54

9.3K 887 89
                                    

Haechan duduk di mobil dengan gugup. Hari ini rencananya dia akan bertemu dengan keluarga Jaemin.

Setelah kejadian semalam. Kakaknya dengan keras dan tegas mengultimatum semua pacarnya agar tidak berharap jauh kalau memang tidak mendapat restu sama sekali.

Lalu sisanya ia dan Ten, calon kakak iparnya itu bercerita panjang lebar tentang hal-hal random yang membuat Haechan kembali tertawa. Dia bahkan sampai lupa mengobati ke empat pacarnya.

Haechan melirik Jaemin yang diam saja. Wajah itu kaku dan datar. Haechan menunduk. Karena perkataan Johnny semalam, semuanya kalang kabut mencari cara agar sebisa mungkin dan secepat mungkin mendapatkan restu dari orang tua masing-masing.

Dan itu membuat Haechan tidak enak. Haechan hanya nampak seperti merepotkan orang-orang bahkan dia tidak melakukan apapun dan hanya menunggu hasil keputusan.

"Kenapa sayang?"

Suara berat Jaemin membuatnya tersentak kecil. Haechan melirik sebentar sebelum menggeleng.

"Enggak." Katanya pelan.

Jaemin terdengar menghela napas, tangan kanannya ia bawa untuk meraih tangan Haechan. Menggenggamnya dengan lembut dan mengusapnya pelan.

"Jangan mikir yang aneh-aneh, ya. Kasian baby. Kamu juga jadi tegang kan."

Haechan tidak menjawab, lebih memilih menunduk.

"Udah dong, sayang. Aku malah khawatir ini."

"Aku cuma..gak tau kenapa malah pesimis."

"Enggak sayang, kok pesimis sih. Orang tua aku udah setuju. Seriusan."

Jaemin membelokan mobilnya dengan satu tangan, lalu mengklakson satu kali dan pintu gerbang tinggi menjulang itu terbuka.

Haechan mendongak menatap ke depan, sedetik kemudian mulutnya menganga lebar.

Dia tau Jaemin itu kaya, tapi tidak menyangka kalau rumahnya akan sebesar ini. Sepertinya bukan rumah. Tapi mansion.

Benar-benar megah, mewah, dan besar.

"Yuk, kita udah di tunggu didalem."

Haechan makin mengkeret dengan rasa tidak percaya yang datang lagi.

Tentu saja keluarganya tidak akan sepadan kalau dibandingkan dengan keluarga Jaemin.

Walau kaya tapi bukan kaya sekali, ini sih keterlaluan kaya.

Haechan menatap sekitar dengan takjub. Halaman luas dengan adanya air mancur putih di tengah-tengah. Dikelilingi oleh patung-patung dewa-dewi Yunani.

Haechan menggeleng pelan, satu patung itu pasti bisa membeli sebuah mobil, Haechan yakin.

Tangannya kembali digenggam lembut, Mereka berjalan masuk kedalam dan disambut beberapa pelayan yang berjejer rapi membungkuk dan mengucapkan selamat datang.

"Dimana Ayah dan Mama?" Tanya Jaemin pada seorang pria paruh baya dengan stelan jas hitam.

"Di ruang tengah tuan muda."

Haechan berdehem, tuan muda, bisiknya dalam hati.

Masuk ke dalam rumah Haechan semakin menganga takjub. Benar-benar definisi orang kaya yang tau bagaimana caranya terlihat kaya.

Mereka berjalan lurus, belok kiri, dan terpampang sebuah ruangan setelah melewati ruang tamu.

Besar sekali dengan perabotan yang ditempatkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan luas.

"Ma." Panggil Jaemin.

Seorang wanita cantik yang tengah membaca sebuah majalah menoleh. Matanya melotot, menggulung majalah itu dan berjalan cepat ke arah mereka.

Si Seme Yang Di Uke KanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang