Ragaku meragu hidup tanpamu

5.6K 792 89
                                    

Now playing ; Golden Hour by JVKE

Dalam hidup Narda Abyu Karang yang panjang. Setengahnya adalah milik Mama dan setengahnya lagi adalah miliknya sendiri. Alasan mengapa ia memberi setengah hidupnya untuk wanita itu adalah karena ia merasa harus memberikannya. Entah berupa waktu, tenaga dan kehadiran, materi yang tak akan ia perhitungkan dan apa saja yang ia diminta, Narda akan mengusahakan semuanya, hanya untuk Mama. Satu-satunya perempuan yang tak pernah absen untuk menjadi bagian dari do'a-do'anya yang panjang, setiap hari.

Tapi bukan berarti ia lupa apa yang terjadi. Atau bahkan-- Narda adalah yang paling sibuk mempersiapkannya. Keadaan sang ibu tidak pernah membaik sejak usia Narda menginjak 16 tahun. Saat ia harusnya sibuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas, Narda diusia remaja hanya sibuk membiasakan diri untuk menjadi perawat sang ibu yang baru-baru itu mengalami kelumpuhan. Kadang ia kerap membayangkan bagaimana hidupnya ketika sang ibu pergi, apa yang akan ia lakukan, kapan hari itu terjadi dan apakah ia sanggup merasakan keadaan itu. Mengetahui bahwa orang yang paling ia sayang mengalami sakit yang tak tersembuhkan, Narda adalah yang paling tahu seberapa mengganggunya pikiran itu dikepalanya.

Narda mungkin akan terus mengutuk sang Ayah dengan apa yang terjadi pada hidupnya. Tapi tidak untuk sang ibu. Perempuan itu seolah tidak menaruh benci sedikitpun. Besar hatinya menerima nasib yang malang, pasrah ia pada lumpuh dan masa depannya yang berat. Yang pada kenyataannya itu semua ia lakukan hanya agar Narda tumbuh dengan baik, tanpa penuntutan pada apa saja, tanpa kebencian.

Dan benar. Narda benar-benar tumbuh dengan baik. Lebih dari kata baik yang diharapkan sang ibu. Ia hidup dengan banyak impian, dia menjalani hari-harinya dengan penuh warna. Dan mungkin ia tak pernah mengakui fakta bahwa ia kuat. Orang-orang yang hidup bersamanyalah yang melihatnya, mereka menyaksikan dengan mata mereka sendiri bahwa Narda lebih dari sekadar manusia berhati baja. Narda benar-benar sekuat karang dilautan yang kokoh tak terbantahkan.

Sampai hari ini, hari paling mendung yang singgah untuk sekali lagi diatas kepalanya. Hari dimana untuk sekali lagi ia harus melepaskan orang yang paling penting dihidupnya, Mama.

Prosesi pemakaman selesai pukul 5 sore dihari yang sama dengan kepergian sang ibu. Tanpa menunggu siapapun, Narda menyiapkan segala proses pemakaman dengan bantuan orang-orang terdekatnya yang datang tanpa diminta. Jenazah sampai melewati jalur udara dan syukurnya atas bantuan Mas Jerremy dan kebaikan pihak rumah sakit, Sang ibu tidak harus melalui proses yang panjang untuk pulang kerumahnya, menemui sang anak yang meski tak bisa membalas peluknya sesampai dirumah, akhirnya ia pulang, ia sembuh dari sakitnya seperti apa yang ia katakan didalam surat yang ia kirim meski kini sembuh itu miliki artian yang berbeda.

"Bang--" suara Narda yang parau akhirnya terdengar setelah lama ia terdiam disebelah pusara sang ibu yang basah. Disebelah, ada Mahesa dan Rendra duduk bersamanya. Sedang yang lain sudah pulang, senja memperingatkan untuk segera menepi, meski tangisan Jinan lagi-lagi meraung paling keras. "Aku udah nggak punya siapa-siapa lagi sekarang." Katanya putus asa.

Yang hanya mendapat rangkulan begitu lemah sebagai jawaban. Narda mengusap patokan yang bertuliskan nama sang ibu dengan begitu terluka. Kedua sudut matanya yang tegas kini rapuh, hujan yang sempat turun deras dimatanya kini sudah mereda, namun kesedihannya malah semakin pekat, mendung dihatinya pun tak kunjung usai.

"Tapi sekarang Mama nggak sakit lagi." Ia tersenyum, begitu getir dan rapuh. "Mama--" Narda mengambil napas, berat ia bicara tapi seolah ia harus melakukannya, sebagai kata terakhir yang ingin ia sampaikan segera. "Gimana bisa mama ninggalin aku secepat ini?"

Ia peluk pusara itu seolah ia tengah memeluk dunia, hatinya hancur untuk sekali lagi dan malam menyapanya seolah kini-- hidupnya gulita.

•••

2. Antariksa Berkelana [Completed]Where stories live. Discover now