Author POV
"Apa yang kalian inginkan?"
Quinn tersenyum miring saat [Y/N] melontarkan pertanyaan tersebut. "Sudah jelas, bukan? Aku ingin kita bertarung," jawabnya.
"Tapi kali ini," gadis bersurai indigo itu menggantungkan kalimatnya. "Bukan hanya untuk membuktikan bahwa kau memanglah kuat, tetapi sebagai bukti bahwa siapa yang lebih cocok bersama Killua," ucapnya.
"Jika kau menang melawanku, maka kau bisa memiliki Killua. Tapi jika aku yang memenangkan pertandingan, maka kau harus menyerahkan Killua padaku," kata Quinn menyilangkan tangannya. "Bagaimana?"
[Y/N] mengerutkan keningnya kesal, menggertakkan giginya dalam diam. Tangannya mengepal kuat, tak terima bila Quinn mengangap Killua sebagai benda. Benda yang bisa dijadikan bahan taruhan dengan mudah.
"Jangan kau berani menyebut Killua sebagai benda. Dia bukan benda yang bisa dipindahtangankan semudah itu!" seru gadis itu marah.
Senyuman di wajah Quinn memudar. "Aku juga tidak ingin menyebutnya seperti itu. Tapi hanya dengan cara itu saja aku bisa mendapatkannya kembali!"
Ia lalu beranjak turun dari tempat tidur [Y/N]. Berjalan mendekati sang gadis pemilik kamar. "Seharusnya akulah yang akan bertunangan dan menikah dengannya! Bukan kau! Kau merebutnya dariku! Kau, [Y/N] [L/N], merebut Killua Zoldyck dariku, Quinn Midford!" maki gadis itu.
"Kau tidak tau seberapa kerasnya usahaku agar keluarga Zoldyck menerimaku. Aku bekerja keras berakting dihadapan mereka semua sebagai gadis baik-baik, terutama dihadapan Illumi-sama, dan Kikyo-sama. Untuk apa? Agar mereka merestui hubunganku dengan Killua!"
"Aku selalu berusaha bersikap manis dihadapan Killua! Agar dia menyukaiku, dan memberiku apa yang kuinginkan! Tapi kau datang dan menghancurkan semuanya! Kau membuat mereka membatalkan pertunangan kami lalu membuangku! Ini semua salahmu! [Y/N] [L/N]! Kau yang bersalah di sini!" bentak Quinn melontarkan semua perasaan yang tak lagi tertahankan di dadanya.
Alvaro datang menghampiri gadis itu. Mengusap punggungnya guna menenangkan emosinya. "Lupakan saja mengambil Killua kembali. Aku akan membunuhmu supaya kau tidak mengganggu hidupku lagi!" Quinn melepaskan genggaman Alvaro padanya, menajamkan kukunya hendak menusuk [Y/N].
Namun gadis bersurai coklat itu bergerak lebih cepat dari perkiraannya. Tiba-tiba saja gadis itu sudah berada di belakang Quinn, mengunci pergerakannya dan menodongkan kukunya yang tajam pada leher Quinn. Alvaro yang ingin menolong gadis indigo itu mengurungkan niatnya saat menatap mata [Y/N] yang penuh dengan hawa nafsu pembunuh.
Jika saja ada orang lain di dalam ruangan itu selain mereka bertiga, maka dapat dipastikan orang tersebut akan jatuh pingsan atau berlari ketakutan saat merasakan aura membunuh [Y/N].
'Aura membunuhnya hampir mirip seperti Illumi-sama, tidak. Seperti gabungan aura membunuh Illumi-sama, Zeno-sama, dan Silva-sama,' batin Alvaro dengan keringat dingin yang mengalir di sekujur tubuhnya.
[Y/N] menghentakkan kakinya ke lantai, membekukan kaki hingga lutut Alvaro. Tak memberi celah bagi lelaki itu untuk bergerak. Meski jika dilihat kondisinya sekarang, tanpa dikurung pun lelaki itu tak akan berani untuk bergerak sedikit pun. "Duduk dan diam di sana," ucap [Y/N] dingin.
Gadis itu lalu berbalik pada Quinn yang ia tahan. Nampaknya gadis indigo itu tak terlihat ingin menyerah. "Biar kuberitahu kau satu hal," ucap [Y/N] mulai berbicara. "Aku tidak pernah merebut apapun darimu. Kau sendirilah yang bersalah atas kelakuanmu."
"Jika kau memiliki cermin, gunakan cermin itu sebaik mungkin untuk merefleksi dirimu. Jangan pernah kau berani menyalahkanku atas kesalahanmu. Jangan pernah kau berani menyebut Killua sebagai benda lagi. Jika kau berani, maka aku tidak akan segan-segan membunuhmu," jelas gadis bersurai coklat itu.

YOU ARE READING
My Duty [Hunter×Hunter x Reader]
Fanfiction[UPDATE SETIAP JUMAT] Ketika aku terbangun, aku menyadari bahwa aku berada di sebuah bangunan tua kecil di dunia atau bisa dikatakan dimensi yang berbeda. Aku tidak tau apa dan kenapa aku bisa berada di sini, tapi aku tau satu hal yang pasti, aku ak...