34

286 44 3
                                    

Tangan Eric gemetaran bukan main menanti Sherly memperjuangkan nyawa di meja operasi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tangan Eric gemetaran bukan main menanti Sherly memperjuangkan nyawa di meja operasi. Dia berjalan mondar-mandir sambil sesekali melihat pintu bertuliskan 'ruang operasi' dengan waswas berharap seseorang keluar dari sana untuk menjelaskan kondisi gadis itu. Menurut penjelasan dari dokter UGD tadi, Sherly mengalami perdarahan kepala akibat benturan cukup keras hingga mengenai dada. Tak hanya itu saja, ada patahan di beberapa tulang iga dan trauma di bagian organ perut yang mesti dilakukan penanganan secara cepat sebelum terlambat.

Yang lebih menakutkan diri Eric adalah selama di perjalanan menuju rumah sakit Sherly sempat sadar sebentar dan berkata kalau dia sangat takut kemudian kembali pingsan. Mendengar kenyataan itu saja, tungkai Eric seakan tak bisa berpijak lagi di tanah. Dadanya sakit juga sesak bersamaan seperti dijejali paksa puluhan batuan. Dia tak bisa membayangkan jikalau nantinya Sherly tak bisa diselamatkan.

Andai waktu bisa diulang lagi, Eric rela menukar posisi itu daripada harus kehilangan Sherly untuk kedua kali. Bahkan jika diberi kesempatan kedua, Eric akan mengatakan kalau dia masih mencintai Sherly sekali pun masalah di antara mereka pelik. 

Kristal bening langsung berlinang di kedua pipi menyesali kenapa gadis itu harus mendapat kesialan seperti ini. Dia duduk di kursi penunggu pasien, mengacak rambutnya gelisah selagi menunggu Sarah dan Sandra datang.

Dalam hati, Eric tidak akan memaafkan diri sendiri jika keadaan Sherly menjadi buruk atau ...

"Please jangan sampai terjadi," gumamnya memohon kepada Sang Pencipta. "Gue mau tukar nyawa asal dia selamat, Tuhan."

Suara langkah kaki terdengar di ujung lorong UGD lantai dua, Eric berpaling menangkap sosok perempuan paruh baya itu berlari dengan wajah cemas. Dengan masih mengenakan baju kerja berupa kemeja ketat berlabel hotel dan rok lipit hitam selutut, Sarah menghampiri mantan kekasih anaknya dengan air mata sampai maskara yang dikenakan luntur. Begitu mendapat kabar Sherly masuk rumah sakit, Sarah terkejut bukan main dan hampir pingsan di tempat jikalau bukan temannya yang menenangkan diri wanita itu. Tak peduli omelan atasan karena meninggalkan pekerjaan, Sarah bergegas datang dengan ojek secepat mungkin. Baginga lapangan pekerjaan bisa dicari lagi tapi tidak dengan anak yang sudah dibesarkannya setengah mati.

"Tante, maaf--"

"Kok bisa, Ric? Sherly ... Sherly gimana? Dia dioperasi karena apa? Kata dokter tadi gimana?" potong Sarah mencecar Eric dengan pertanyaan tanpa jeda mengabaikan permintaan maaf yang dilontarkan sang jaksa. Dia hanya ingin tahu keadaan Sherly kalau gadis itu tidak kurang satu apa pun.

"Sherly ... ditabrak mobil. Kata dokter ada perdarahan di kepala tapi enggak sampai mengenai otak," jawab Eric ragu.

Sarah terduduk lemas mengetahui anak bungsunya terkapar tak berdaya dan kini sedang taruhan dengan malaikat apakah masih diizinkan hidup di dunia. Perdarahan kepala? Sarah mengulang kata itu dalam hati. Bukankah kebanyakan mereka tidak selamat? Kalau pun hidup pastinya akan cacat kan?

Hard Desire (END)Where stories live. Discover now