24. PEDULI

736 120 8
                                    

"Selamat tinggal semuanya!!" pamit Stella kepada para peri yang hadir. Perjalanannya di pulau ini telah berakhir.

"Terima kasih atas bantuan yang kalian berikan, kami akan selalu merindukan pulau indah ini," lanjut Valerie seraya melambaikan tangan.

Para peri yang menyaksikan kepergian keempat kesatria itu bersorak memuntahkan kalimat selamat tinggal sambil melambai-lambai. Ratu peri berdiri paling depan sambil mengawasi pengawalnya yang turut membantu para kesatria Zeros menyiapkan balon udara.

Balon udara diterbangkan. Detik-detik meninggalkan Pulau Para Peri memulai hitungannya. Lambaian tangan masih terlihat jelas meskipun balon terbang makin jauh. Stella dan Valerie tak henti-hentinya membalas lambaian tangan tersebut.

Berdasarkan peta, tujuan selanjutnya yaitu Pulau Malam. Henrick bilang, pulau itu selalu disangka dimusuhi matahari karena langitnya selalu gelap. Tidak pernah sedetikpun pulau itu tertimpa sinar matahari. Stella menerka, kulit mereka pasti sangat putih.

"Berapa jam lagi bagi kita untuk sampai ke Pulau Malam?" Stella basa-basi.

"Belum lima menit perjalanan, kamu sudah menanyakan kapan kita akan sampai?" heran Valerio seraya menurunkan bentangan peta.

"Aku hanya ingin tahu estimasi waktunya, Valerio."

"Kita tidak bisa memprediksinya, Stella ... tapi pasti akan diusahakan supaya tiba seawal mungkin."

Stella berharap tidak memakan waktu seharian karena ia takut mabuk udara. Namun, ini lebih baik daripada harus mendayung perahu di tengah laut.

"Valerie," panggil Stella.

"Ya?"

Stella mendekati telinga Valerie, membisikkan sesuatu. Henrick dan Valerio saling melemparkan tatapan bingung. Sebenarnya apa yang digosipkan dua dara di depan mereka?

"Astaga ... kenapa kamu baru memberitahu sekarang?"

"Aku kira dia sudah memintanya," sahut Stella.

Valerie menepuk jidat sedangkan Stella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Di sisi lain, Valerio dan Henrick kebingungan.

"Akan aku urus nanti."

"Kalian sebenarnya membicarakan apa?" tanya Henrick penasaran.

"Eeeemmm, bukan suatu hal yang penting," balas Valerie.

Valerio geleng-geleng kepala, "Selama kita berada dalam satu tim, tidak baik jika saling menyembunyikan rahasia. Itu tidak solid namanya."

"Tapi nanti kalian akan tahu, tenang saja," jawab Stella santai.

Akhirnya, kedua lelaki itu tidak ambil pusing. Mereka menganggap hal tersebut wajar karena wanita suka menggosip.

"Perdana Menteri Anantha sangat cerdas memilih rute perjalanan. Kita selalu disuguhi keunikan dari masing-masing pulau," puji Stella. Ia mengalihkan topik.

Henrick mengangguk setuju, "Perjalanan kita belum tuntas. Mungkin kita akan menemukan keunikan lain di dunia ini."

"Suatu saat nanti, aku pasti akan merindukan petualangan ini bersama kalian."

STELLA || The Future Holder of Zeros [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang