Desa Hijau atau Tim Hijau?

190 48 104
                                    

Sudah 3 jam Solar dkk berjalan sesuai dengan arahan dari si Thor. Perjalanan yang tidak mudah tentunya bagi mereka lalui. Walaupun begitu, mereka berenam bisa melewatinya dengan kemampuan masing-masing. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah terowongan yang berada di depan mereka.

"Tidak ada jalan lagi di sini. Apa mungkin kita harus masuk?" tanya Solar menghentikan langkahnya. Ia berbalik menghadap ke temannya.

"Sepertinya mau tidak mau kita harus masuk Kak," jawab Yaya.

"Tapi di dalam gelap sekali, yakin kita mau masuk?" celetuk Taufan dengan ragu.

"Kita putar balik saja, yuk. Thorn takut banget," sahut Thorn seraya mendekatkan dirinya kepada Gopal yang menatap terowongan di depannya dengan tatapan horor.

"Aku setuju dengan Thorn. Orang misterius bernama Thor itu pasti sedang mengerjai kita," timpal Gopal menyetujui saran Thorn.

"Tidak mungkin Thor mengerjai kita. Dia sendiri yang menyuruh kita lewat jalan sini," balas Solar.

Kemudian Solar melirik ke arah Halilintar yang sedari tadi hanya diam. "Menurutmu bagaimana, Kak Hali?"

"Masuk. Gunakan kemampuanmu," jawab Halilintar dengan wajah datarnya.

"Ah, benar. Solar 'kan punya kemampuan cahaya. Kenapa aku tidak kepikiran, ya? Kalau begitu cepat keluarkan kemampuanmu, Solar," celetuk Taufan yang baru ingat.

Solar mengangguk. Ia juga tidak kepikiran dengan kemampuannya. Padahal dirinya sendiri yang punya tapi Ia malah lupa akan hal itu.

Solar memfokuskan matanya menatap telapak tangan, sedetik kemudian telapaknya memunculkan sebuah cahaya yang begitu terang.

Tanpa basa-basi lagi mereka melangkah masuk ke dalam dengan Solar yang berada di depan bersebelahan dengan Halilintar dan Taufan. Sedangkan Yaya, Gopal, dan Thorn di belakangnya.

Setelah cukup-cukup lama mereka berenam berada di dalam terowongan, akhirnya bisa keluar.

"Akhirnya~ kita bisa keluar juga. Kupikir tidak ada jalan keluar tadi," ujar Taufan seraya menghirup udara luar dengan rakus.

"Benar, Kak. Akhirnya~ Thorn bisa lihat lagi pepohonan," jawab Thorn menimpali Taufan.

"Huh... huh... capek juga ya, terowongannya lumayan panjang. Mana di dalam gelap, pengap, gerah lagi," keluh Gopal yang langsung merebahkan dirinya di rerumputan, disusul Thorn dan Taufan yang ikut merebahkan diri di sampingnya.

"Kita istirahat dulu di sini ya, Kak. Aku juga udah capek nih, kaki aku rasanya pegel banget," ujar Yaya mendudukan dirinya di tanah, lalu memijat pergelangan kakinya.

"Hm." Halilintar hanya berdeham. Ia mendudukan dirinya bersandar di pohon, dan Solar duduk di sebelahnya.

Hari semakin sore dan mereka berenam belum tahu harus kemana lagi. Hingga tiba-tiba terdengar suara yang meminta tolong.

"TOLONG... SIAPAPUN TOLONG AKU."

"Eh, ada yang meminta tolong," ujar Taufan berdiri dari rebahannya dan diikuti oleh yang lainnya.

Tidak lama kemudian dari kejauhan terlihat seorang gadis kecil yang tengah berlari mendekati mereka.

Gadis kecil dengan pakaian hitam-putih dengan rambut pendek sebahu berwarna abu-abu dan beberapa helaian rambut cokelat.
Gadis kecil itu langsung memeluk Yaya sambil menangis ketakutan. "To-tolong aku Kak, hiks... hiks..."

"Hei. Serahkan anak itu pada kami berdua."

Solar kembali menatap ke depan. Ia melihat dua Alien dengan salah satunya seorang perempuan berantena di atas kepalanya yang memiliki kulit berwarna hijau, dan satunya lagi yang berbadan besar.

Game For KokotiamWhere stories live. Discover now