2

450 129 20
                                    

Tiga menit setelah perginya Apol.

"Dasar Apol kampret! Membabu kita berkedok menolong. Pengen tak hih! Lagian siapa pula Ranivimab Constatia itu?! Ada yang kenal?! Woi, Dex, kenal dia nggak? Apol bilang dia ketua IT dan kamu jago IT. Pasti kalian saling mengenal."

"A-aku cuman pernah dengar tentangnya sekali, Kak Aiden. Itu pun ketika anak-anak di kelasku membicarakan anggota Dewan Siswa. Aku tidak tahu."

Kena deh. Apol sialan, si licik itu memanfaatkan mereka. Yang hilang siapa, kenapa harus klub detektif disuruh mencari? Padahal mereka tak pernah mengharapkan 'bantuan' Apol. Si busuk itu sudah merencanakannya.

"Kak Rani kalau tak salah pernah muncul di File 1.3.6, kan? Sebagai kameo."

"Hm? Apa yang kamu bicarakan, Dan?"

Watson menggeleng. "Tidak ada. Aku barusan melantur. Stern, tolong seperti biasa. Bari, pasang layarnya."

Aiden mengangkat bahu (mungkin seperti katanya, detektif muram itu tengah bergurau atau bergumam tak jelas). Hellen dan Jeremy segera melakukan apa yang Watson suruh, mendirikan layar besar beserta infocus-nya. Memulai diskusi.

"Ranivimab Constatia, 18 tahun. Dia bekerja paruh waktu di swalayan Skamosi sebagai stocker. Kak Rani terakhir kali terlihat di depan warnet sekitar pukul 16.50 sore." Lagi, seperti biasa, Aiden yang menerangkan materi di depan layar.

"Apa yang dia lakukan di warnet?"

Ya mana Aiden tahu. Rani bisa ngapain saja. Memprint tugas, gaming, ingin bertemu seseorang atau membuat janji dengan temannya dan bermain di sana.

"Apa kamu bisa melacak ponselnya?"

Hellen menggeleng. "GPS-nya mati. Kak Rani tak lagi mengaktifkan data selulernya sekitar jam 17.03 sore."

"Periksa cctv warnet yang dia kunjungi."

"Hanya ada satu, Watson."

Sherlock Pemurung itu mengelus dagu. Ini lumayan rumit. Masih pagi Apol sudah memberinya tugas mencari orang.

"Bagaimana sekarang?"

Watson menoleh ke dinding, baru jam 8 lewat sepuluh menit. Karena Apol sendiri yang meminta bantuan mereka, dia pasti telah menyuruh Dantorone mengurus surat izin ke TKP. Baiklah, Watson juga bosan di sekolah. Pelajaran tidak menarik karena dia sudah menguasainya lebih dulu.

"Ayo kita pergi. Kalau dia sudah menghilang cukup lama, maka peluang dia bertahan hidup sangat rendah."

-

Swalayan Skamosi.

"Anak muda itu menghilang? Kenapa bisa? Setahuku, dia gadis baik-baik dan anak tipe pekerja keras. Dia suka memperbaiki komputer kasir yang sering rusak. Aigoo, semoga dia baik-baik saja. Jika ada yang ingin kalian tanyakan, silakan bertanya. Aku akan menjawab semua yang kutahu."

Aiden tersenyum senang. Baguslah, reputasi Rani baik dan semua orang di swalayan itu mau bekerja sama. Ini bisa mempermudah penyelidikan mereka.

"Dia sudah lama hidup sendiri di wilayah ini. Orangtuanya tinggal di desa. Seingatku, Rani tak pernah terlibat dengan orang-orang berbahaya. Dia gadis yang sopan dan seorang pro gamer."

Oke, informasi itu sudah cukup dijadikan alasan mengapa Rani tertangkap kamera di depan warnet. Dia hendak bermain.

"Kak Dan!" Dextra menyerahkan sebuah poster template. "Aku menemukan ini di salah satu tiang listrik."

Aiden menatapnya. "Kenapa kamu ikut-ikutan memanggil Dan, heh?"

"Karena menarik dan simpel, hehehe..."

[END] Gari Gariri - Misteri HermesateWhere stories live. Discover now