Permainan pertama

207 47 50
                                    

Kring!!!!!

"Hah?!"

Solar terkejut setengah mati, Ia mendudukkan dirinya sembari menghela nafas kesal. Sedang asik tidur nyenyak bermimpi tentang crushnya, eh, tiba-tiba terdengar suara yang begitu nyaring membuat telinganya terasa hampir budeg.

"Cih. Gak ada lembut-lembutnya membangunkanku. Bikin jantungan saja." gerutu Solar mengacak-acak rambutnya kesal.

Solar melirik meja kecil yang berada tidak jauh dari kasurnya. Terdapat sebuat surat dan dua bungkus roti juga sebotol air minum di atas meja tersebut.

"Surat lagi? Sekarang apa isinya?"  Iapun mengambil surat itu dan membacanya.

"Satu lawan satu, 10 menit lagi akan ada yang menjemputmu."

Solar menghela nafas lelah. Kenapa harus pagi-pagi seperti ini? Kenapa tidak siang saja? Setidaknya, berikan Solar sedikit waktu lagi untuk tidur.

Ia masih belum percaya dengan keadaan yang dialaminya sekarang. Ia hanya ingin bangun disaat mimpi ini selesai. Tapi sepertinya ini bukan mimpi, karena Ia bisa merasakan sakit ketika Ia menampar pipinya sendiri.

"Awwh. Dasar Solar bodoh, jelas-jelas ini bukan mimpi." ejek Solar kepada dirinya sendiri.

10 menit berlalu, setelah Solar menghabiskan makan dan minumannya. Seseorang mengetuk pintu ruangan yang Ia tempati.

"Mop mop mop mop," ujarnya yang Solar tidak mengerti.

Seseorang atau... Alien? Itu menarik tangannya untuk mengikuti kemana Ia pergi.

"Aku bisa sendiri." ujar Solar seraya melepaskan genggaman tangan Alien dari tangannya.

Beberapa ruangan Solar lewati sampai Alien itu berhenti disalah satu ruangan yang berpintu terbuat dari besi. Solarpun masuk kedalam setelah pintu terbuka.

Ternyata ruangan yang Solar masuki adalah laboratorium. Terdapat banyak cairan-cairan aneh berwarna-warni juga wadah-wadah kecil yang berbagaimacam bentuk yang Solar sendiri tidak tahu untuk apa.

Ditengah-tengah ruangan, Ia melihat seseorang yang sedang duduk disebuah meja dengan membelakangi dirinya. Menyadari ada orang dibelakangnya, Pemuda itu membalikan badannya menghadap kearah Solar.

"Eh, kamu?" Solar terkejut melihat orang yang akan menjadi lawannya.

Pemuda yang memakai baju hitam dengan corak warna merah  dibajunya, juga topi yang mengarah ke depan dengan lambang petir ditengahnya. Pemuda itu juga yang kemarin mencurigainya.

"Oh, ternyata kamu." ujarnya memandang Solar tidak suka.

Kring!!!!!

_Selamat datang dipermainan pertama. Untuk permainan kali-ini, kalian harus saling melawan sampai salah satu dari kalian kalah. Contoh kalahnya seperti, mati, pingsan, atau mengaku kalah. Sekian, terimakasih. Muach_

Solar menahan untuk tidak muntah setelah mendengar suara terakhir. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan permainan ini. Apa Solar harus membunuh? Ia bahkan tidak sudi menjadi seorang pembunuh.

"Cih. Aku akan mengalahkanmu, itu pasti," ujar Pemuda bertopi memandang Solar dan meremehkan kemampuannya.

Solar terdiam sesaat kemudian menyeringai tipis. "Oh, ya? Kalau begitu, ayo mulai,"

"Ck."

Solar melihat Pemuda itu menggerakkan tangannya, lalu muncul sebuah pedang berbentuk petir berwarna merah berada disana, juga tidak lupa kilatan-kilatan listrik disekelilingnya.

"Kemampuannya bisa memunculkan pedang listrik?!" batin Solar meneguk salivanya susah payah, memandang pemuda itu sedikit takut

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

"Kemampuannya bisa memunculkan pedang listrik?!" batin Solar meneguk salivanya susah payah, memandang pemuda itu sedikit takut. Ia ragu dirinya akan menang.

"Rasakan nih."

Hiyaaaa

Dengan cepat Solar menghindar. Ia melempar barang-barang laboratorium kearah Pemuda itu. Si Pemuda bertopi membelah semua benda-benda yang Solar lemparkan ke arahnya dengan gesit.

"Bagaimana ini? Dia sangat hebat menghindar, kecepatannya sampai tidak bisa ku tandingi," Solar terus berusaha menghindar dari serangan yang terus mengarah kearahnya.

Karena tidak ada barang lagi yang bisa Ia gunakan sebagai pertahanan. Solar memutuskan untuk melempar kursi juga meja laboratorium yang berukuran sedang ke arah Pemuda bertopi, mengira itu cukup untuk menghentikannya. Tapi nyatanya tidak.

DEBSH... BRAK

"Hah?! Bahkan dia juga bisa membelah meja laboratorium dalam satu ayunan saja?!" Solar mengedipkan matanya beberapa kali. Tidak menyangka lawannya sangat hebat.

BBBZZZZHH

"Akh!" ringis Solar disaat Ia tidak sempat menghindari dari serangan, membuat lengan kirinya tergores cukup panjang. Ia juga merasakan tubuhnya terkena setruman dari pedang tersebut, lengannya seperti mati rasa.

"Kenapa kamu tidak menggunakan kemampuanmu, hm?" tanyanya dengan berjalan menghampiri Solar yang sedang memegangi tangannya yang lemas.

Pemuda bertopi berhenti dihadapan Solar. "Atau kamu sudah mengakui kekalahanmu?" sambungnya penuh percaya diri.

Ia kembali mengayunkan pedangnya ke arah Solar berniat menusuk perut Solar. Namun kalah cepat dengan Solar yang menendang perutnya lebih dulu, sehingga Pemuda itu mundur beberapa langkah kebelakang sembari memegangi perutnya.

"Sialan."

"Mengakui kalah? Tidak, selagi aku belum mencoba." balas Solar dengan menyeringai tipis, lalu menjentikan jarinya.

"Hah?!" Pemuda bertopi terkejut melihat lengan kanan Solar yang muncul cahaya terang.

"Nah, sekarang giliranku." Solar mengarahkan tangannya ke arah Pemuda bertopi, dan...

DHOOM!

Tembakannya pun tepat sasaran. Pemuda itu terduduk dilantai memegangi perut bagian kirinya yang sedikit bolong dengan darah berceceran dilantai.

"Uhuk.." Pemuda itu terbatuk mengeluarkan darah, Ia memegangi perutnya menutupi lubang itu dengan tangannya.

_Pemenangnya adalah Solar, karena sepertinya Halilintar tidak bisa lagi melawan. Selamat bagi pemenang._

Pemuda bertopi kedepan -Halilintar- mendengkus kesal. Ia memandang Solar yang perlahan menghampirinya, kemudian Solar berjongkok dihadapannya.

"Jadi namamu Halilintar, ya?"
Halilintar hanya diam, sesekali meringis menahan rasa sakit diperutnya.

"Sebenarnya aku tidak mau melakukan ini, tapi kamu yang memulai. Dan yaa aku tidak berniat ingin membunuhmu jadi ku tembak sebagian perutmu." Solar mendengar Halilintar berdecak dengan suara tertahan.

"Baiklah. Sampai jumpa."
Solar memutuskan untuk keluar dari ruangan setelah Ia melihat Alien yang tadi memanggilnya, walau Solar hanya mendengar kata "Mop" saja.

Diperjalanan menuju ke ruangannya. Solar tidak sengaja berpapasan dengan seorang Gadis bertudung pink memakai baju seragam sekolah yang berjalan sembari menunduk.

Ia pikir mungkin Gadis itu kalah bertarung dengan lawannya, karena Gadis itu juga memiliki beberapa sayatan dipipi kanannya.
.
.
.

🦋🦋🦋
Boboiboy dan kawan-kawan milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.

Game For Kokotiamحيث تعيش القصص. اكتشف الآن