[Movie.01] Phantom Rouge (2)

915 111 126
                                        

CHAPTER 02: Totoria District, Number 4

Author POV

Ketiga anak itu langsung berangkat saat itu juga. Melewati bukit-bukit di malam hari. Berjalan tanpa henti di malam hari. Hal ini merupakan hal yang normal bagi tiga anak yang memiliki stamina diluar nalar. Terlebih lagi [Y/N] dan Killua yang bisa bertahan selama beberapa hari tanpa tidur.

Langit malam menemani perjalanan mereka. Melintasi satu tempat ke tempat yang lain. Hingga pagi hari tiba. Mereka pun tiba di sebuah bukit tinggi. Dari atas bukit, mata mereka bisa melihat dengan jelas. Sebuah pemandangan indah yang disuguhkan oleh dunia. Sungai-sungai kecil, rumput hijau, bebatuan tinggi, dan langit biru yang indah.

"Apakah semua yang terlihat dari sini bagian distrik Totoria?" tanya Gon.

"Ya. Bahkan jika kita pergi melihat satu per satu tempat itu akan memakan waktu dua atau tiga hari," jawab Killua.

"Kalau begitu, ayo kita bergegas. Semakin cepat kita bergerak, maka semakin cepat juga kita menemukannya," ucap [Y/N] dengan senyumannya.

"Aku akan melihat dari kota itu." Gon menunjuk sebuah kota yang berada tak jauh dari tebing yang mereka pijaki. "Lalu aku akan mulai dari sana. [Y/N], kau ikut denganku, ya," kata Killua. Sang gadis menunjukkan raut kecewanya. "Kenapa? Aku bisa sendiri," ucapnya cemberut.

Killua melingkarkan tangannya pada leher gadis bersurai coklat itu. "Bukan apa-apa. Hanya ingin bersamamu," katanya sedikit malu-malu. Gadis itu pun menghela napas lelah. "Baiklah," balasnya tak mau berdebat. "Nanti kita akan berkumpul dimana?" tanya gadis itu.

Jari telunjuk Gon terangkat, menunjuk sebuah bangunan dengan jam dinding yang tinggi di kota yang akan ia telusuri. "Kau lihat menara jam di tengah kota itu?" Kedua temannya mengangguk. "Bagaimana kalau kita berkumpul di sana jam enam sore nanti?" Seolah setuju, mereka bertiga langsung bergerak menuju tujuan masing-masing.

Mari kita lihat perjalanan Gon terlebih dahulu.

Langkah kakinya bergerak menuruni bukit, menuju ke kota tersebut. Kakinya berlari dan melompat ke atas pohon-pohon. Setibanya ia di kota, anak berambut hijau itu melangkah di atap-atap rumah. Melewati satu rumah ke rumah lainnya. Ia lalu memanjati sebuah bangunan tinggi dan memerhatikan pemandangannya. Apakah sesuai dengan yang digambarkan Kurapika atau malah sebaliknya.

"Bukan di sini, ya..." gumamnya sedikit kecewa. Ia kemudian berjalan lebih masuk ke dalam kota. Berbaur dengan para penduduk dan menanyakan lokasi tempat yang ia cari. Senyum ramah ia lemparkan pada setiap orang yang ia tanyai. Hingga siang hari, ia masih belum menemukan apa yang dicarinya. Ia menghela napas pelan seraya memerhatikan kota dari atas sebuah bangunan tinggi. "Yang ini salah juga..."

Perhatiannya teralihkan dengan suara tepukan tangan yang meriah berasal dari dalam kota. Dari atas sana, ia bisa melihat ada sekumpulan orang menyaksikan sesuatu. Anak itu memutuskan untuk mendekati kerumunan itu. Ia melewati beberapa orang dewasa, maju ke barisan depan.

Rupanya ada seorang anak bersurai pirang yang tengah melakukan pertunjukan kecil dengan bonekanya. Boneka tersebut digerakkan dengan kedua tangannya, layaknya boneka tersebut benar-benar hidup dan dapat bergerak dengan sendirinya. Boneka tersebut berdiri di atas sebuah bola sambil tangannya bermain juggling. Tak lama kemudian, benda tersebut melompat dari atas bola dan memberi tunduk hormat. Tepukan tangan yang meriah diberikan orang-orang atas pertunjukan yang mengesankan itu.

My Duty [Hunter×Hunter x Reader]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt