Sebuah perbincangan dua hati

5.5K 754 126
                                    


"Aku bahagia, untukmu."

Now Playing : Bersama Bintang by Drive

Kara tidak tahu apa yang ia inginkan. Hatinya merasa sesuatu tengah menggerogotinya, pedih dan menyakitkan. Tapi disebagian lain, ia merasa lega mendengar sebuah kabar tentang pertunangan Mahesa dan Helen. Memang kedengaran mendadak, tapi Kara tidak terkejut karena dia adalah Mahesa, jauh hari ia akan mempersiapkan semuanya seorang diri tanpa campur tangan orang lain, sisanya hanyalah sebuah kabar baik dan bahagia saja. Ya, karena begitu pula dahulu Mahesa mempersiapkan lamaran untuk menikahi Kara. Ia mempersiapkan apartment, ia mempersiapkan tabungan masa depan dan bahkan-- ia sudah mempersiapkan wedding organizer segala. Semuanya pupus dan tiada siapapun yang tahu sekeras apa Mahesa dahulu mempersiapkan ini semua bahkan Kara. Kara juga tidak tahu bahkan sebesar itu Mahesa memperjuangkannya, seindah itu masa depan yang ia persiapkan.

Kini tempat itu milik perempuan lain dan Kara merasa begitu sayang. Sedikit, seperti titik diantara kertas putih yang kosong. Ya, seperti itu. Meski hanya setitik, tetap ada wujudnya.

"Akhirnya, kita sampai pada bagian kini aku yang harus berusaha menjadi orang paling bahagia untuk kamu, Kak. Aku merasa sedih tapi bahagia, aku sedikit takut karena merasa ini kurang adil. Setelah kita jalan beriringan, sempat terseok-seok satu sama lain, aku memilih berjalan bersama orang lain dan membiarkan kamu melangkah sendirian. Sekarang, aku nggak punya teman disebelahku padahal jika dia ada disini, mungkin kita akan berjalan dengan bahagia satu sama lain dijalan yang berbeda." Kara menelah ludahnya susah payah untuk mengatakan selamat, ia merasa sedih.

Sedih yang memiliki artian begitu pelik. Datang dari kerinduannya yang meradang bagai luka bakar yang tak diobati. Ia ingin bahagia juga, ia ingin Haikala ada disini dan merayakan kebahagiaan Mahesa bersamanya. Berdua, bercerita, berpelukan seperti biasa.

"Aku kangen kamu, Kal."

Kara tidak pernah menyangka bahwa untuk sebuah kerinduan, ia bisa merasakan hal yang begitu sesak didadanya.

Malam kini semakin larut dan Kara sudah termenung dibalkon kamarnya seorang diri sejak dua jam yang lalu. Tak ada suara celoteh Miko sebab anak itu sudah pulas sejak jam 7 malam, setelah puas ikut main diluar dengan Melia dan kedua orang tuanya tadi siang, ia kembali untuk langsung istirahat. Hari ini katanya Jerremy ada waktu luang dan mengajak Miko pergi main ke pantai.

Pukul 10 malam yang larut kini, sunyi hari membawa perasaannya terbang begitu jauh. Ia menerawang langit seolah mencari keberadaan seseorang disana, gelapnya membutakan namun Kara tidak ingin menyerah. Ia begitu rindu, sosoknya terlalu jauh untuk digapai dan Kara masih berharap ia hadir sejenak. Meski mustahil dan ia tahu akan hal itu.

Apakah menangis bisa membuat ia datang? Jika bisa maka Kara akan menangis setiap hari. Kara akan menangis sekeras mungkin dan ia akan menumpahkan semua kesedihannya untuk itu. Meski kini, tangisan itu hanya berupa tetesan sunyi dari telaga matanya yang kokoh, sayu menjatuhkan satu demi satu tetes air darisana, membiarkan untuk malam ini saja ia rapuh dibawah langit yang hitam kelam, sebah rindu dihatinya tak mampu ia tahan lagi. Ia ingin Haikala ada disini.

"Ra...." Hingga sebuah suara membuat Kara buru-buru mengusap matanya.

"Kamu belum tidur ya?" Menoleh, ia menemukan Rendra berdiri diambang pintu kamarnya dengan stelan jas panjang dan kemeja berbahan satin.

"Kapan sampai, Ren?" Kara mendekat sambil melempar senyum pada Rendra diambanh pintu, menatapnya dari sana.

"Tadi jam 9an, ini aku dari bandara langsung kesini dan belum sampai kerumah. Miko udah tidur?"

"Udah, kecapekan dia abis diajak main ke pantai sama Mas Jer."

Rendra berooh panjang. Ia tatap sejenak wajah Kara yang sayu. Ada sisa air mata disudut matanya tapi Rendra tak akan mempertanyakan itu. Hal yang wajar untuk Kara menangisi suatu hal. Ia tidak akan bertanya karena ia tahu apa yang akan Kara jawab untuk pertanyaan itu. Tersenyum, ia tatap Kara dengan lekat dan saling berhadapan.

2. Antariksa Berkelana [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang