23

377 48 5
                                    

Andaikan saja dia tahu di mana posisi Sherly sekarang, mungkin Eric segera menarik dan mengurung si gadis bebal dalam ruang sempit yang dipenuhi kecoak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Andaikan saja dia tahu di mana posisi Sherly sekarang, mungkin Eric segera menarik dan mengurung si gadis bebal dalam ruang sempit yang dipenuhi kecoak. Hatinya memanas mendengar penolakan sang mantan setelah mendiaminya beberapa hari lalu. Tepatnya sudah hampir dua minggu atau mungkin lebih. Oke, harus Eric akui kalau salah satu sifat terburuknya adalah memberi silent treatment kepada semua orang padahal belum tentu mereka salah kecuali Sherly. 

Eric membisu selama berhari-hari karena sibuk mencari informasi terkait benang merah antara Sherly, Gatot, dan Eveline. Memang sulit mengorek keterangan yang sudah terjadi lima tahun lalu termasuk kedua adiknya yang tidak tahu-menahu soal masalah yang terjadi di antara kedua orang tua mereka. Sampai Eric mengomeli adik kembaranya yang dinilai apatis dan memilih sibuk mengurus hidup masing-masing seolah uang adalah raja. 

"Inget yang ngajarin kalian sampai pinter ini siapa? Abangnya tanya malah enggak ada yang tahu," omel Eric di sebuah kafe menyandarkan punggungnya yang terasa pegal. 

"Kalau gue tahu ya bakal cerita ke elo, Bang," sahut Farrel yang duduk berhadapan dengan Eric, meraih cangkir kopi espresso untuk membuatnya terjaga. "Lo enggak tahu apa gue jadi atensi di kantor sejak bokap kita ditangkap."

"Lah elo sendiri ngapain kerja di sana?" sindir Eric. "Jangan modal privilage doang lo bisa dapet kerja enak. Lo juga Far," tunjuknya pada sang adik yang menempuh pendidikan spesialis di rumah sakit Sehat di mana Eveline juga bekerja di sana. 

"Apaan? Kok gue yang dituduh?" Farah melotot tak terima. 

"Iya nih! Enggak bikin hati adek lo adem malah bikin panas," ketus Farrel. "Tapi ... dulu ... beberapa kali gue pernah denger bokap nyebut nama."

Otomatis ucapan lelaki yang wajahnya mirip dengan Eric versi lebih gelap kulitnya itu membuat Farah dan Eric mengerutkan kening penasaran. Hingga beberapa menit, Farrel tak kunjung menyebutkan satu nama hingga pada akhirnya lelaku itu menggeleng dengan alasan tak ingat. Harapan yang sudah membumbung ke atas lantas dihempas begitu saja. Eric menghela napas panjang merasa mencari jawaban ini tak akan pernah mudah. 

Tak habis akal, Eric pun mengadakan pertemuan khusus dengan asisten Gatot sekaligus tangan kanan yang sudah bekerja lama di perusahaan alat kesehatan tersebut. Dia adalah Bandi, lelaki berperawakan mirip seperti ayahnya namun berbeda di sisi warna rambut. Kalau rambut Gatot sepenuhnya putih, maka Bandi sebaliknya. Umur mereka juga tidak berbeda jauh. Jika orang yang baru kenal dan bertemu dari kejauhan, pasti mengira kalau Bandi adalah Gatot. 

Di sebuah restoran bergaya kontinental Indonesia yang lokasinya dekat dengan perusahaan Asa Sehat, mereka berdua duduk berhadapan ditemani dua cangkir teh dan beberapa menu makan siang. Selagi mengisi perut kosong akibat banyak tugas yang harus diselesaikan, Bandi mengungkapkan kalau dirinya diminta menjadi saksi di persidangan oleh kejaksaan. Dia juga bercerita bahwa selama di tahanan, Gatot selalu meminta tolong untuk mengawasi perusahaan. Tentu saja kenyataan itu membuat ratusan pertanyaan dalam kepala Eric. Lantas apa guna wakil direktur di perusahaan?

Hard Desire (END)Where stories live. Discover now