7. What u think I am?

2K 300 36
                                    

Rasa curiga mendominasi benak sang jelita, seminggu berlalu setelah dikurungnya ia di kediaman Marquess. Mengapa sang kakak tak pernah mencarinya?

Kaki melangkah tiga kali ke belakang, menumpukan badan sebentar lalu kembali mengayunkan ayunan ke depan.

Raga tengah bermain ayunan di halaman belakang kediaman marquess, sedangkang otak tengah berkelana jauh memikirkan banyak kemungkinan yang terjadi.

Wanita itu rindu pada kediamannya sendiri, rindu pada kasih sayang sang kakak yang tiap hari selalu ia dapatkan.

Netranya kembali berair mengingat Helio benar-benar memperlakukannya bagai lacur pribadinya. Tiada hari tanpa persenggamaan keduanya.

(Name) mencengkram kuat tali ayunan yang terpasang. Wanita itu menggigit bibirnya kuat.

Ketakutan mulai merasuki benaknya, (Name) sungguh tak sudi bila benih Helio menjadi bayi di dalam perutnya. Pria sialan! Kalau memang sang jelita menjadi lacurmu mengapa kau tidak sedikitpun khawatir jika ia mengandung anakmu?

Netra (Name) membulat. Pikirannya menjadi keruh, bagaimana jika Helio hanya ingin balas dendam padanya?!

Membayangkan dirinya mengandung lalu dengan gamblangnya pria itu mengatakan ia tak mau memiliki seorang anak. Wajah sang tuan yang tak peduli mulai terbayang dalam benaknya. Terlebih di saat-saat pria itu bilang ia hanya menginginkan anak dari rahim kakaknya.

Ughh sungguh!

(Name) meringis, berbagai rentetan rekayasa dialog diantara dirinya dengan sang tuan perlahan memasuki otaknya.

Kepalanya terasa berat, dengan kedua tangan melingkar di leher sang puan. (Name) menoleh mendapati Helio tersenyum manis ke arahnya.

Rasa kesalnya kian menguat, pria dibelakangnya ini hanya menginginkan tubuhnya demi kepuasan pribadi. Hati sang tuan telah terisi dengan kakaknya, tak ada satupun wanita yang bisa mendepaknya dari sana.

"Memikirkan apa? Kau melamun sampai tidak menyadari keberadaanku." Kekehan ringan terdengar di telinga.

(Name) hanya memandangnya sekilas lalu netranya kembali menghadap depan.

"Aku sedang memikirkan bagaimana bisa kabur dari psikopat gila sepertimu."

Jawaban sang puan begitu jujur, membuat senyum Helio kian merekah.

"Mustahil. Kau milikku, (Name). Dan aku tipe yang menjaga dengan baik pada apa yang telah aku miliki." Nada bicara Helio merendah, menghirup wangi dalam bahu terbuka sang jelita.

"Gila. Kau pria tergila yang pernah aku temui. Betapa bodohnya aku baru menyadari sifat gilamu itu sekarang."

Dipikir-pikir (Name) mulai merasa janggal. Setiap dirinya menghilang Helio selalu tau tempatnya berada, seolah memiliki kemampuan melihat masa depan. Mau (Name) bersembunyi di lubang tikus sekalipun pria itu pasti mengetahuinya, mengendus dengan cepat keberadaan dirinya.

Helio hanya tertawa renyah. mengecup pelan leher terbuka milik sang puan. Lidahnya terus bermain di area sana, Menyapu bersih, hingga giginya pun tak tinggal diam. Bergerak menimbulkan tanda diantara banyaknya tanda yang masih terlihat jelas, kontras dengan warna kulit yang dimiliki oleh (Name).

(Name) hanya mendiamkan pria itu, ia sudah lelah. Lelah dengan kegilaan Helio pada tubuhnya.

Kedua tangan Helio turun memeluk perut sang jelita, sesekali mengelusnya ringan. Mulutnya masih sama, membubuhkan tanda kepemilikan di bahu wanitanya.

Rahang (Name) dipegangi, hingga kini netra (e/c) itu saling bersitatap dengan manik ungu milik sang tuan.

"Cium aku.." Rengeknya.

𝐏𝐇𝐀𝐍𝐓𝐀𝐒𝐌𝐀𝐆𝐎𝐑𝐈𝐂 [𝐇𝐞𝐥𝐢𝐨𝐱𝐘𝐨𝐮]Where stories live. Discover now