9. Feelings that exist without realizing it

1.7K 303 30
                                    

Wanitanya demam.

Berita itu dengan cepat terdengar di telinga Helio.

Panik.

Satu kata yang menggambarkan suasana hati sang tuan.

Menyelesaikan semua tugas yang diberikan Medeia lalu bergegas pulang menuju kediamannya.

Khawatir menguasai dirinya, (Name) sudah demam selama 3 hari. Helio menggigit bibirnya sebagai penyaluran rasa cemasnya. Takut-takut sang puan memiliki riwayat penyakit serius yang tidak diketahuinya.

Jantungnya berpacu cepat, dengan rambut acak-acakan Helio membuka pintu dengan kasar.

Nafasnya memburu dengan drtak jantung berpacu kuat. Tak sempat istirahat, setelah lembur beberapa hari lamanya pria itu segera bergegas menuju kediamannya.

Di dapatinya seorang tabib yang tengah mengganti kompres sang jelita. Disana (Name) tampak berbaring dengan nafas teratur.

"Tak perlu basa-basi. Cepat katakan dia kenapa?" Deru nafas sang tuan masih tak stabil. Namun rasa khawatirnya terhadap wanitanya lebih besar daripada itu.

"Nona (Name) tengah mengandung. Usia kandungannya masih muda. Faktor kelelahan serta stres berat menyebabkan ia jatuh sakit." Jelas tabib tersebut singkat.

Helio terdiam. Masih mencerna situasi yang ada. Secepat itu?

darah Helio berdesir hebat. Detak jantungnya ikut terpacu kuat dengan hati yang turut menghangat. Sampai-sampai pria itu memegangi letak jantungnya berada. Helio masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

Berjalan mendekati sang puan. Tabib mundur memberi ruang bagi keduanya.

Pipinya dielus lembut, Helio tersenyum memandangi wajah polos (Name) yang tertidur lelap.

Netranya turun, menatap lama pada perut datar sang puan yang pastinya akan berubah nanti. Tersenyum simpul sembari mengelusnya pelan.

Sang puan akan terjerat bersamanya lebih lama. Mungkin selamanya.

"Dia tau?" Tanyanya pada sang tabib.

Tabib itu menggeleng.
"Tidak. Dia istirahat total selama 3 hari dan bangun hanya untuk makan saja. Saya tidak sempat memberi tahunya karena takut dia akan shock dan berpengaruh pada janin yang dikandungnya."

Senyum Helio makin mengembang dengan mata menyipit sempurna mendengar penuturan sang tabib.

"Memang lebih baik dia tidak tau. Tapi tunggu dulu, kelelahan kau bilang? Aku bahkan memerintahkan semua pelayan untuk menuruti apa yang ia inginkan. Lantas pekerjaan berat macam apa yang ia kerjakan sehingga bisa sampai kelelahan?" Netra ungu Helio menajam. Menatap datar pada Devriana yang baru datang dengan semangkuk sup di tangannya.

Devriana yang ditatap begitu gugup, pandangannya menunduk ke bawah. Tak berani menatap sang marquess yang menatapnya tajam meminta penjelasan.

"Anu.. Nona (Name) terus bersikeras mengangkat beban berat. Saya sudah melarangnya, tapi dia bilang ini hobi barunya. Saya sudah memperingatinya, tapi nona keras kepala. Nona bilang impian barunya ingin menjadi ksatria medan tempur.." Devriana agak ragu menjelaskannya diakhir. Takut tuannya tak percaya dengan apa yang dikatakannya.

Helio nampak berkedip dua kali, setelahnya tawa lebar muncul dari bibir manis sang tuan marquess.

"Hahahahaha... Lain kali sembunyikan semua barang berat yang ada disini, jangan sampai dia keguguran hanya karena itu. Apa semua wanita yang mengidam seperti itu?" Helio speechless, otaknya kembali memutar memori masa lalu.

"Besok aku mau jadi ksatria wanita terhebat, muehehehehee..."

Gadis berusia 13 tahun itu berkacak pinggang. Netranya menyiratkan perasaan bangga pada diri sendiri karena berhasil mengalahkan Helio dalam lomba balap lari.

𝐏𝐇𝐀𝐍𝐓𝐀𝐒𝐌𝐀𝐆𝐎𝐑𝐈𝐂 [𝐇𝐞𝐥𝐢𝐨𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now