Part 01

3.6K 416 51
                                    

Daren membuka matanya dan seketika terkejut saat melihat sudah tak ada Calista disana. Ia menyambar jubah tidurnya, berjalan kearah pintu kamar mandi sembari memakai jubah itu terburu-buru. Menempelkan telinganya di daun pintu sambil menajamkan pendengaran, berharap akan ia dapati suara gemericik air dari dalam sana. Saat justru sunyi yang ia temui, Daren dengan cepat membuka pintu itu. Ia belum puas jika tidak menyaksikannya sendiri dengan penglihatannya.

Sayangnya ruangan kosong adalah hal yang ditangkap oleh matanya pertama kali. Bahkan tak ada tanda-tanda ruangan itu telai digunakan seseorang untuk membersihkan diri.

Daren meraih ponselnya lalu mulai menghubungi seseorang. Tak lama dari itu dua orang anak buahnya yang berjaga di depan pintu memasuki ruangan.

"Kemana wanita itu?" tanya Daren langsung dengan nada menyentak.

Kedua anak buahnya saling melempar pandang. "Sudah pergi Tuan dari setengah jam yang lalu," sahut salah satu diantaranya.

Daren menyambar kemeja kedua anak buahnya di waktu bersamaan. "Dan kalian mengijinkannya?" tanyanya dengan nada berikut raut wajah yang membuat lawan bicaranya menciut.

"Ma-maaf Tuan, saya pikir Anda sudah selesai." Anak buahnya yang bekepala pelontos menjawab dengan tergeragap.

Daren membeku. Anak buahnya memang tidak salah, biasanya jika ia sudah selesai dengan satu wanita ia akan langsung mengusir wanita itu dari kamar hotelnya. Ia bahkan tidak pernah melakukan ronde kedua bersama wanita yang sama. Tapi dengan Calista, ia bahkan menghabiskan waktunya hingga pagi.

Seingatnya, ia baru tidur tidak lebih dari satu jam yang lalu. Itupun karena ia sudah kelewat letih dan mengantuk setelah aktifitas yang dilakukannya bersama Calista sepanjang malam. Tapi lihat, dirinya kini kembali di tinggalkan bahkan sebelum ia mengusir wanita itu keluar. Calista meninggalkannya seolah apa pun yang terjadi dengan mereka semalam tidak penting baginya.

Sial!

Tentu saja, itu pekerjaan Calista sekarang. Dia hanya bertugas melayani tamunya hingga puas, lalu akan pergi begitu pekerjaannya selesai. Tapi Daren tidak sudi ia disamakan dengan pelanggan Calista yang lain. Jelas-jelas ia adalah pria pertama Calista dan mereka juga pernah menjalin hubungan dalam waktu yang lama. Apa sedikit pun Calista tidak bisa memperlakukannya dengan istimewa? Apa ... Calista juga tidak merindukannya? Merindukan sentuhannya. Paling tidak Calista harusnya merindukan kebersamaan mereka.

Bodoh, bagaimana ia bisa lupa jika sejak dulu wanita itu tidak pernah mencintainya. Ya Tuhan, tolong ingatkan ia bahwa dulu Calista hanya berpura-pura mencintainya demi bisa memuluskan tujuannya. Wanita itu bahkan meninggalkannya saat ia terbaring koma-seakan ia tidak ada artinya, seakan kebersamaan mereka selama tiga tahun tak sedikit pun menciptakan rasa cinta di hati wanita itu.

Mengingat hal itu dada Daren seketika disengat rasa sakit. Seharusnya ia tidak boleh lupa, meski banyak yang berubah dari sosok Calista. Tapi wanita itu masih orang yang sama yang dulu pernah mematahkan hatinya sedemikian rupa hingga ia kini tidak lagi percaya dengan cinta. Bertahun-tahun Daren mengubur kisah itu berharap waktu akan menghapus kenangan menyakitkan itu dari hidupnya. Sayangnya hanya dalam waktu semalam Tuhan berhasil menghancurkan usahanya yang mati-matian ingin melupakan Calista.

Saat menyadari akan kesalahannya, Daren lalu menyentak cengkeramannya dengan keras. Ia berbalik, berjalan menuju meja dimana sebotol wine berada. "Temukan wanita itu, kalian harus membawanya kembali padaku!" titahnya seraya menuangkan wine itu kedalam gelas.

Saling berpandangan sejenak, kedua anak buahnya menjawab serentak. "Baik bos."

"Kami pasti akan segera membawanya kepada Anda."

Calista (My You)Where stories live. Discover now