16

810 65 10
                                    

Selepas lelaki berkepala plontos pergi dan meminta Sherly dan Sandra berada di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selepas lelaki berkepala plontos pergi dan meminta Sherly dan Sandra berada di sana. Mereka menikmati hidangan bergaya Spanyol berupa paela--nasi khas Valencia yang dimasak bersama udang dan bawang putih, ada juga bocata sejenis sandwich dengan roti memanjang yang diberi irisan tipis beef, hingga secangkir teh lemon. Sherly lebih memilih menu kedua karena alergi udang. Padahal dari tampilannya, nasi itu lebih mengenyangkan daripada roti. 

Akhir pekan ini tidak ada kegiatan walau jadwal kerjanya sebagai pengacara dirasa tidak mengenal waktu. Dari mencari orang yang mau menjadi saksi, mengumpulkan bukti fisik, sampai membaca referensi yang bisa diperdebatkan di persidangan. Ah, dia teringat kalau lusa adalah sidang replik Suwaji yang artinya gadis itu harus bertemu tatap dengan Eric. 

Semburat merah tercetak jelas di kedua pipi, mengalahi warna blush on coral yang dipulasnya pagi ini. Satu garis tipis di bibir bergincu merah itu mengembang berbarengan perasaan hangat yang mengalir di setiap pembuluh darahnya. Terlebih semalam adalah hal luar biasa yang bisa dikatakan Sherly sebagai malam fantastis dalam tiga puluh tahun hidupnya. 

Menangkap gelagat aneh dari wajah temannya yang melamun itu, Sandra menepuk tangan Sherly sambil berkata, "Gila lo senyum-senyum sendiri."

Sherly berdeham, meraih cangkir teh yang tak lagi hangat untuk membasahi kerongkongannya yang kering juga meredam debaran dadanya yang tak mau normal. Dia menarik napas panjang kembali mengunyah potongan bocata begitu anggun.

"Jadi, menurut insting gue, pasti ada hal besar yang terjadi antara lo sama Eric," kata Sandra sok tahu. "Lebih dari sekadar ena-ena kan? Ngaku aja deh lo!"

Sherly menggeleng. Sejujurnya dia juga tidak tahu arti pergulatan semalam. Oke, harus dia akui kalau kemarin dia dan Eric benar-benar menggila. Bahkan tadi sebelum berangkat ke sini, mereka masih sempatnya saling memuaskan diri hingga ke puncak tertinggi kenikmatan dunia. Membawa jiwa Sherly melayang ke dunia tanpa batas dan pikirannya hanya dipenuhi Eric. Setiap sudut apartemen lelaki itu rasanya sudah menjadi saksi bisu percintaan liar mereka.   

"Gue enggak tahu," ucap Sherly. "Hanya saja ... kalau sama dia rasanya beda."

"Apanya? Ambigu lo," dengus Sandra mengernyitkan alis. "Kalau gue perhatiin, kalian berdua tuh masih saling suka. Elonya aja yang gengsi setengah mati. Ya kan?"

"Gue takut kalau hubungan ini enggak bisa bertahan," jujur Sherly dari lubuk hatinya.

"Lo pengen komitmen? Emangnya Eric sebajingan itu sampai elo menghilang?" kini Sandra yang dilanda rasa penasaran tentang kehidupan Sherly dan Eric semasa kuliah dulu. Apa yang menyebabkan Sherly kekeuh memutuskan Eric? Dia tahu Eric memang buaya kelas kakap yang sudah menggandeng puluhan perempuan. Tapi, Sandra yakin kalau hati Eric sebenarnya hanya untuk Sherly. Sandra terkekeh sendiri atas pemikirannya bak cenayang yang jago dalam urusan percintaan padahal dirinya juga masih betah menjomlo. 

Hard Desire (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang