Thorn vs Fang

160 43 75
                                    

"Hoaaam... eh, Yaya? Kamu sudah bangun?"

Thorn yang baru bangun dari tidur menoleh ke samping kirinya dimana tidak jauh darinya, Yaya yang duduk memeluk dirinya sendiri.

Yaya melirik Thorn dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Ia hanya tersenyum tipis menjawab pertanyaan Thorn.

Thorn yang melihat kondisi teman seumurannya itu terlihat buruk, Ia memilih mendekati Yaya lalu duduk di sampingnya.

"Kenapa? Tidak nyaman tidur di tanah, ya? Atau mimpi buruk?"

Ya semalam mereka terpaksa tidur tanpa alas tilam, tidur di tanah langsung itu tidak lah nyaman. Ditambah udara malam yang dingin dan hanya sebatas api unggun kecil juga pakaian yang mereka kenakan sebagai penghangat tubuh. Thorn bahkan beberapa kali terbangun karena tidak nyamannya tidur.

"Bu-bukan. A-aku tidak bisa tidur, ta-tadi malam sangat dingin. A-aku tidak tahan sama udara yang di-dingin," jawab Yaya dengan mulut bergetar.

Thorn yang melihat Yaya menggigil kedinginan dengan cepat Ia melepaskan jaket miliknya lalu menyampirkannya dibahu Yaya.

"E-eh?" Yaya tersentak kaget dengan perlakuan Thorn yang mendadak.

"Maaf. Thorn tidak tahu Yaya kedinginan," ujar Thorn merasa bersalah.

"Ti-tidak. Ka-kamu tidak perlu minta maaf, Thorn." Yaya yang tidak enak hati hendak melepaskan jaket Thorn dari pundaknya, sampai sebuah tangan menahannya.

"Jangan dilepas jaketnya, Yaya. Ini masih pagi udara juga sangat dingin,"

"Ta-tapi Thorn, ka-kamu bagaimana?" Masa iya, dirinya hangat sama jaket punya orang, tapi yang punya malah kedinginan.

"Yaya lebih membutuhkannya daripada Thorn. Lagi pula Thorn sama sekali tidak kedinginan kok," jawab Thorn dengan tersenyum.

"Te-terima kasih, Thorn."
Thorn hanya mengangguk cepat dengan senyumannya yang tidak luntur.

"Kalian berdua pagi-pagi udah mesraan aja. Aku yang jomblo iri lhoo," celetuk Taufan menghampiri dua sejoli teman seTimnya yang seumuran itu, lalu Ia duduk di samping Thorn.

"Ih, apaan sih Kak Taufan? Ganggu saja. Lagian kita tidak mesra-mesraan kok," jawab Thorn tidak terima dituduh sedang bermesraan, padahal 'kan tidak.

"Terus ngapain kalian berduaan di sini? Hayoo masih tidak mau mengaku, hmm?" Taufan kembali menggoda dengan senyuman jahilnya dan menaik-turunkan kedua alisnya.

Thorn memutar bola matanya malas. Ia melirik ke arah Yaya yang menguap dengan tangan yang menutupi mulutnya.

"Tidur lagi saja, Yaya. Tuh, di sana di tempat tidur Thorn." tunjuk Thorn kesebuah anyaman dedaunan dari pohon kelapa yang Ia buat dan digunakan alas tidur tadi malam.

"Emm, Yaya masih mengantuk kah?" tanya Taufan.

Ia baru sadar wajah Yaya yang sedikit berbeda dari kemarin. Matanya yang sayu menahan kantuk, kelopak mata menghitam, bibir dan wajah yang pucat ditambah Taufan juga melihat tubuh Yaya yang sedikit bergetar.

"A-aku..."
Belum sempat Yaya menjawab. Thorn sudah memotong.

"Nanti saja jawabnya, Yaya harus tidur. Ayo, Yaya." Thorn menarik tangan Yaya menuju tempat tidurnya.

"Sepertinya aku mencium bau-bau orang yang lagi PDKTan." batin Taufan memandang kepergian Thorn dan Yaya.

"Nah, sekarang Yaya tidur." Thorn melirik Yaya yang sedang diam sepertinya Ia ragu untuk tidur.

"Jangan khawatir sama yang lain, Yaya. Nanti Thorn yang jelasin kepada mereka kalau Yaya semalam tidak bisa tidur," ujar Thorn kembali.

"Se-sekali lagi terima kasih, Thorn. Ma-maaf merepotkanmu," Yaya menatap Thorn dengan tidak enak. Ia tidak akan menyangka ada orang yang baik kepadanya, mengingat selama ini Ia tidak punya satupun teman yang peduli padanya.

Game For KokotiamWhere stories live. Discover now