16

296 114 11
                                    

"A... A... Abc... A..."

Watson menghela napas panjang. Mau sekeras apa dia berusaha, dia hanya bisa mengeluarkan tiga huruf: ABC. Pita suaranya memarau, membuat napasnya tak cukup mengucapkan sepatah kata.

Hadeuh! Di saat seperti ini, suaranya malah hilang. Padahal situasinya sangat membutuhkan Watson berbicara untuk investigasi. Bakal susah nih ke depannya.

Kalau tidak salah... Watson merogoh saku. Dia belum pernah meminum obat baru yang diberikan oleh Beaufort sebelum pergi ke Stupido. Apa kegunaannya, ya? Takkan jadi masalah kan kalau Watson minum?

Ya sudah deh, mari kita minum. Watson ingin mencoba peruntungannya.

Pahit! Alisnya bertemu, meneguk setengah isi botol air. Astaga, obat macam apa ini? Tak tanggung-tanggung rasa pahitnya.

"Dan, kita ngapain sekarang? Sudah mau malam. Apa kita kembali ke penginapan?"

Watson belum punya rencana apa pun. Tetapi, untuk memperkuat dugaannya, dia harus memulai lagi dari awal. Tangannya bergerak menulis di kertas. [Kantor polisi. Aku ingin membaca kasus Hermesate lebih detail. Sepertinya kita melewati sesuatu.]

Sherlock Pemurung itu teringat perkataan Jeremy, tentang posisi pohon natal yang menyerupai timbangan dan daun garlan.

Hermesate memiliki 7 korban, sebelum korban ke-8 dan ke-9 merubah nama kasusnya menjadi 'Santa Claus D-Day'. Di antaranya: March, Kafkara, Luosa, Natasha, Danjeng, Susang, dan Sampo. Mereka adalah deretan korban Hermesate.

Sementara Alnilam, Rona, Ranivimab, Belorio, dan Monica, merupakan korban kasus 'Santa Claus D-Day'. Lima orang dengan motif pembunuhan yang berbeda. Mereka tidak dibunuh di hari pembagian rapor. Memang saat ini bulan desember, namun pembunuh berantai profesional biasanya tidak pernah mengganti modus operandinya begitu saja tanpa sebab.

Lihat saja Monica, dia justru meninggal pada tanggal 25 desember. Atau Belorio contohnya. Dia tewas tanggal 14 september. Pelaku keluar dari garis goal yang dibuatnya. Kenapa dia seperti itu?

"Bukankah jawabannya sudah jelas? Motif pelaku dalam membunuh telah berganti. Kini dia memiliki misi baru dan harus meninggalkan passion lamanya agar tujuannya tercapai," ucap Aiden kesal.

"Apakah ada hubungannya dengan kata Hermesate?" Jeremy menggaruk kepala.

"Itu satu. Yang kedua, pasti ada kaitannya kenapa dia tidak membunuh siapa pun di tahun 2020. Apa kalian tidak menyadarinya? Hermesate berhenti membunuh di tahun itu. Tidak ada korban yang jatuh, lantas dia kembali beraksi tanggal 21 maret 2021 alias Alnilam korban ke-8 sekaligus korban pertama setelah Hermesate menjeda aksinya."

Watson memperhatikan teman-temannya yang sibuk berdiskusi, tersenyum. Hmm! Hmm! Ini baru namanya klub detektif.

"Anu, Kak Watson..." Dextra malu-malu menyampaikan tugasnya sudah selesai. Deg-degan lah. Anak itu masih belum terbiasa di dekat Watson. "Aku sudah selesai membandingkan semua foto korban. Pertama March, daun garlannya dicampur dengan warna biru. Kedua Kafkara, juga biru. Ketiga Luosa, warna hiasan garlannya hijau ekstensif. Keempat Natasha, sama dengan Luosa. Kelima Danjeng, warna biru. Keenam Susang, hijau menyeluruh. Terakhir Sampo, sama seperti March, warna garlannya dicampur biru."

Biru, biru, hijau, hijau, biru, hijau, dan biru. Watson mengelus dagu. Sebenarnya apa maksud dari dua warna ini? Kenapa Santa Maut sialan itu menggunakan biru dan hijau untuk menandai pohon natal manusia buatannya? Ah, ini amat memusingkan.

"Minggir, Kak! Biarkan aku mewawancarai mereka sekali saja! Hanya satu dua pertanyaan!" Marconasa ditahan oleh Marc di gerbang. Dia dilarang masuk. "Kakak, jangan pelit deh. Ini untuk pekerjaanku."

"Ini juga pekerjaanku, Nasa. Bagi yang tak berkepentingan, silakan pergi dari sini."

"Kamu mau mengusir adikmu sendiri?!"

"Kalau modalannya kayak kamu, aku takkan berbelas kasih! Cepat pergi sana!"

"Kakak brengsek! Biarkan aku masuk!"

Seperti tebakan Watson. Marc dan Marconasa bersaudara, tepatnya kembar tak identik. Si kakak petugas polisi dan si adik seorang reporter. How interesting.

"Ng?" Aiden menatap Watson yang bangkit dari kursi, menghampiri mereka berdua. Rambutnya mode simpel, half up half down dan mengikatnya dengan pita ungu polos yang besar. Talinya terjuntai sampai ke punggung. "Dan mau ngapain deh?"

Tentu saja mencari informasi, sobat! Karakter baru, orang baru, petunjuk baru.

Watson menepuk pelan punggung Marc yang terlonjak—dalam konteks 'senang dinotis idola'. Dia mengangguk memberi kode. Tidak apa-apa. Biarkan saja reporter itu, demikian maksud ekspresinya.

"T-tapi, Watson..." Marc keberatan.

Marconasa menyiku lengan saudaranya itu, mendorongnya ke samping. "Watson Dan! Ketua dari klub detektif Madoka! Saya punya banyak pertanyaan untukmu!"

Banyak? Bukannya tadi katanya satu dua saja? Haa.. Watson menghela napas.

"Sebentar." Dia beralih mengeluarkan voice recorder. Ah, tentu Nasa memakai benda itu. Secara dia kan seorang wartawan. "Nah, kamu bisa bicara sekarang."

Watson menggeleng, mengangkat buku ajaib—eh, buku komunikasi maksudnya. [Simpan benda tak berguna itu. Untuk sekarang aku tidak dapat berbicara normal. Jika atasanmu meminta validitas, ambil saja catatan yang berisi tulisanku.]

"A-ah, gara-gara kasus CL, ya? Maaf aku tidak peka." Nasa pun mematikan alat itu.

Keheningan menyergap sejenak.

[Kamu kan reporter yang menerbitkan berita korban ke-9 ke publik?] Watson akhirnya membuka 'obrolan', memamerkan tulisan di kertas kepada Nasa.

"Iya, itu aku." Wanita itu menjawab dengan kikuk. Sudah diberi izin, dia malah tidak tahu harus menanyakan apa.

[Bagaimana cara kamu mendapatkan informasi tentang korban ke-9? Datanya dijaga oleh reserse. Kakakmu hanya polisi daerah, tidak mungkin dia punya akses ke pusat. Apa kamu mencurinya?]

"Anu... Itu..." Aduh, tanpa disadari Nasa telah dijebak. Ini mah bukan dia sang penanya, melainkan Watson yang mewawancarainya. Nasa kan bukan narasumber. "Ada seorang nenek-nenek yang memberikan dokumennya padaku."

[Kamu punya bukti atas perkataanmu?]

"Punya kok!" Nasa merogoh tasnya. "Kami bertemu di parkiran, jadi kamera Kotak Hitam di mobilku merekam semuanya."

[Petugas Marc, tolong putar rekamannya.]

Kesaksian Nasa sesuai dengan isi video. Seorang nenek misterius mendatanginya kala Nasa ingin masuk ke mobil. Orang tua itu menyerahkan satu pak dokumen. Tapi yang aneh, mereka kenal nenek itu.

"Lho? Bukankah beliau neneknya Gari? Apa yang dia lakukan di depan apartemenmu?"

"Aku lebih terkejut kakak kenal beliau."

Watson menarik badannya. Ini... di luar prediksi. Kenapa yang ada di rekaman malah neneknya Gari? Mungkinkah beliau pelakunya? Tidak, tidak mungkin. Pekerjaan berat seperti menegakkan pohon natal, sangat tak wajar orang yang sudah berumur melakukan semua itu sendirian.

Atau jangan-jangan dia komplotan? Watson mengelus dagu. Masuk akal jika beliau bekerja sama dengan pelaku sebagai mediator. Takkan ada yang mencurigai nenek-nenek tua. Tapi, apa motifnya? Mungkinkah Gari akan menjadi target Santa Claus D-Day yang selanjutnya?! Beliau telah diancam oleh pelaku.

Poin-poinnya cocok, namun ada secuil rasa ragu menghinggapi Watson. Baiklah. Tidak ada salahnya berhati-hati. Dia menoleh ke arah Aiden, mengangguk. Gadis itu melangkah mendekatinya. Berbisik-bisik.

"Yosh! Petugas Polly dan Petugas Marc, apa kalian tahu di mana rumah Gari?"

"Kami sangat hapal karena sering mampir."

"Kalau begitu, kalian pergilah ke sana. Ambil sampel darah nenek Gari dan bawa ke Forensik. Kami akan menunggu di NFS."






[END] Gari Gariri - Misteri HermesateWhere stories live. Discover now