23 🔞

31.4K 1.3K 50
                                    

Lumayan panjang, ini partnya Mark doang.

***

Haechan berkerut heran, dia memandangi sekeliling tempat yang Mark sebut sebagai tempat tinggal senior mereka.

"Ini beneran apartnya senior Yuta?" Tanya Haechan untuk yang kedua kalinya.

Mark mengangguk, dia mendudukan dirinya disofa, mendongak menatap Haechan yang masih berdiri celingukan.

"Terus, plesdisnya dimana?"

Mark mengangkat kedua bahunya sekali, "gak tau, Chan. Pan kita baru nyampe."

Mark memberikan alasan untuk meminta bantuan Haechan agar mencarikan flashdisk senior mereka yang bernama Yuta. Haechan tau senior itu, hanya sebatas tau karena Yuta itu gengnya berandalan. Ya, semacam itu lah kalau denger kabar dari orang lain.

"Yuk, kita cari. Plesdisnya warna apa?"

"Katanya item." Jawab Mark. Diam-diam dia tersenyum melihat Haechan yang polos sekali dia bohongi.

"Lo beneran temenan sama bang Yuta?" Tanya Haechan, dia tengah menggeledah laci dibawah tivi.

"Iya."

Mark berdiri, dan menghampiri lemari di sudut dekat pintu balkon. Dia pura-pura mencari sesuatu.

"Lo berandalan, dong."

Mark terkekeh, "bisa iya bisa kagak, lagian bang Yuta dibilang berandalan cuma gara-gara penampilannya aja. Aslinya orangnya baik. Makanya anggota gengnya banyak."

"Lo anggotannya juga?"

Mark berdehem kecil, dia tersenyum miring melihat Haechan yang sedang menungging menghadapnya. Mark menjilat bibir bawahnya lalu terkekeh tanpa suara, dia kembali sibuk saat Haechan menoleh kearahnya.

"Iya, gue kenal bang Yuta dari jaman menengah atas, udah kayak abang sendiri." Jawab Mark.

Haechan ngangguk beberapa kali, dia menghela napas sambil berdiri berkacak pinggang.

"Disini gak ada, cari dikamar pemiliknya aja." Ucap Haechan.

Mark ngangguk, dia membiarkan Haechan menggeledah kamar yang berada disebelah kiri. Tapi belum ada 5 menit Haechan sudah keluar lagi.

"Didalem kagak ada apa-apa. Cuma kasur doang sama lemari. Kayaknya kamar tamu." Ucap Haechan.

Mark mengangguk, "coba di kamar satunya."

Haechan melangkah ke arah kamar kanan, tapi ia putar berapa kalipun knop pintunya tidak terbuka sama sekali. Haechan berdecak kesal, dia kembali berkacak pinggang. Mark menghampiri Haechan dan berdiri disebelahnya.

"Di kunci."

Mark mencoba memutar knop pintu. Memang benar, terkunci.

"Terus gimana, dong? Siapa tau emang plasdisnya ada di dalam."

"Gak tau, Chan. Gue gak dikasih kunci kamar ini."

Haechan menghela napas, "ya udah cepet telepon bang Yuta nya."

Mark ngangguk, mengeluarkan ponsel dari kantung celananya terus menekan nomor Yuta. Tapi ya gak bakal diangkat orang seniornya itu lagi ada praktek.

"Gak diangkat, Chan."

Haechan mendesis sebal, kakinya ia tendangkan ke pintu kamar yang terkunci.

Mark ketawa, dia kembali menaruh ponsel ke saku terus meluk Haechan dari samping.

"Udah gak usah marah-marah, galak bener."

"Diem, lo. Mood gue lagi rusak." Jawabnya judes.

Mark mencium lama pipi kanan Haechan, terus dikecupnya beberapa kali sampai Haechan risih dan nempeleng kepalanya.

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang