Part 13

2K 331 22
                                    

Sudah tiga hari Calista sembuh dari penyakitnya dan selama itu pula Daren pergi ke luar kota, pria itu tidak mengabari Calista perihal kepergiannya. Itu pun Calista tahu dari para pelayan dirumah itu. Daren memang sudah bukan lagi Daren yang ia kenal dulu-yang akan selalu memberinya kabar apapun yang sedang dilakukannya. Calista ingat, pria itu pernah marah sekali padanya hanya karena ia pulang kerumah orang tuanya dan seharian tidak memberi kabar padanya. Sejujurnya Calista sangat merindukan Daren yang dulu yang sangat posesif padanya, tapi ia tersadar dirinya tidak lagi penting dihati pria itu. Setelah apa yang ia lakukan pada pria itu, bukankah berharap pria itu akan memperlakukannya sama seperti dulu sama artinya dengan tidak tahu diri?

Lagi pula Daren membawanya ke rumah itu bukan untuk menjadikannya ratu dirumah itu. Daren hanya ingin memenjarakannya disana agar ia tidak bisa kemana-mana. Dan lagi, Daren menganggapnya tidak lebih dari sekedar boneka seks pemuas nafsu yang kapanpun pria itu membutuhkannya ia harus siap sedia. Kesadaran akan hal itu membuat jantung Calista berdenyut dengan nyeri. Rasanya seperti ada ribuan jarum yang menusuk-nusuk didalam sana.

Andai Daren tahu dihatinya tak pernah ada pria lain selain ia, apakah Daren akan percaya? Sejak awal hubungan mereka, ia sudah penuh dengan kebohongan. Jadi wajar Calista merasa sangsi jika ucapannya kali ini akan dipercaya oleh Daren.

Calista menghela napasnya perlahan, berharap oksigen yang ia hirup dapat meredam sesak yang mencekik rongga dadanya. Ia melirik Zain yang duduk disampingnya, bocah itu sudah jauh lebih sehat dari sebelumnya. Kini Zain masih sibuk dengan mainan barunya. Mainan itu Daren yang berikan, Calista tahu dari pelayan yang menyerahkan kado itu pada Zain. Ia tersentuh mendapati masih ada kebaikan dihati pria itu untuk Zain.

"Ma, itu bukannya Om Angel?" tunjuk Zain ke layar televisi. Keduanya memang sedang berada didepan TV, sekalipun acara yang ditampilkan tak ada yang dapat menyita perhatian mereka-Calista sibuk dengan lamunannya sedangkan Zain dengan mainannya.

Calista menoleh kearah televisi dan seketika ia langsung tercenung saat layarnya menampilkan sosok Daren bersama seorang wanita dengan tajuk berita pertunangan keduanya. Mereka adalah putra dan putri konglomerat, jadi tidak aneh jika kabar pertunangan mereka disiarkan oleh stasiun televisi.

Rupanya alasan sebenarnya Daren tidak pulang dalam dua hari ini karena ia sibuk mempersiapkan pertunangannya. Saat itu juga Calista merasakan tikaman didada. Ia langsung diserang cemburu ketika menyaksikan kabar pertunangan pria itu.

"Tante itu siapanya Om, Ma?"

Calista terkesiap, ia buru-buru mengelap sudut matanya yang basah sebelum Zain menyadarinya tengah menangis.

"Ber-tu-na-ngan?" gumam Zain seraya mengeja tulisan yang ada dilayar televisi. "Tunangan itu apa, Ma?"

"Itu ... Mereka adalah calon pengantin," jawab Calista setelah berhasil menenangkan dirinya.

"Mereka akan menikah?" Zain menatap Calista dengan sendu.

Berusaha terlihat tidak terganggu oleh pemberitaan itu, Calista mengurai senyumannya. "Iya Sayang."

"Terus Mama gimana?" tanya Zain dengan kesedihan yang semakin terlihat.

"Apanya?" Calista mengusap wajah Zain.

"Zain pikir, Om mau menikahi Mama."

Kata-kata anak itu membuat Calista semakin ditampar kesedihan. Tapi ia tak ingin memperlihatkannya. "Kenapa Zain berpikir seperti itu? Tidak ada apa-apa diantara kami."

"Begitu ya Ma? Tapi Mama tidak sedih kan lihat Om dan Tante itu di TV?"

"Tidak dong, untuk apa juga Mama sedih kan ada Zain disini." Calista langsung memeluk putranya, menyembunyikan kesedihannya dibalik punggung sang putra.

Calista (My You)Where stories live. Discover now