Kepada yang tersisa

7.5K 1K 111
                                    

I need you to hold onHeaven is a place not too far awayWe all know I should be the oneTo say we all make mistake

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

I need you to hold on
Heaven is a place not too far away
We all know I should be the one
To say we all make mistake

Now Playing ; Hold On by Justine Bieber

Rendra mengacak rambutnya frustasi setelah ia pada akhirnya menemukan Jonathan terduduk di tangga darurat lantai 5. Sebenarnya, unit apartement Mahesa di lantai 7, dan pemiliknya masih berada di lantai dasar untuk mentraktir teman-temannya makan siang. Setelah kepergian Helen, Rendra memutuskan untuk menyusul Mahesa dilantai dasar sampai pada akhirnya ia melihat bercak darah di lantai menuju tangga darurat. Merasa penasaran, Rendra akhirnya memilih untuk melewati tangga itu dan menemukan Jonathan disana. Terduduk dengan tangan penuh luka, tidak melakukan apa-apa selain diam menatap nanar pada dinding-dinding putih di sekitarnya.

"Gue nggak bakal bilang sama Bang Mahe soal apa yang udah gue denger tadi. Tenang aja."

Hanya dengan begitu, raut frustasi Jonathan menghadap kearah Rendra dengan begitu terluka. "Kenapa? Bilang aja nggak papa."

"Jo-

"Gue nggak masalah kok jadi brengsek dimata semua orang. Kenyataanya emang gitu. Dulu gue berusaha baik karena itu semua terpaksa, lantaran temen-temen gue aja yang alim-alim dan imagenya bagus. Jadi gue rasa harus ngejaga sikap gue deh."

"Terus kenapa malah berhenti buat ngejaga sikap itu? Bukannya lo udah terbiasa?"

Mendengar perkataan Rendra, Jonathan hanya tersenyum tipis dengan kekehan yang begitu berat. Bukankah selama ini Rendra juga tahu siapa yang mati-matian melarangnya merokok dan minum-minuman?

Kehilangan sosoknya yang berharga membuat Jonathan juga kehilangan alasannya untuk berhenti menahan hasratnya yang kerap menggebu-gebu itu. Beberapa hal yang dulu ia tahan mati-matian, kini sudah bisa ia jajaki seenak hati. Tapi entah mengapa, kebebasan itu membuatnya merasa payah.

"Seenggaknya besok kalo mau ke kantor luka lo di bungkus perban. Nggak usah dibuka kaya gini ntar malah kena debu. Lo tau semua orang juga kehilangan dia, Jo. Semua juga ngerasa bersalah terlepas siapa yang bikin dia kecelakaan. Lo sampe kapan sih mau marah sama diri lo sendiri? Apa lo pikir dengan menghukum diri kaya gini dia bakal pulang? Apa dia bakal seneng liat kita semua kaya gini? Anak-anak udah capek ngingetin lo buat berhenti melukai diri sendiri tapi kayanya percuma deh, nggak ada yang lo hiraukan. Apa bagi lo cuma Haikala yang bisa menghentikan lo?"

"Gue cuma nggak ikhlas. Tuhan ambil dia tanpa aba-aba dan gue nggak terima, Ren!"

"Lo pikir gue terima?!" Rendra mengigit bibir bawahnya yang bergetar. Dadanya sesak, suaranya serak. Ia juga sama terpukulnya seperti Jonathan. Hanya saja ia kini sudah memegang teguh untuk tidak terus menerus terhanyut dalam kabung kehilangan itu.

Ini sudah berjalan hampir 4 bulan lamanya. Waktu juga sudah memperingatkan bahwa mereka harus melanjutkan hidup ini dengan benar. Lantas meski Rendra tidak yakin apakah diam saja adalah pilihan terbaik, ia percaya bahwa ini lebih dari cukup ketimbang menangisi Haikala dengan sesal yang tak habis-habis. Bocah itu sudah berisitirahat, harusnya mereka juga memahami itu.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Where stories live. Discover now