23. a little joke

59 20 0
                                    

Aku terduduk dikursi depan Panti sambil dikelilingi oleh anak-anak penghuninya. Mereka menghujaniku banyak pertanyaan.

Dengan takut-takut, aku terus mencuri tatap kearah pintu depan, takut Deus melihatku dengan para bocah ini.

"Pasti kau sering memakan daging sapi, ya? Enaknya jadi orang kaya~" celetuk seorang anak.

"Tentu saja, kan! Younghoon, apa kau juga sering mengunjungi taman bermain impian?" yang lainnya bertanya.

Baru saja mau membuka mulut, tapi perkataan Deus sebelum kami sampai kesini langsung melintas dikepalaku.

Jangan membuat masalah, jangan terlalu dekat dengan anak-anak yang lain, dan jangan jawab apapun saat mereka bertanya.

Aku memilih untuk membuang muka, mengabaikan pertanyaan anak tadi. Hal itu sontak membuat mereka bergumam kecewa.

"hei, bocah sombong!"

Kepalaku menoleh keasal suara, ternyata yang barusan itu adalah si gadis cerewet.

Uhm, namanya Isa, kalau tidak salah?

Lagi-lagi, aku menangkap basah matanya menatap pakaian yang sedang aku pakai.

"Apa?" Tanyaku, acuh.

Isa mengerjap, ia lalu menunjuk wajahku dengan ekspresi menghakimi, "kalau ada yang tanya itu harusnya jawab, jangan diam saja!"

Aku menatapnya tak tertarik, "lalu, kau mau apa?"

"Ugh, anak ini benar-benar harus diajarkan tata krama," ia menggerutu, "ikut denganku, akan ku buat kau menyesal karena telah bersikap sombong!"

Perkataannya benar-benar terdengar seperti perintah bagiku. Karena tidak terima, aku mulai berdiri, memandangnya remeh.

"Tidak mau!" Sahutku.

Isa melotot, sedangkan aku langsung memutuskan untuk pergi dari kerumunan itu. Meninggalkan sekumpulan bocah yang menatap kepergianku dengan sedih.

"Aduh, kau ini bagaimana, sih, Isa?"

"Jangan sok galak, dong! Anak tampan itu jadi marah, kan!"

"Kau berpura-pura seperti itu agar bisa dekat dengannya, ya?"

Dapat ku dengar puluhan protes dilemparkan pada Isa.

Haha, rasakan itu.












Saat hendak masuk kedalam, seorang Lelaki dengan tubuh jangkung menghalangi jalanku.

Rasanya aneh, dia terlihat lebih dewasa dibanding anak-anak Panti yang lain. Apakah dia adalah yang tertua?

"minggir." Ujarku.

Dia tersenyum kecil, telapak tangannya terarah didepanku, memberi kode agar aku berhenti sebentar.

"Kau anaknya tuan Maestro, kan? Ayahmu tadi memanggil," ucapnya.

"Dimana dia sekarang?"

"Masih di Ruangan minum teh, mau ku antar?" Dia menawari.

"Tidak, sekarang cepat minggir." Usirku, ingin segera pergi dari hadapannya.

Saat kakiku mulai melangkah, dia malah bersuara lagi, "namamu... Younghoon, benar? Kau sudah berkenalan dengan anak-anak yang lain?"

Aku memejamkan mata risih, kenapa dia jadi banyak tanya, sih?

Mulai kembali berjalan, aku sama sekali  tidak berniat menanggapi pertanyaannya. Saat jarak kami lumayan jauh, telingaku mendengar keluhannya samar.

[i] BOOKS OF CIRCUS : The Secret Of The Charming Maestro ✔️Where stories live. Discover now