka sama nona Meddie, tapi aku juga sayang sama (Name)!"

(Name) melongo, memiringkan kepalanya tanda tak mengerti.
"Apa bedanya?"

"Beda dong.."

"Apa bedanya??" Tanyanya sekali lagi, kali ini dengan nada menekan akan keingintahuan.

"Sayangnya aku jadi selalu pengen perhatiin (Name) terus.."

Lamunannya buyar, seketika memori yang tersimpan rapat dalam otak terhenti. Sang puan terkekeh ringan dengan punggung tangan menutupi bibirnya.

"Sampah." Gumamnya.

Seluruh pernyataan Helio berisikan omong kosong belaka.

Perhatian?

Kali ini tawanya terdengar lebih keras sedikit sarkas. (Name) menutup wajahnya dengan sebelah tangannya sembari memegangi perutnya yang terasa keram. (Name) menertawakan betapa bodohnya ia saat kecil dulu selalu percaya dengan apa yang dikatakan Helio.

Cinta sang tuan bagai fatamorgana yang sampai kapanpun tak pernah bisa ia capai.

Begitupun tuan yang mengharapkan cinta gadis yang ia puja bagai sebuah ilusi semata.

Merelakan hati yang sempat berlabuh adalah pilihan terbaik. Siapa yang ingin bersama dengan seorang pria yang bahkan menganggap keberadaanmu adalah orang yang ia cintai?

Bodoh pantas di kata.

(Name) merasa dirinya sempat bodoh. Mengakui dengan lantang bahwa cinta pertamanya adalah Helio tanpa mengelak dengan sejuta alasan. Dengan begitu mudah melabuhkan hati pada tipu daya yang sempurna, luluh pada perhatian kecil yang diberikan oleh sang tuan.

Meringis, (Name) menggigit bibirnya sendiri. Mengingat masa lalu memang hanya mampu membuat perasaan malu menyelinap tanpa di sengaja. Semuanya salah ayahnya, salahkan ayahnya makanya ia jadi begini. Mudah berprasangka baik pada uluran kecil yang diberikan orang lain. Terlebih pada Helio yang merupakan teman masa kecilnya. Tapi itu dulu, (Name) yang sekarang tentu lebih bisa membedakan mana perhatian yang tulus dan mana yang memiliki maksud terselubung.

Begitulah yang (Name) dapat simpulkan, Helio terlalu lama memendam perasaannya pada Medeia. Tertolak berkali-kali, bukan. Nona Medeia memang tak pernah menerima perasaannya sama sekali membuatnya frustasi hingga menjadikan sang adik dari nona yang di cintainya sebagai pelampiasan.

𝐏𝐇𝐀𝐍𝐓𝐀𝐒𝐌𝐀𝐆𝐎𝐑𝐈𝐂 [𝐇𝐞𝐥𝐢𝐨𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now