28

298 51 5
                                    

"Permisi atas nama Mbak Sherly Rosalie di mana ya?" tanya seorang laki-laki mengenakan jaket hijau seraya membawa sebuah bungkusan plastik putih kepada resepsionis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Permisi atas nama Mbak Sherly Rosalie di mana ya?" tanya seorang laki-laki mengenakan jaket hijau seraya membawa sebuah bungkusan plastik putih kepada resepsionis. 

"Itu ruangannya, Mas," tunjuk Ratna, perempuan berambut cepol dengan make up nyentrik mengarahkan si kurir ke ruang kerja Sherly. 

Setelah mengucapkan terima kasih, dia berjalan menuju pintu kaca di mana Sherly sedang terlihat sibuk mengetik berkas perkara sambil sesekali menarik ingus. Setelah mengetuk pintu, Sherly berdiri dengan kening mengerut mendapati seseorang membawa sebuah bungkusan plastik padahal dia tidak merasa memesan makanan. 

"Mbak Sherly?" tanya kurir. "Ini makanannya."

Tangan kanan Sherly terulur menerima barang itu ragu-ragu. Bukannya enggan menolak, hanya saja dia perlu waspada terhadap semua yang masuk ke lambung mengingat kalau masih ada pengintai yang bisa saja meracuni. "Dari siapa?"

"Mas Eric, saya tadi pesannya gitu," kata kurir.

"Oh ya udah, makasih ya, Mas," ujar Sherly kemudian menutup pintu. "Tumben, kena angin apa dia?" 

Seraya mendudukkan diri, dibuka bungkusan yang berisi paket menu makan siang lengkap dengan sebotol jus buah naga juga satu botol tablet multivitamin. Aroma saus asam manis sebagai pendamping ikan kakap goreng tepung begitu menggiurkan lidah, ditambah tumisan pokcoy dan nuget ayam. Porsi yang cukup banyak bagi Sherly yang tidak terbiasa makan dua lauk dalam satu hidangan. Entah motif tersembunyi apa yang dilakukan Eric hingga tiba-tiba mengiriminya makan siang. 

Tak lama, ponselnya berbunyi tanda notifikasi pesan masuk dari Eric. Sherly membuka dan membaca isi pesan yang membuat bibir bergincu merah itu menyunggingkan senyum tipis. Tak sempat membalas, panggilan dari Eric masuk sehingga mau tak mau Sherly menjawabnya kemudian berkata, "Sehat lo kirim gue ginian?"

"Gue baik salah, gue jahat salah,"  dengus Eri merasa tak dihargai. "Gue enggak pengen lo makin sakit. Nanti enggak ada yang bisa gue ajak debat."

"Sakit? Darimana lo tahu gue sakit? Ah ... si Sandra ember," omel Sherly tak menyangka kalau lagi-lagi Sandra membocorkan apa yang seharusnya tak diketahui Eric. Padahal sebenarnya dia juga tidak benar-benar sakit hanya mata sembab dan hidung memerah karena kebanyakan menangis beberapa hari ini. Sherly menggerutu pelan ingin sekali mencekik leher Sandra agar tidak mudah mengatakan hal sepele seperti ini kepada Eric.

"Udah makan aja, lo enggak bakal gue racunin paling gue pelet dikit biar lo mau sama gue," lanjut Eric. "Masalah kemarin ..." 

Buru-buru Sherly menutup percakapan tersebut bersamaan debaran dalam dadanya yang tak karuan. Kenyataan kalau Eric sudah mengetahui mereka adalah saudara tiri masih membayangi meskipun seacara hukum pernyataan tersebut tidak sah akibat tidak ada bukti. Walau begitu tetap saja setiap kali melihat Eric maka muncul wajah Gatot dan Eveline yang sudah menghancurkan keluarganya.

Hard Desire (END)Where stories live. Discover now