27. chitatel'

81 14 3
                                    

"sinting,"

Gadis dengan surai acak-acakan itu membaringkan tubuh dikasur, melempar pelan buku yang semalaman penuh ia baca itu dengan gusar.

"Penulis cerita ini benar-benar sinting sampai membuat karakter sinting seperti Kazuha! Penebusan dosa apanya, sih, bodoh? Dasar tidak jelas!"

Terus menggerutu, Minju mulai menghembuskan nafas dengan berat, "tapi, kenapa pemain sirkus itu memintaku untuk menjaga buku sinting ini, ya? Bahkan aku yakin 100 persen, tidak akan ada yang mau membacanya— yah, aku membaca hanya karena merasa bosan, sih,"

Minju kemudian bangkit dari posisi berbaring, kembali mengambil buku yang tadi ia baca dan menatapnya lekat.

"Buku pertama..." Gumamnya, "kira-kira, buku keduanya bercerita tentang apa? Aku jadi penasaran dengan cerita panti— oh! Aku tidak mau baca lagi, ah, menyebalkan! Masa bodo dengan masa lalu para karakternya!"

Saat ini, siapapun yang melihatnya, pasti akan mengira Minju adalah orang gila karena terus-terusan mengomel sendiri.

"Tapi, serius, deh, kenapa buku ini harus dijaga, sih?"

Gadis itu benar-benar penasaran. Padahal, buku ini biasa-biasa saja. Maksudnya, yah... seperti novel pada umumnya. Kenapa harus dijaga segala?

Netranya menilik kearah jam dinding, sudah pukul lima pagi. Ia menghabiskan waktu untuk begadang semalaman hanya untuk membaca novel.

"Astaga, insomnia-ku semakin parah saja," keluh Minju.

Ia mengucek matanya yang sedikit perih. Tak ada sedikitpun rasa kantuk yang menyelimutinya.

"Ah, mataku pasti menghitam,"

Minju mulai berdiri, mengambil sisir dan menguncir rapih rambutnya.

Jika sudah terlanjur begadang separah ini, ia akan memutuskan untuk melakukan Jogging ... jam lima pagi.

Setelah berganti pakaian, Minju menyingkap gorden, ingin melihat keadaan diluar.

Langit masih gelap, tentu saja.

Ia mulai meregangkan otot, berniat melakukan pemanasan sebelum pergi keluar.

Namun, tak lama, gadis itu mengernyit tatkala netranya menangkap pergerakan dari luar.

Awalnya, Minju kira itu kucing atau anjing tetangga yang sering dibiarkan berkeliaran. Tapi saat melihat sekelebat bayangan berlari menjauh, ia langsung melangkah mundur.

Yang tadi itu... Bukan hewan seperti kucing, maupun anjing.

Minju sangat yakin, itu adalah seorang lelaki bertubuh tinggi yang lari melesat saat menyadari bahwa Minju melihatnya.

Jantung gadis itu jadi berdegup kencang. Jujur saja, ia sedikit takut.

Tiba-tiba teringat perkataan si pemain sirkus semalam. Dia bilang, jangan sampai orang-orang itu menemukannya.

Apakah orang yang mengintip tadi adalah salah satu dari orang-orang yang dimaksud?

Jika benar... Apakah Minju dan Jaemin berada dalam bahaya?

Minju menggeleng, sebisa mungkin ia menghilangkan pikiran negatif itu dari kepalanya.

Tidak ada salahnya untuk lebih berhati-hati sekarang. Minju juga harus memberi tau Jaemin tentang ini.

Ia langsung menutup gorden, memutuskan untuk tidak jadi Jogging pagi ini. Minju membuka pintu kamar dan memilih untuk menonton televisi di Ruang tengah agar tak terlalu memikirkan hal yang tidak-tidak.














Namun, tanpa gadis itu ketahui, orang yang tadi berlari sudah kembali.

Kembali menatap jendela kamar Minju dengan matanya yang tajam.

























- BERLANJUT DI BUKU KEDUA -

[i] BOOKS OF CIRCUS : The Secret Of The Charming Maestro ✔️Where stories live. Discover now