Permainan pertama, part 2

171 42 50
                                    

Hari ini adalah hari kedua dari hari penculikan bagi Yaya. Hari dimana Ia akan mulai kehidupan baru yang akan membahayakan dirinya yang terjebak disebuah permainan gila.

Yaya tidak mengerti, dosa apa yang Ia perbuat hingga terseret ke dunia kejam seperti ini. Setahu Yaya sendiri, Ia adalah gadis baik.

Akh.... Yaya lupa soal Iwan.
Ataukah ini sebagai pertanggung jawaban atas kesalahannya kepada Iwan?

Atau takdirnya saja yang memang harus disini?

Kalaupun memang iya, Yaya tidak apa-apa. Tapi, Ia tidak bisa harus membunuh orang lagi.

Ia tidak sanggup.

Ia tidak mau menambah dosa.

Ia tidak mau dicap menjadi seorang pembunuh. Tidak mau!

"Huh. Kenapa takdirku menyedihkan seperti ini?" gumam Yaya seraya menunduk, memandang selembar kertas yang sedari tadi Ia genggam.

(Kemampuanmu adalah Grvitasy dan menggandakan kemampuan fisik sebanyak lima kali lipat.) isi dari surat/kertas.

"Apa tidak cukup kah, Aku dibuang di hutan dan dirawat oleh sepasang Kakek-Nenek yang serba kecukupan?" oceh Yaya sembari meremas-remas kertas yang berada ditangannya.

"Tidak cukupkah, di Sekolah aku tidak punya teman?"

"Tidak cukup kah, aku yang selalu dibully oleh teman sebangku-ku sendiri?"

"Tidak cukup kah, aku disukai seorang gelandangan?"

"Dan sekarang. Aku terjebak di dunia orang misterius hanya untuk menjadi pemain dari permainan yang gila."

"Sampai segitunya Tuhan (Author) menyukaiku, dan menyayangiku, ya."

Yaya tersenyum miris dengan kehidupan yang Ia alami. Dari kemarin Ia selalu gelisah, memikirkan akan ada apa di esok hari. Dan hari ini adalah esok itu.

Bruk...

Dua bungkus roti dan sebotol air dilempar kearahnya oleh seseorang yang keluar dari dinding ruangan yang Yaya tempati.

"Eh! Siapa kamu?!" seru Yaya terkejut dan takut.

Orang itu bentukannya aneh. Kepalanya berwarna merah dengan satu tanduk putih, bola mata yang besar, iris matanya berwarna hijau, tangannya memiliki 3 jari berwarna merah dan kaki yang dibaluti kain pel. Yaya berpikir mungkin orang-orangan sawah yang nyasar? Ntahlah, Ia tidak tahu.

 Yaya berpikir mungkin orang-orangan sawah yang nyasar? Ntahlah, Ia tidak tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mopmop mop mopmopmop mop," ujarnya yang membuat Yaya melongo tidak mengerti.

"Mop. Mopmop mpp mopmopmop mop,"
Orang-orangan sawah Itu berseru keras. Tapi percuma, karena Yaya sama sekali tidak mengerti bahasanya.

"Mop."

Dia mengulurkan satu tangannya, disana ada selembar kertas. Yaya yang mengerti itu untuknya dengan perlahan mengambil kertas itu dari tangan si O.O.S (Orang-Orangan Sawah.)

Game For KokotiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang