25. NAGA

718 106 9
                                    

Perjalanan sudah memakan waktu dua puluh jam. Akan tetapi, tanda-tanda Pulau Malam belum terdeteksi. Valerio juga tidak bisa memprediksikan sejauh mana lagi mereka akan sampai karena di udara tidak mengandung petunjuk di peta. Tidak ada yang bisa dilakukan selain termangu di keranjang balon udara sambil melihat-lihat awan dan bentuknya.

"Aku sepertinya akan mabuk udara." Stella memegangi perutnya.

"Satu-satunya benda yang bisa dijadikan wadah adalah tas ranselmu. Silakan saja isi dengan muntah," celetuk Valerio.

Stella mendesis. Baru malam tadi Valerio bersikap manis tetapi sekarang kembali ke kepribadian aslinya. Menyebalkan.

"Semoga di Pulau Malam tidak ada ancaman bahaya," gumam Stella. Ketiga mitranya mengangguk setuju.

"Beruntung tidak ada monster yang menyerang kita saat malam. Berharap pagi ini kita tidak bertemu—"

ROOOAAAARRR!!

Suara erangan itu bergetar di gendang telinga Stella dan ketiga mitranya. Suara tersebut seperti suara naga karena terdengar sedikit nyaring.

"O-ow, aku menyesal mengatakan kalimat tadi," ujar Henrick.

"Bersiaplah!" Valerio memberi aba-aba karena menduga suara itu berasal dari monster yang hendak menyerang.

"Oh, tidak bisakah aku menetralisasi rasa mual di perutku dengan tenang? Mengapa selalu ada monster yang mengganggu!" ketus Stella.

"Bukan waktunya, Stella! Hentikan dulu celotehmu dan bersiap kerahkan kekuatan," timpal Valerie.

Tak lama kemudian, seekor naga merah bersayap menghampiri balon udara mereka. Ukuran tubuhnya setara dengan hiu bertaring yang pernah ditemui di tengah laut. Namun kali ini dalam versi terbang.

Naga itu mengelilingi balon udara. Mulutnya terbuka kemudian memuntahkan api. Beruntung balon udara berhasil menghindar.

Wuz! Wuz! Wuz! Wuz!

Henrick mengeluarkan bola-bola api dari telapak tangannya untuk mengadang serangan bola api dari mulut naga itu.

ROOAAAARRRR!!

Valerio mengeluarkan pedangnya. Kakinya bersiap melompat ke punggung naga itu.

"HATI-HATI, KAK!" seru Valerie.

Slash! Slash! Slash!

Valerio menarikan gerakan berpedang dengan indah, tetapi tidak berhasil melukai naga itu kendati tusukan pedangnya keras.

Zap! Zap!

Stella berteleportasi. Kini ia bergabung bersama Valerio.

"Kembali ke balon udara, Valerio," titah Stella.

Pria itu menurut. Ia tahu apa yang akan dilakukan Stella.

BLAAAARRRR!!

Sambaran petir yang sangat kuat. Naga itu mengerang kesakitan. Namun ketika serangan petir itu berhenti, naga itu pergi membawa Stella yang bermukim di punggungnya.

STELLA || The Future Holder of Zeros [✔]Where stories live. Discover now