38. MARRIAGE PROPOSAL

631 93 2
                                    

Satu tahun kemudian ....

Harum semerbak bunga mawar begitu menusuk hidung, memberikan suasana tenang bagi siapa pun penghirupnya. Terlebih pada saat kita berendam bersamanya. Tidak hanya ketenangan yang didapat, tetapi juga aroma tubuh yang wangi. Kini, seorang tuan putri belia sedang memosisikan dirinya pada situasi tersebut. Selama sepuluh menit terakhir, Stella memanjakan badannya di dalam hangatnya rendaman air mawar. Lelah dan stresnya seakan luntur, digantikan kedamaian dan kelengangan.

Tidak mau berlama-lama berendam karena takut kulitnya keriput, Stella keluar dari bathub. Sebenarnya ragu kalau hanya dibilang bathub, lebih pantas dibantu kolam di dalam kamar mandi kerajaan. Hanya keluarga kerajaan yang boleh mandi di sana.

"Ah, segarnya." Stella kecanduan aroma tubuhnya sendiri.

Gadis itu meraih handuk, menutupi badannya yang basah. Ia pun memanggil pelayan agar membawakan gaun kering.

Beberapa detik kemudian, pelayan kepercayaan Stella datang sambil membawakan nampan gaun.

"Kau selalu tau selera gaunku, Antheya," puji Stella pada kinerja pelayannya.

Antheya tersenyum, "Selepas memakai gaun ini, aku akan menghias rambutmu. Silakan."

Tangan Stella terulur, menerima sodoran gaun dari Antheya. Ia melihat beberapa corak mawar di gaun tersebut.

"Oh, sepertinya aku mabuk mawar."

---oOo---

Tangan Antheya lihai menghias rambut Stella. Kali ini, Stella meminta rambutnya dihias dengan sederhana bermodelkan wavy half-updo atau keriting longgar dengan ikatan di bagian tengah. Tak lupa dilengkapi aksesoris tuan putri berupa tiara kecil.

"Sudah selesai. Apakah ada yang kurang, Putri?" tanya Antheya memastikan. Digubris gelengan oleh Stella.

"Sudah cukup. Kau melakukannya dengan baik."

Stella kemudian menatap pantulan bayangannya sendiri di cermin. Tidak ada yang berubah selama setahun terakhir selain usia. Menurut perhitungan usia di Zeros, Stella sudah memasuki usia dewasa. Kemampuan bertarungnya juga meningkat pesat. Ia sudah menguasai berkuda, berpedang, dan berpanah-panahan. Kekuatannya juga berkembang dengan sangat baik. Dengan keseluruhan progresnya itu, Stella dengan kentara mendapatkan julukan wanita paling tangguh di seluruh Zeros.

"Antheya," panggil Stella.

"Ya, Yang Mulia?"

"Kau bukan hanya pelayanku, tapi juga temanku."

Antheya tersenyum, "Aku bisa menjadi apa pun untukmu, Yang Mulia."

"Sahabatku, Valerie, dulu pernah bilang ... jika dengan sesama teman, kita boleh memanggil dengan nama saja, tidak perlu pakai gelar."

Memorinya memutar pada kejadian setahun lalu atau pertemuan pertamanya dengan Valerie. Ia masih ingat semua nasihat Valerie waktu itu. Salah satunya, tentang panggilan antarteman.

"Tidak, Putri, terkesan tidak sopan."

"Antheya, kau adalah temanku. Kau bisa memanggilku dengan apa saja tanpa memakai embel-embel tuan putri," tekan Stella.

Namun, Antheya tetap menggeleng, "Aku temanmu, tapi aku tetap harus menghormatimu."

"Asal kamu tau, Antheya, umurmu dua tahun lebih tua dariku. Dan yang lebih tua harus lebih dihormati."

Gadis berselendang cokelat itu menunduk, seperti kehabisan kata-kata untuk menggubris Stella.

"Panggil aku dengan nama, ya?"

STELLA || The Future Holder of Zeros [✔]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora