Random 2

8.1K 801 42
                                    

Malam pertama

Malam ini ternyata hujan lebat turun lagi. Sekarang ditemani dengan guntur dan kilat yang membuat siapapun pasti kaget.

Untung Haechan sudah tidur, Mark sengaja menyetel musik instrumen agar Haechan tidak terlalu takut ataupun kaget.

Mereka bertiga, Mark, Jaemin dan Jeno tengah duduk di sofa sambil menatap televisi yang gelap. Sehabis mengerjakan tugas dan beberapa pekerjaan lainnya mereka justru tidak mengantuk. Ini diakibatkan oleh segelas espresso buatan Jaemin yang membuat mereka melek. Bahkan kantukpun sepertinya pergi.

Berakhir dengan sesi obrolan random penghilang bosan.

"Kalian udah dapet kabar dari Renjun?"

Mark maupun Jeno menggeleng pelan. Lalu ketiganya menghela napas.

Rencana pernikahan mereka sudah bulat akan diadakan hari minggu di minggu ini. Berarti sekitar 5 hari lagi menjelang hari-H. Namun Renjun belum mengabarkan apapun sama sekali.

"Pulangnya mepet kali, gak mungkin dia lepas tangan gitu aja kan?" Tanya Jaemin.

"Menurut gue enggak, gue yakin nyokap bokapnya pasti masih belum lunak."

Jawaban Mark membuat mereka mengangguk. Lalu helaan napas terdengar dari sela mulut masing-masing. Baru kali ini mereka merasakan gabut. Bingung mau ngapain, hanya duduk diam sambil mendengarkan suara petir dan kilat yang menyambar.

"Bentar lagi kita nikahkan?" Jeno yang duduk ditengah melirik mereka berdua. Keduanya mengangguk bersamaan, "kalau kita nikah, berarti malam pertama kan? Tapi Haechannya lagi hamil, padahal malam pertama hal yang tidak bisa dilupakan.."

Jaemin melirik Jeno lantas mendengus keras, "kasian baby, bego. Lu mau Haechan kram?"

Mark menjentikkan jarinya, posisi duduknya berubah sedikit membungkuk dengan kedua siku yang diletakan diatas paha.

"Tapi kata Jeno bener sih, malam pertama gak mungkin bisa dilupain. Bakalan beda sama malam-malam sebelumnya. Apalagi kita harus extra hati-hati. Itu yang lebih menantang."

Jeno mengangguk setuju. "Nah itu dia, bagaimana cara agar kita mengontrol diri sendiri karena inget baby. Dan juga kita harus sabar kalau Haechannya kelelahan. Kita gak mungkin masuk sama-sama kayak dulu kan?"

Jaemin terdiam, matanya sedikit menerawang. Lalu terkekeh pelan.

"Tapi cara agar Haechan mau itu yang susah."

Jeno mengibaskan tangannya menatap Jaemin.

"Justru itu, kita harus buat dia mengerti kalau malam pertama itu istimewa. Kita juga harus membuat dia menikmati tanpa rasa takut baby kenapa-napa. Lagian gue yakin hormon ibu hamil pasti juga pengen 'gitu' kan?"

"Bener! Kita harus selembut mungkin. Gue yakin Haechan pasti ketagihan." Sambung Mark.

Mereka terdiam, otak standar seme masing-masing membayangkan imajinasinya mengudara hingga jauh. Ketiganya saling melirik satu sama lain dan tersenyum penuh makna.

"Ugh, belum pada tidur?"

Haechan membuka pintu kamar sambil mengucek mata.

"Kenapa?" Tanyanya dengan nada serak, Haechan memundurkan kepalanya menatap aneh tiga pacarnya yang sedang tersenyum.

"Kalian kenapa?"

Selanjutnya dia bergegas menutup pintu dan bergegas menguncinya. Haechan merinding hebat.

"Mereka kenapa senyum miring-miring begitu? Gak kerasukan hujan lebatkan?"

****





Kurang kerjaan


Jaemin menghentikkan langkahnya saat melihat Haechan diruang londry tengah berdiri dengan sebuah kameja panjang putih menerawang dengan short pants hitam yang tembus pandang dibalik kemeja.

Jaemin tersenyum miring, dia melangkah mendekati Haechan yang menghadap ke arah mesin cuci.

Haechan sendiri tersentak kaget saat sebuah tangan meremas pantat kanannya. Dia menoleh dan mendapatkan Jaemin yang sedang tersenyum.

"Hai sayang." Lalu mengecup bibirnya sekilas dan berbalik pergi.

Haechan mengerutkan dahinya. Tapi kemudian mengangkat bahunya tidak peduli.

Tak lama setelah Jaemin, Jeno juga menghentikan langkahnya saat tak sengaja menatap Haechan yang berdiri memunggungi dengan kemeja kebesaran tembus pandang itu.

Suara mesin cuci yang berputar menandakan Haechan tengah menunggu cucian.

Jeno terkekeh kecil, dia berjalan menghampiri Haechan dan meremas kedua bongkahan kenyal itu dengan gemas.

"Hai sayang."

Haechan kembali terlonjak kaget, menoleh dan melihat Jeno tengah tersenyum lebar.

Sebuah kecupan didaratkan dengan mulus diatas bibirnya. Jeno beralih mengecup keningnya dan berbalik setelah selesai meremas pantatnya.

Haechan berkerut makin heran.

"Pada kenapa sih.." katanya pelan. Lalu menggelengkan kepalanya sedikit. Baru saja memencet tombol kuras untuk membuang air di mesin cuci.

Haechan kembali dibuat kaget saat sedang menatap kaca mesin cuci dengan posisi sedikit membungkuk.

Kali ini pantatnya diremas oleh Mark.

"Sayang." Katanya dengan senyuman.

Haechan langsung menegakkan tubuhnya.

Tapi Mark langsung berbalik pergi.

Haechan menatap pacarnya dengan ekspresi aneh.

Tapi masih cuek dan menghadap lagi mesin cuci untuk menekan tombol dry.

"Ya Tuhan."

Lagi-lagi dia tersentak kaget merasakan kedua pantatnya diremas. Saat berbalik Jaemin dan Jeno mengecupnya secara bergantian lalu berbalik pergi dengan santai.

"Errghh, berhenti lakuin itu!!"

***



Es krim pisang

Cuaca panas begini memang enaknya makan es krim. Apalagi bantuan Ac tidak mengurangi gerah. Tetap saja bagi Haechan panas dalam tubuhnya juga perlu pendinginan.

Makanya dengan riang dia berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas. Di freezer banyak tersedia es krim berbagai rasa dan jenis.

"Mmm, es krim pisaang.." katanya dengan ceria. Mengambil es krim berbungkus kuning dengan rasa dan berbentuk pisang.

Haechan berbalik menutup kulkas dan duduk di kursi makan.

Membuka bungkus es krim dengan hati riang. Matanya berbinar, lidahnya terjulur untuk menikmati rasa es krim itu. Setelah agak basah baru Haechan membuka kulit jeli es krim dengan giginya secara perlahan.

Lidah kemerahannya terjulur lagi. Bergerak menjilat ke atas dan kebawah dengan gerakan lambat. Afeksi rasa nikmat terasa memenuhi rongga mulutnya.

"Ughh nikmat."

Lalu memasukkan es krim ke dalam mulutnya. Ia hisap dengan perlahan, dikeluarkan dengan gerakan lambat, lidahnya menjilat seluruh permukaan hingga terlihat licin dan basah. Terus seperti itu, kulum-hisap-jilat-hisap.

Matanya memejam menikmati rasa manis dan segar, keringatnya mengalir melewati pelipis.

"Eummph.. mmh.."

Haechan melenguh tertahan, memelankan temponya dan melepaskan hisapan pada es krim hingga membuat benang saliva menggoda serta embun yang keluar dari sela mulutnya.

"Fwuaah,, seger bangeettt. Panas-panas makan es krim emang cocok, hihi."

Haechan terkikik geli, dia menggigit jeli yang sudah ia kupas. Matanya tak sengaja menatap tiga pacarnya yang tengah duduk di ruang tengah dengan laptop masing-masing.

"Kalian kenapa tegang begitu?"

****

Si Seme Yang Di Uke KanWhere stories live. Discover now