60

9.3K 798 81
                                    

Chapter ini dan kedepannya bakalan fullll foto semua. Jadi jangan aneh, udah iyain aja mirip, ya.

***

Rasanya tentu sakit, itu yang akan Haechan jawab jika ditanya bagaimana pengalamannya melahirkan.

Lucu sebenarnya, agak geli namun begitu adanya. Dia laki-laki, tapi bisa menjadi seorang ibu.

Saat menatap lampu di meja operasi rasanya sudah semakin tidak karuan. Dada Haechan berdebar keras dengan jantung yang bertalu hebat. Tidak ada yang menenangkannya. Hanya dia sendiri dengan katakutan yang terus menyerang, hingga sang dokter menyuntikan dua kali obat bius, barulah dia terlelap.

Hilang semua rasa cemas dan sakitnya. Yang ia rasanya hanya terpejam damai. Haechan sudah pasrah. Dalam detik terakhir kesadarannya yang diambil alih, dia melantunkan sebuah doa.

Jika harus memilih, biar dia yang pergi dan bayinya yang harus hidup.

Itu lebih baik, biar baby yang ia bawa selama beberapa bulan ini melihat dunia dan ayah-ayah mereka.

Mungkin doa seorang ibu walau entah ia pantas atau tidak dikatakan seorang ibu.

Ketika sadar, Ibunya sendiri berteriak histeris. Memeluk Haechan dan menciumi keningnya berulang kali. Haechan masih gamang, dia masih belum sepenuhnya ingat apapun. Matanya memindai ruangan. Lalu bergulir pada setiap orang yang menangis memandang dirinya dengan rasa bahagia dan khawatir yang menjadi satu.

Begitupula dengan kedua suaminya, Mark dan Renjun. Mereka tersenyum lebar sambil sesekali mengusap air matanya. Memeluknya dan mencium pelipis dan keningnya bergantian. Berterima kasih dengan suara lirih.

Lalu Haechan diberitahu sang dokter kalau dia koma selama dua hari akibat syok dan rasa cemas yang berlebih.

Barulah Haechan sadar sepenuhnya.

Padahal rasanya seperti baru beberapa jam setelah dibius.

Yang ia ingat adalah dirinya berada di sebuah taman yang cantik. Sangat cantik dengan dipenuhi ilalang dan angin sejuk yang sepoi-sepoi menerbangkan rambut hitamnya. Matanya berkeliling memandang padang hijau yang memanjakan mata.

Lalu suara teriakan Jaemin membuatnya berbalik.

"Sayang! Ayo, kita kelaperan." Katanya dari kejauhan.

Haechan mengerutkan keningnya, melihat Jaemin, Jeno yang memangku seorang anak kecil, Mark, serta Renjun dan ada satu anak kecil lagi yang melambai riang ke arahnya. Mereka memanggil namanya untuk mendekat.

Semuanya tersenyum dan melambai dengan ceria. Haechan menyunggingkan senyumnya, ikut merasakan bahagia dan mengangguk dengan cepat. Langkah kakinya ia bawa untuk mendekati mereka semua. Namun sebuah cahaya putih langsung menerpa penglihatannya dan Haechan terbangun.

Terbangun dari koma setelah operasi dua hari yang lalu selesai.

"Ya ampun sayang, kamu udah sadar?!" Jeno dan Jaemin menjerit bersamaan, mereka baru saja masuk sehabis dari kantin bawah. Langsung bergegas mendekat dan memeluk Haechan setelah diberikan ruang.

Haechan sudah dalam keadaan ranjangnya yang dinaikkan. Dia tersenyum lemah. Belum sepenuhnya bisa bergerak lebih.

"Terima kasih Tuhan.." Jaemin menangis, mengecup pelipis Haechan berkali-kali.

Dalam ruangan semuanya keluarga berkumpul, enam mertuanya tengah tersenyum bahagia begitupula kedua orang tuanya, apalagi Ibunya yang tak hentinya untuk menangis.

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang