Part 15

2.1K 342 25
                                    

Daren terpaksa membawa Louisa ke rumah lantaran Aryan tak kunjung menjemput bocah itu. Ia sudah menunggu lama kedatangan Aryan dikantornya sejak jam pulang kantor tiba, hingga matahari tenggelam. Louisa bahkan sudah tertidur, anak itu sepertinya kecapekan setelah menjadikan kantornya sebagai taman bermain. Daren tidak berani meminta sopir untuk mengantarkan Louisa ke rumah orang tuanya, bisa-bisa mamanya akan mengomelinya lantaran bukan ia yang mengantarkan Louisa ke rumah. Usai pertengkarannya kemarin dengan sang mama, Daren belum siap jika harus kembali berurusan dengan mama kandungnya itu. Hatinya masih dilingkupi amarah pada wanita itu.

"Loh kita ada dimana Om?" tanya Loiusa yang kini sudah terbangun dari tidurnya. Bocah itu langsung menegakkan badannya usai mobil mereka memasuki pelataran rumah.

"Rumah Om, tapi jangan bilang siapa-siapa ya Om tinggal disini!" Selama ini yang keluarganya tahu Daren tinggal di apartemen, ia baru membeli rumah ini begitu memutuskan tinggal dengan Calista beserta putra wanita itu.

"Kenapa Om minta Louisa bohong?"

"Bukan berbohong, tapi hanya menutupi hal yang tidak perlu diungkapkan."

"Lalu apa bedanya?"

Daren menghela napasnya kesal. "Intinya ini rahasia, tapi jika kau mengatakan soal ini pada orang lain maka Om juga akan mengatakan pada mamamu tentang kau yang sudah makan banyak jajanan hari ini."

Louisa mencebik. Sang mama memang sudah melarangnya makan berlebihan sebab menurut mamanya tubuhnya itu sudah kelewat subur dibanding anak seusianya. "Baiklah kalau begitu, tapi dosanya Om yang tanggung ya." Ia terkikik.

Daren menarik napasnya kembali. "Dasar gendut, ayo turun," ujarnya sebelum membuka pintu disampingnya.

"Enak aja ngatain Louisa gendut!" Meski kesal kepada Omnya itu, Louisa tetap mengikuti pria itu.

"Wah rumah Om besar juga ya, aku pikir Om tidak punya uang seperti papa untuk membeli rumah," ucap Louisa seraya menatap seisi rumah dengan takjub.

"Sembarangan! Sudah sana, kamarmu ada disana. Nanti kalau butuh apa-apa, kamu bisa minta pada pelayan. Om mau istirahat!" Daren menunjuk sebuah kamar di dekat jendela sebelum meninggalkan bocah itu begitu saja.

"Dasar Om nyebelin!"

"Om dengar ucapanmu!" balas Daren seraya terus mengayuh langkahnya.

"Hehe ... nggak kok Louisa nggak ngomong apa-apa."

Saat melihat Daren menaiki tangga, Louisa menjulurkan lidahnya. Ia baru akan pergi ke kamar yang ditunjuk oleh Daren ketika melihat kepala anak kecil menyembul dari salah pintu kamar yang ia lewati.

"Astaga, siapa itu?" tanyanya sebelum melangkah waspada ke kamar dimana dirinya menyaksikan sesuatu.

Kepala anak kecil kembali menyembul dan Louisa kembali terkejut.

"Kau siapa?" tanya Louisa sembari terus mendekati anak lelaki itu.

"Namaku Zain," jawab Zain yang kini sudah menampakkan diri dihadapan Louisa dengan wajah tertunduk malu.

"Zain?" Louisa menatap Zain menilai. "Kau tinggal disini?"

"Zain, kamu bicara dengan siapa?" seruan Calista dari dalam kamar membuat Zain terkesiap.

"Kalian siapa?" tanya Louisa begitu melihat kemunculan Calista.

"Eh kami...." Calista tersekat, ia terkejut mendapati adanya anak kecil lain di rumah ini. Dari penampilan bocah itu, Calista tahu anak itu bukanlah anak pelayan disini.

"Mereka bekerja dirumah ini," sahut Daren yang tiba-tiba sudah muncul dibelakang Louisa.

"Apakah mereka pelayan Om?" Louisa menyimpulkan.

Calista (My You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang