Potret Pahlawan kesayangan

6.6K 990 100
                                    

"Perpisahan memang terlampau menyakitkan. Namun kenyataannya, setiap hal menyakitkan pasti singgah pada setiap hati manusia. Jadi jangan pernah merasa paling menyedihkan didunia ini, kamu tidak sendiri."

Now Playing : Before you Go by Lewis Capaldi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Now Playing : Before you Go by Lewis Capaldi


Panas terik kala siang datang menyergap perlahan. Menyelinap pada tiap-tiap ventilasi rumah yang terbuka, menerpa setiap raga yang berlalu lalang pada jalanan, anak tangga dan setiap sudut ruang dan alam terbuka.

Plang besar bertuliskan 'TPU GAJAH MADA' yang mengabur sebab termakan usia menjadi penyambut kehadiran tiga manusia yang lari tergopoh-gopoh dari mobil yang mereka kendarai. Dua orang polisi berdiri di gerbang pemakaman, tapi sosok yang dilaporkan hilang beberapa waktu lalu tidak ada disana.

"Mana anaknya?" Mahesa langsung bertanya pada kedua polisi tersebut. Lantas pandangannya berlarian kesana kemari mencari sosoknya, pada setiap hamparan rumput hijau beserta gundukan-gundukan rendah di setiap hamparannya.

"Tadi sama saya ketemu didepan sini," Salah satu polisi menunjuk trotoar didekatnya."Anaknya bilang mau ketemu Ayahnya, jadi saya biarkan masuk. Saya udah nawarin buat nemenin tapi anaknya nggak mau, Mas."

"Makasih, saya masuk dulu kalau begitu."

Buru-buru tiga pemuda itu masuk kedalam pemakaman umum. Hati mereka risau, sedih, takut. Tidak karuan rasanya. Sedang dering ponsel disakunya berulang-ulang kali bergetar, menandakan seseorang juga berulang kali meneleponnya. Entah Kara, entah Jonathan atau Cakra dan Jinan. Mungkin diantara mereka semua, yang belum tau bahwa sebenarnya Miko berada disini, di pusara ayahnya.

Tapi sebelum sampai ketempat dimana temannya dikebumikan apalagi meemukan sosok bocah berseragam biru tua tersebut, Rendra jatuh di salah satu jalanan setapak, diatara raga-raga yang mati dan beristirahat. Pemuda itu sudah ketakutan sejak sampai ke sekolah, bahkan mungkin jika Mahesa tidak menenangkannya- ia akan menangis sesenggukan karena kehilangan Miko. Melihat sosok bocah itu dari kejauhan terduduk disalah satu nisan membuat Rendra merasa lega. Namun jauh pada kedalaman hatinya, ia hancur lebur.

Dari radius sekitar 10 meter, mereka bisa melihat Miko terduduk memandangi pusara ayahnya. Mungkin bocah itu belum menyadari kehadiran orang lain, ia asik terpekur seorang diri. Padahal, aneh saja jika bocah sekecil itu bisa meratapi sebuah kepergian dengan begitu dewasa seperti ini.

Sekonyong-konyong Mahesa berlari mendekat sedangkan Narda masih berusaha menenangkan Rendra, menunggu laki-laki itu agar bisa bangkit lagi saat nafasnya berakhir ngos-ngosan dan air matanya tiba-tiba saja jatuh berderai bagai hujan. Sesak dadanya tak terkira, Narda juga tahu meski awalnya ia begitu marah pada Rendra. Melihat bagaimana paniknya lelaki itu, Narda kehilangan daya untuk sekadar mengacuhkannya.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Where stories live. Discover now