Part 17

2.2K 379 32
                                    

Calista kembali dari dapur, ia membawa makanan dan minuman yang telah disiapkan untuk Daren. Melihat pria itu sudah berada dimeja makan, sedang melakukan panggilan yang entah dengan siapa membuat Calista tertegun sejenak. Ia perlu mengurut napasnya pelan-pelan. Biasanya ia sudah menghidangkan makanan dan minuman diatas meja sebelum pria itu turun untuk sarapan. Hari ini Calista sengaja menyiapkan makanan agak siang mengingat ini adalah hari libur, Daren tidak mungkin bangun pagi sebagaimana biasanya.

Daren menoleh kearah Calista. "Hari ini aku ada acara, kita bertemu besok saja dikantor," ucapnya kepada ponselnya dengan terus memperhatikan Calista.

Tanpa kata Calista menghidangkan makanan dengan canggung dihadapan Daren.

"Iya Maureen, kita pasti akan segera bertemu," lanjut Daren dengan sengaja menekankan nama Maureen.

Calista mendengar itu, kalau tidak salah nama yang disebutkan Daren tadi adalah nama tunangan pria itu. Calista sadar, ia tidak berhak cemburu. Tapi itulah yang ia rasakan saat ini. Berusaha terlihat biasa, Calista beranjak dari tempat itu.

"Louisa mengajak kalian pergi berjalan-jalan."

Ucapan Daren membuat Calista berhenti melangkah, tapi ia kembali menghela kakinya saat menyadari kata-kata itu bisa jadi bukan untuknya.

"Kau tidak dengar ucapanku?" sentak Daren seraya menatap Calista dengan kesal.

Calista berbalik. "Maaf, kau berbicara denganku?"

"Apa disini ada orang lain?" Daren bersedekap. Sementara ponsel miliknya sudah tergeletak dimeja.

"Ku pikir kamu masih berbicara dengan ponselmu." Calista meremas jemarinya.

Daren tersenyum miring. "Sudah tidak," sahutnya "Jadi bagaimana dengan ajakan Louisa tadi? Dia ingin mengajakmu dan putramu pergi berjalan-jalan hari ini."

"Itu terserah kau, jika kau mengijinkan kami pergi, aku tidak keberatan."

"Sebenarnya aku tidak mau mengijinkan, tapi karena Louisa pasti memaksa, aku tidak mungkin menolak permintaannya."

Calista tercenung, benaknya menghangat saat mengingat anak itu. Ia sangat suka melihat interaksi antara Louisa dengan Daren. Pria itu meski sejak dulu selalu berkata tajam tapi Daren selalu lemah pada permintaan keponakannya. Calista masih ingat dulu Daren pernah mengajaknya ke wahana bermain untuk menemaninya menjaga keponakannya yang bernama Austine. Sudah sebesar apa ya Austine sekarang? Calista sudah tidak pernah lagi melihat anak itu sejak hubungannya dengan Daren kandas.

"Apakah kau sedang berpikir untuk kabur?" sentak Daren salah paham. Tahu-tahu Daren sudah berada dihadapan Calista, pria itu memberi Calista tatapan tajamnya, seolah-olah ia siap menyemburkan amarahnya pada wanita itu. "Jika kau sedang berencana untuk kabur, dengan sangat menyesal aku harus katakan ... aku juga akan ikut bersama kalian," sambungnya seraya mencengkeram kedua bahu Calista.

Suara mobil yang memasuki pelataran mengentak keduanya.

"Louisa sudah datang, kau cepat panggil putramu! Dan ingat kata-kataku, kalian akan dihukum jika sampai melarikan diri," ucap Daren sebelum kembali duduk didepan meja makan dan menyantap sarapannya.

***

"Om, Louisa mau itu! Louisa mau itu!" tunjuk Louisa pada salah satu booth makanan yang menjual permen kapas.

"Kau sudah memborong hampir seluruh isi mall ini Louisa, masa masih belum cukup juga?"

Louisa menoleh ke kedua anak buah Daren yang kini berjalan di belakang mereka-keduanya sibuk memegangi belanjaannya.

"Ayolah Om, kan Om yang ajakin Louisa jalan-jalan. Gara-gara Om maksa Louisa ikut kalian, Louisa jadi ditinggal sama papa dan mama...." Belum sempat Louisa menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah dibekap oleh Daren.

Calista (My You)Where stories live. Discover now