[Chp.64] Collecting Cards

783 94 29
                                        

Reader POV

Malam berlalu begitu saja. Tanpa sadar aku tertidur. Padahal aku tidak merasa ngantuk, tapi mataku dengan sendirinya tertutup. Bagaikan sebuah reaksi alami yang terjadi. Aku tidak tahu yang terjadi setelah aku tertidur. Tetapi hal yang kukhawatirkan justru tidak terjadi. Sempat kurasakan ada sebuah tangan yang menahan tubuhku, sebelum aku benar-benar tertidur. Yah, aku juga sudah tidak bisa berpikir tangan siapa yang menangkapku. Otakku hanya fokus untuk beristirahat. Aku pun tertidur malam itu.

Fajar menyingsing, sinar matahari membangunkanku. Mataku terbuka akibat silaunya sinar matahari. Mataku menyipit demi menghalang sinar matahari menusuk mataku. Setelah mataku sudah mulai terbiasa dengan terangnya cahaya matahari, aku melihat-lihat ke sekitar.

Ah, sepertinya aku tertidur di atas bebatuan yang kutempati malam sebelumnya. Aku pun berpikir kalau mungkin saja malam kemarin, bebatuan ini yang menahan tubuhku agar tak jatuh.

Awalnya sih seperti itu. Tapi tidak lagi saat kutolehkan pandanganku ke samping. Helaian-helaian rambut yang berwarna putih berterbangan karena tertiup angin. Pandanganku turun ke wajah orang di sampingku. Matanya yang masih tertutup menandakan ia masih tertidur lelap. Namun, hal itu tidak mencegah otakku untuk tidak mengenali orang yang sedang kutatap ini.

Lihatlah caranya tidur. Sungguh menggemaskan. Tidurnya juga tenang, mungkin dia bermimpi indah.

Perlahan kelopak mata itu terbuka. Menampakkan manit biru yang indah. Aku yang terkejut hanya bisa terdiam sembari menatapnya. Ah, dia menatapku kembali. Apa yang harus kulakukan? Rasanya aku seperti akan tenggelam dibalik tatapannya itu.

Bolehkah aku membahas mengenai perasaan?

Bagaimana ini? Aku tidak bisa berpaling. Manik birunya itu seakan-akan menarikku untuk menjelajah lebih jauh. Aku... tak ingin berhenti menatapnya. Ini sangat indah. Ah, kalau terus begini aku bisa terhipnotis oleh tatapannya.

Aku tahu. Tapi aku hanya menduganya. Bahwa orang ini menyukaiku. Namun, saat ini, aku tak bisa mengelak lagi. Dia benar-benar menyukaiku. Entah sejak kapan dan bagaimana. Apa aku harus membalasnya? Tapi, bagaimana jika dugaanku ini meleset dan hanya aku sendiri yang berpikir seperti ini? Aku tidak tahu harus berbuat apa. Ada perasaan yang membuatku bingung.

Jika memang benar dia menyukaiku, apa aku juga menyukainya seperti dia menyukaiku?

Ah, kenapa jadi seperti ini bahasannya? Ini malah terkesan seperti novel romansa dewasa daripada novel fiksi penggemar. Astaga, maafkan aku.

Lupakan saja. Toh, juga, belum saatnya aku memikirkan hal ini. Masih banyak yang harus kukhawatirkan daripada mengkhawatirkan hal ini.

"Ohayou, [Y/N]," sapa orang dihadapanku lembut.

"Ohayou, Killua," balasku.

"Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" tanya Killua sembari bangkit.

Aku menganggukkan kepalaku pelan. Bangkit dari posisi berbaring. Segera turun bergabung dengan Bisky dan Gon yang tengah menyiapkan sarapan. "Um, arigatou," ucapku.

"Maaf, aku terlambat bangun," ucapku lalu langsung mengambil peralatan memasak dan ikut menyiapkan sarapan.

Bisky tersenyum tipis. "Tidak apa-apa," katanya. Tangannya dengan telaten mengaduk makanan buatannya. Memastikan semua bahan matang dengan baik. "Kau terlihat kelelahan, jadi aku tak berniat membangunkanmu," tambah Bisky. Aku pun berterima kasih pada Bisky.

Setelah sarapan selesai, kami segera bersiap-siap untuk mengumpulkan kartu sebanyak mungkin. Menyiapkan berbagai persiapan yang mungkin saja kami butuh. Karena mendapat latihan dari Bisky sebelum memulai kegiatan hunting card ini, kami jadi lebih kuat dan siap untuk bertemu dengan musuh suatu waktu.

My Duty [Hunter×Hunter x Reader]Where stories live. Discover now