22. APA YANG TUMBUH?

748 114 11
                                    

Burung-burung merpati bertebaran di atas pohon cemara nan menjulang tinggi. Irama air mancur menghipnotis telinga siapa pun yang mendengarnya sehingga menimbulkan ketenangan. Percikan airnya membelai pori-pori kulit yang kering. Tidak hanya itu, aroma rumput basah pun membuat hidung terasa segar.

Di sinilah ratu peri mengajak keempat kesatria dari Zeros bercengkerama. Taman istana peri. Taman tanpa tembok maupun birai-birai. Pemandangannya saja awan-awan dan balon udara yang berterbangan. Peri-peri mungil pun berterbangan mengiringi balon udara.

"Seharusnya kalian memberitahuku dari mana asal kalian. Kalau aku tau kalian dari Zeros, aku takkan nekat menghukum," ujar ratu peri.

"Kenapa begitu, Ratu?" tanya Stella.

"Sejak dulu hingga kini, Zeros berperan penting dalam kehidupan pulau ini. Keindahan dan kemegahan pulau ini ada campur tangan dari penduduk Zeros. Seperti bunga-bunga yang bermekaran indah di tiap penjuru, bibit dan pupuknya ada campur tangan rakyat Nordu. Kemudian Cofus mengirimkan kesatria-kesatria hebat untuk melindungi pulau kami. Juga dari daerah-daerah lain pun ikut andil dalam melestarikan pulau kami. Sekarang tidak kusangka, empat kesatria tangguh dari Zeros menyelamatkan istana peri dari kekacauan yang dilakukan Arvie, si elang raksasa yang sampai saat ini menjadi bencana terbesar Pulau Para Peri."

Ayunan yang diduduki ratu peri bergoyang ke depan-belakang. Sambil menjelaskan beberapa hal kepada keempat kesatria yang kini duduk di kursi batang pohon, ia menaburkan makanan burung kepada burung merpati. Sedangkan keempat kesatria tersebut menyimak dengan saksama.

"Arvie bisa dibilang monsternya Pulau Para Peri. Sejak satu tahun lalu, monster itu selalu mengacaukan tempat kami dan mengancam keselamatan penghuni pulau ini. Paruhnya yang tajam itu selalu mengeluarkan api. Sejauh ini, tidak ada satu pun racun atau kekuatan yang bisa membunuhnya. Kami hanya berhasil menciptakan racun tidur yang hanya bisa menjeda pergerakan ganas Arvie selama dua musim. Setelah itu, Arvie akan kembali bangun. Oleh karena itu, kami harus jitu dalam memprediksi musim karena seminggu sebelum dua musim berakhir, Arvie harus diberikan racun tidur lagi," jelas sang ratu.

"Apakah kalian sudah melakukan penelitian terkait kelemahan monster itu?" Valerio bertanya.

"Sudah, tetapi tidak berhasil. Monster itu sangat kuat."

Nahas sekali kondisi pulau ini. Di balik keindahannya ternyata menyembunyikan sisi gelap. Penduduk Pulau Para Peri mungkin bisa bermanja dengan alamnya yang indah, tetapi tidak bisa santai dalam menghadapi keadaan. Penduduk Pulau Para Peri jadi tidak bisa menikmati keasrian alam secara mutlak.

"Lupakan sejenak tentang Arvie, dia sudah kami urus. Sekarang aku ingin tahu apa tujuan kalian kemari."

Sebelum menjawab, Stella menyibak rambut bersinarnya terlebih dahulu. "Tujuan utama kami adalah Pulau Silentium. Kemudian menurut peta, kami harus memilih jalur Pulau Para Peri."

"Tujuan kami ke Pulau Silentium adalah merebut kembali pusaka Bintang Putih dari genggaman Ratu Sinorifada," tambah Valerie.

Ratu Peri mengangguk, "Ah, aku mengerti. Aku mendengar informasi mengenai takdir itu dari para kesatria Zeros di sini. Usut punya usut, ratu itu hanya bisa dikalahkan oleh seorang keturunan leluhur suci istimewa. Aku tidak terlalu paham akan seluk-beluk leluhur suci, tetapi adakah di antara kalian yang memiliki darah leluhur suci yang dimaksud?"

Valerie, Henrick, dan Valerio sontak menunjuk Stella.

"Aku kira Anda sudah menyadarinya, Ratu. Dia yang paling beda di antara kami," ujar Henrick masih menunjuk Stella.

"Itu benar, kami semua menyertainya dalam perjalanan ini," timpal Valerie.

"Aku tidak menyadarinya, tetapi aku curiga. Saat melihat perubahan gadis belia ini, aku sendiri takjub. Bahkan dengan wajah rupawannya, Stella bisa menyaingi kecantikan seratus peri sekaligus."

STELLA || The Future Holder of Zeros [✔]Where stories live. Discover now