19. goodbye, mom

78 24 3
                                    

Suasananya benar-benar kacau.

Ibu menghampiri Jimmy dan terus memukul pria itu, sedangkan Jimmy hanya diam— pasrah dipukul. Pak Walikota dengan susah payah menarik lengan Ibu agar menghentikan perbuatannya.

Dan aku... hanya menangis.

Maaf, aku memang sangat cengeng.

Kini, Ibu kembali duduk dengan aku yang berada dalam dekapannya. Jimmy dan Pak Walikota duduk bersebelahan diseberang meja.













"Wanita ini bilang, kau melecehkan anaknya. Apa itu benar?" Tanya Pak Walikota.

"Huh?" Jimmy menaikan sebelah alisnya, "maksudmu Younghoon? Dia kan muridku, kenapa aku harus melecehkannya?"

Dapat aku rasakan Ibu menggeram kesal. "Sialan, jangan cari alasan!"

"Kau lihat itu kan, Pak? Wanita ini sangat pemarah, dia menuduhku tanpa bukti," ucap Jimmy.

Pak Walikota melirik Ibu dan Jimmy bergantian. Tak lama, ia menatapku.

"Younghoon, bolehkah aku bertanya?" ujarnya pelan.

Aku sangat takut untuk melepaskan dekapan Ibu, jadi, aku sama sekali tidak menjawabnya.

"Lihat, bahkan anaknya pun sudah kehabisan ide untuk berbohong," seru Jimmy.

"Diam, brengsek!" Sahut Ibu.

"Oh, tenanglah. Aku hanya ingin bertanya pada Younghoon sekarang, kalian berdua harap diam." Tegur Pak Walikota.

Ibu mengusap suraiku, memberi kode bahwa ia akan selalu ada di sampingku, jadi aku tidak perlu takut.

Aku mulai mengangkat wajah, tapi pandanganku tetap kebawah.

"Bisa kau ceritakan, Nak?" Bujuk Pak Walikota.

Aku mengangguk pelan. "J-jimmy benar-benar melakukannya. K-kemarin, diujung pinggiran Laut..."

Pak Walikota kini menatap Jimmy, "apa anak ini bisa berbohong seperti itu, Jimmy? Kau benar-benar melecehkannya, kan?"

Jimmy melengos, membuat kami bertiga mengernyit. Pria itu... malah tertawa keras sekarang.

"Bodoh sekali, Pak, kau mempercayainya?"

"Anak kecil itu sangat polos, kau pikir dia mengarang?" Sahut Pak Walikota, sepertinya kesal karena Jimmy menyebutnya bodoh.

Jimmy menatapku tajam, ekspresinya kini datar. Ibu yang melihat itu langsung mendekapku lagi, ia juga menatap Jimmy tak kalah tajam.

"Huft, baiklah, baiklah, aku memang melakukannya kemarin. Lalu, kenapa?" Akhirnya, dia mengaku.

Ibu langsung menggebrak meja, ingin menggapai kepala Jimmy dan membenturkannya ke lantai. Tapi, Jimmy lebih dulu menghindar.

"Bajingan!" Teriak Ibu.

Pak Walikota memandang Jimmy tak percaya. Selama ini, dia selalu mempercayai dan menganggap Pria itu seperti Putranya sendiri. Tapi sekarang, dia merasa benar-benar menyesal.

Lagi-lagi, Jimmy tertawa, "kenapa menyalahkanku? Salahkan saja bocah itu, kenapa sangat mudah dibodohi?"

Aku berdiri dibelakang Ibu, yang bisa aku lakukan sekarang hanya ini. Ketakutan, dan bersembunyi.

Aku lihat, Pak Walikota hendak keluar dari Ruangan, "aku akan memanggil penjaga untuk menangkap Jimmy." Ujarnya.












Namun, belum sempat dia keluar, suara tembakan tiba-tiba terdengar dari luar.

Kami semua kaget, kecuali Jimmy yang malah tersenyum lebar.

"Akhirnya, mereka sampai."

Aku tidak mengerti. Pak Walikota langsung keluar, diikuti Jimmy dari belakang. Sedangkan aku menatap Ibu yang sama bingungnya.

Akhirnya, kami berdua memutuskan untuk pergi keluar juga.
























Oh, aku benar-benar tidak bisa melupakan kejadian ini.

Untuk pertama kalinya, aku melihat pembantaian didepan mataku sendiri.

Pak Walikota dan para penjaganya sudah tewas ditembak. Genangan darah memenuhi tanah, membuat bau amis tercium.

Para penduduk lain berlari ketakutan, suara tembakan tidak berhenti terdengar.

Menyadari kehadiranku, Jimmy yang hanya berdiri itu menoleh.

"Seperti yang ku bilang, Younghoon, aku memanggil teman-temanku!"
















Saat itu, aku sama sekali tidak bisa mencerna apapun. Aku terlalu kaget.

Seandainya, aku tidak bodoh.

Seandainya, aku lebih kuat.

Dan seandainya, aku cekatan.

Semua hal ini tidak akan terjadi, kan?

Sepertinya aku terlalu lama larut dalam keterkejutan, tanpa ku sadari, seseorang berdiri di belakangku dan Ibu.

Aku yang lebih dulu menyadari keberadaannya menoleh kebelakang, mataku melotot sempurna.

"Ibu—"












Belum sempat aku berteriak, Ibu sudah terjatuh. Orang itu menusuk lehernya.

Darah Ibu terciprat mengenai wajahku.

Dan sialnya, tak lama, aku pingsan. Mungkin terlalu syok.

Hal terakhir yang aku ingat sebelum pingsan adalah, saat Jimmy membopong tubuhku dengan kasar.

















Hari itu, adalah terakhir kalinya aku dapat bersama dengan ibu.

Kami tidak akan pernah bertemu lagi untuk selamanya. Karena Ibu... sudah mati.

























(◔‿◔)

apakah kalian masih sebel sama younghoon?🙂

[i] BOOKS OF CIRCUS : The Secret Of The Charming Maestro ✔️Where stories live. Discover now