Part 07

2.5K 405 68
                                    

Desah napas keduanya bersahutan kala Daren terus memompa tubuh wanita yang berada dibawahnya. Si wanita mengerang nikmat tiap kali Daren berhasil menyentuh bagian terdalam dari tubuhnya. Ia tak melepaskan tatapannya barang sedetik pun dari pria itu. Wajah rupawan dan kulit kecoklatan dengan abs yang terbentuk sempurna adalah perpaduan mematikan untuk membuatnya takluk dan tergila-gila. Demi Tuhan, Daren bahkan tak pernah berkata-kata manis di sepanjang penyatuan, pria itu juga tak pernah mengajaknya berciuman. Tapi sex appeal pria itu sungguh mempesona. Ia tak pernah begitu mendambakan sentuhan seorang pria sebelum ia bertemu dengan pria itu. Dan sepertinya kini ia akan kecanduan.

"Semakin cepat, Daren. Please...." Ia memohon layaknya seorang jalang murahan yang haus kasih sayang. Tapi sungguh ia tidak peduli, hujaman demi hujaman pria itu membuatnya membubung tinggi.

Tidak ada jawaban, Daren hanya fokus mengejar akhir dari penyatuan. Ia memompa wanita itu dengan cepat dan keras. Satu hentakan dihujamkannya dalam begitu klimaks menerjang diiringi satu nama yang reflek digeramkan oleh mulutnya.

"Cal...."

Si wanita yang tengah menikmati sisa-sisa orgasmenya seketika terkejut. "Cal?" Ia menatap Daren penuh tanya.

Tanpa rasa bersalah, Daren menarik diri. Turun dari ranjang hanya untuk membuang pengaman yang terdapat cairan miliknya ke tempat sampah.

"Kamu belum jawab pertanyaanku, siapa Cal?" ulang si wanita yang kini sudah duduk bersandar pada ranjang, sebuah selimut menutupi tubuhnya.

Masih mengabaikan pertanyaan si wanita, Daren dengan santai memakai kimono tidurnya.

"Daren!" sentak si wanita.

"Lupakan!" sahut Daren seraya menuangkan wine ke gelas.

Si wanita terkekeh. "Kamu memintaku melupakan, apa ada jaminan kamu juga akan melupakannya?"

Daren menatap wanita itu datar sebelum menenggak gelas winenya. "Aku sedang berusaha."

"Berusaha?" Si wanita menatap Daren tak habis pikir. "Berapa lama kamu akan berhasil melakukannya?"

Daren mengangkat bahu. "Aku sudah lama melakukannya, tapi tidak pernah berhasil. Jadi jika kau ingin menyerah, kau bisa katakan pada orang tuamu untuk membatalkan perjodohan kita." Ia mengedipkan sebelah matanya pada Maureen yang terlihat syok.

Sejak perkenalan mereka waktu itu, Maureen tidak pernah berhenti menghubunginya. Wanita itu bahkan terang-terangan menawarkan tubuhnya, tapi Daren selalu beralasan. Daren lebih senang melakukan seks dengan wanita bayaran. Tanpa ikatan dan mereka juga tidak memakai perasaan melakukannya, jadi Daren tidak repot-repot menjelaskan pada mereka tiap kali ia menjeritkan nama Calista di dalam permainan.

Tanpa rasa bersalah, Daren berjalan kearah jendela kaca. Kamar hotel tempat ia menginap berada di lantai lima jadi dari posisi itu ia bisa melihat pemandangan ibu kota dimalam hari dengan segala keindahan lampu-lampunya. Sikapnya yang cuek seolah menunjukkan ia tidak peduli jika ucapannya menyakiti Maureen ataupun tidak.

Hening yang menyelimuti sesaat lamanya membuat Daren yakin jika permintaannya kali ini akan dituruti oleh wanita itu. Tapi ia terkejut saat tiba-tiba tubuhnya dipeluk dari belakang.

"Itu karena kau belum menemukan wanita yang tepat untuk membuatmu melupakannya," ucap Maureen seraya menyandarkan wajahnya pada punggung Daren. "Tapi tidak denganku, karena aku ... aku akan melakukan apapun untuk membuatmu melupakan wanita itu," lanjutnya.

Daren tertegun, dan tanpa mengatakan apapun ia membiarkan lengan wanita itu tetap melingkari tubuhnya.

Benarkah akan ada yang mampu menghapus nama Calista dari hati dan pikirannya mengingat sekarang saja yang ada di otaknya hanya Calista, Calista dan Calista. Kebenciannya pada wanita itu justru membuat namanya melekat kuat diingatan hingga Daren tidak mampu meniadakannya.

Calista (My You)Where stories live. Discover now