18. justice

78 24 1
                                    

Namun pada akhirnya, Aku memilih untuk pulang ke Rumah.

Jarak dari sini ke Rumahku bisa dibilang sangat jauh, perlu waktu kurang lebih satu jam untukku sampai.

Sepanjang perjalanan, aku terus meringis merasakan sakit dibagian belakangku.

Dan saat sudah mulai memasuki Kota, aku langsung memutar otak untuk mencari ide. Memikirkan cara agar saat sampai di Rumah nanti, Ibu tidak menyadari kepulanganku.

Aku benar-benar takut jika ia melihatku dengan penampilan berantakan dan seragam Sekolah yang kotor ini.












Dan sekarang, aku sudah berdiri didepan Rumah.

Kulihat dari luar jendela Ruang tamu, ada bayangan Ibu yang sedang mondar-mandir. Ah, aku tidak akan lolos kali ini.

Akan sangat sulit untuk memasuki Rumah tanpa terlihat olehnya. Maka akhirnya, Aku terpaksa masuk dengan keadaan seperti ini.



Dan ya, reaksi pertama yang Ibu tunjukan adalah wajah penuh kekhawatiran, dan memerah, mungkin karena menangis.

"Kemana saja kau? Kenapa baru pulang Malam-malam begini?" Tanya Ibu dengan suaranya yang gemetar.

Aku hanya diam tak menjawab, karena suaraku sudah pasti juga akan sama gemetarnya.

Ibu melepaskan pelukannya, matanya memandangiku dari atas sampai bawah. Jika sudah begini, aku tak ada pilihan lain selain menceritakan yang sejujurnya pada Ibu.







"J-jimmy yang melakukannya, Bu." Ucapku sebelum Ibu bertanya.

Wanita itu mengernyit. "Apa yang dia lakukan padamu, Nak?"

Aku bingung. Usiaku memang baru 9 Tahun, tapi aku tau betul jika perbuatan Jimmy tadi benar-benar bejat.

Haruskah aku beritahu Ibu?

"Younghoon, katakan yang sejujurnya. Apa Jimmy memukulmu?" Ibu bertanya lagi.

Aku menggeleng. "T-tidak..."

Ibu mulai kembali menangis. Entah kenapa, Aku tau saat itu perasaan Ibu mulai tidak enak.

"I-ibu... Aku takut sekali," akhirnya, Aku mengadu.

Ia memelukku lagi, isakannya lebih keras sekarang. Tubuh Ibu bergetar hebat, lengannya mencengkram seragam belakangku kuat.






























Besoknya, Ibu membawaku pergi ke Kantor Polisi.

Ia menjelaskan segalanya yang sudah aku ceritakan tadi Malam.

Aku hanya menunduk dalam, rasa trauma ini... mungkin tidak akan pernah hilang.

"Cepat tangkap Pria sialan itu sekarang juga, dia telah melecehkan Anakku!" Seru Ibu yang mulai kesal saat para Polisi itu sangat lamban dalam menanggapi aduannya.

Salah satu Polisi menghela nafas. "Uhm, begini, kau tau kan jika kami tidak bisa menangkap orang sembarangan? Apalagi, kau tidak punya bukti apapun. Adakah jaminan jika Anakmu itu tidak berbohong?"

Ibu melotot kesal, sedangkan aku mencengkeram celanaku saat mendengar balasan dari Polisi itu.










PLAK!

Aku mengangkat kepala, terkejut karena Ibu tiba-tiba menampar si Pria berseragam. Dapat kulihat urat didahi dan lehernya, ia benar-benar murka.

"Brengsek, kau pikir anak sekecil ini akan berbohong dan menuduh orang lain melecehkannya? Dimana otakmu?!" Bentak Ibu.

Para Polisi itu mulai mendengus. Mereka lalu menarik lengan Ibu dan lenganku untuk keluar dari Kantor ini.

Mereka mengusir kami.

"Melihat reaksimu yang seperti ini membuat kami jadi lebih yakin jika kau hanya mengada-ada saja, Nyonya. Ajarkan Anakmu itu untuk berkata jujur!" Seru salah satu dari mereka.





Ibu dan Aku hanya bisa menganga tidak percaya.

Apakah para Polisi itu gila? Apa Jimmy membayar mereka?

Atau... karena selama ini Kota Ocena terlalu damai hingga para Polisi jadi tidak becus?

Aku tidak tau. Yang pasti, mereka semua jahat.













Diluar dugaan, Ibu membawaku ke Tempat Walikota. Aku sudah tau, Ibu akan melakukan apapun agar aku mendapat keadilan.

"Ada perlu apa?" Tanya seorang Pria penjaga keamanan yang selalu berdiri diluar gerbang tempat ini.

"Aku ingin menemui Pak Walikota." Balas Ibu dingin.

"Huh?" Pria itu mengangkat sebelah alisnya, "Maaf Nyonya, tapi Pak Walikota tidak bisa ditemui oleh sembarang orang,"

Ibu berdecak, "aku tidak peduli! Aku mau bicara dengannya sekarang juga. Jika kau menghalangi, aku tidak akan segan-segan membunuhmu!" Ancamnya.

Aku tertegun. Hari ini, untuk pertama kalinya aku melihat Ibu berkata kasar beberapa kali.

"Tenanglah, Nyonya. Dengar, aku masih bicara baik-baik sekarang, tapi jika kau mulai bersikap diluar batas, maka dengan terpaksa aku harus menggunakan cara kasar," sahut Pria tadi.

Ibu menatap nyalang Pria dihadapannya. Lengannya mengepal dan terangkat, ia memukul wajah penjaga itu.

Para Penjaga yang berada didalam Gerbang pun dengan kompak langsung keluar. Mereka semua heboh dan mulai bersiap untuk mengamankan Ibu— ingin membawanya ke Kantor Polisi.

Namun, belum sempat mereka membawa kami, suara seorang Pria paruh baya menginterupsi.

"Ada apa ribut-ribut begini?"

Dia adalah Pak Walikota.

"Wanita ini memukul wajah salah satu penjaga dan memaksa untuk menemuimu, Tuan."

Walikota itu melirik kearah Ibu, lalu bergantian kearahku.

"Tidak apa-apa, biarkan mereka masuk." Ucapnya.
























Dan disinilah aku dan Ibu, di Ruangan pribadi milik Pak Walikota. Kami berdua dipersilahkan duduk di Sofa berwarna cokelat yang terletak didekat lemari besar.

"Jadi, apa ada yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Pak Walikota pada Ibu.

Ibu mengangguk semangat, "ya, aku ingin bilang bahwa anakku baru saja dilecehkan kemarin. Aku sudah lapor Polisi, tapi mereka semua tidak mempercayaiku. Aku mohon, Pak, tolong berikan keadilan untuk anakku yang malang ini." Jelasnya.

Pak Walikota terkejut, ia lalu menatapku penuh iba, "apa itu benar? Siapa yang melakukannya?"

Belum sempat Ibu menjawab, pintu Ruangan itu terketuk, dan beberapa detik kemudian langsung terbuka.

Aku melebarkan mata, tanganku berkeringat dan kembali tremor, pelipisku sudah basah karena keringat, aku benar-benar ketakutan.

Diambang pintu, tampak seorang Pria dengan kemeja abu-abu, sedang melihat kearah kami bertiga.

"Ah, maaf. Apa aku mengganggu?" Ujarnya.

Ibu bangkit dari duduk, tangannya menunjuk Pria yang berada didekat pintu itu dengan marah.

"Dia, Pak! Pria itu yang sudah melecehkan Anakku!"











Dan dapat kulihat, Jimmy menyunggingkan senyum miring saat mendengar seruan Ibu.

[i] BOOKS OF CIRCUS : The Secret Of The Charming Maestro ✔️Where stories live. Discover now