14

335 117 10
                                    

Tumpukan dokumen kasus membuat meja terlihat sesak. Polly dan Marc sukarela membantu klub detektif Madoka melanjutkan investigasi mereka terhadap delapan korban awal Santa Claus D-Day.

March Madeline, sabtu 24 desember 2016. Kafkara, sabtu 29 juni 2017.
Luosa Deon, sabtu 23 desember 2017.
Natasha Hyunyu, sabtu 23 juni 2018.
Danjeng Hook, sabtu 22 desember 2018.
Susang Sistine, sabtu 22 juni 2019.
Sampo Arlani, sabtu 21 desember 2019.

"Wah, hebat. Semuanya meninggal di hari sabtu. Hari setelah penerimaan rapor."

Tidak pelak lagi, ini kasus dendam pribadi berlandaskan rasa iri terhadap kepintaran. Pelaku hanya membunuh ketika rapor semester 1 dan 2 dibagikan: Juni dan Desember. Mereka yang meraih peringkat pertama akan dibunuh hari itu juga.

Dua jam tandas tanpa dikira. Dextra meskipun tidak terlalu mengerti, dia bertahan tinggal karena ingin menolong. Tak disangka pekerjaan detektif seberat dan selama ini. Mereka tidak lelah apa? Bahkan Polly dan Marc sudah menguap.

Watson melempar arsip tentang Danjeng, menghela napas panjang. Tidak ada tanda di lantai, juga 'kode nomor' di batang pohon. Dia tak bisa berprasangka jelek pada polisi atau forensik yang bertugas tidak memotret TKP dengan benar.

Motif pelaku cenderung berubah-ubah, sangat elusif. Tapi satu hal yang tidak berubah, yaitu cara membunuhnya memakai pohon natal dan ornamen santa.

"Bukankah ini terlihat aneh?"

Watson menatap Jeremy, pun yang lain.

"Maksudku, coba perhatikan ini. Posisi pohonnya menyerupai bentuk salib namun bukan salib. Dua ornamen bola kaca tergantung di kiri dan kanan serta daun garlan yang melilit batang. Pelaku memakai hiasan garlan berwarna hijau, tetapi di sisi kanan, garlannya malah biru. Bukankah ini tampak seperti timbangan?"

"Jeremy benar. Bentuknya kayak neraca!"

Daun garlan, huh? Sekali lagi Watson teringat ucapan Raum yang mana juga menyinggung warna hiasan daun garlan yang digunakan pelaku berbeda di kasus Rani. Apa petunjuk ini terselubung?

Watson mengambil acak salah satu fail. Yang terambil olehnya adalah data Susang. Benar! Daun garlannya hijau secara menyeluruh. Ini makin menarik deh.

"Permisi..." Seorang nini berbaju cerah berjaket cokelat, masuk dengan langkah pelan ke kantor polisi yang sepi, menatap ke sekeliling. "Apakah Hariri ada di sini?"

Hariri? Aiden dan Hellen saling tatap.

"Ah, Omanya Gari! Anda datang lagi, ya?" Polly menyapa ramah nenek-nenek itu.

"Maaf kalau saya merepotkan anda, Petugas. Tapi Gari belum pulang juga. Dia bilang dia hanya pergi membeli tepung, namun ini sudah satu jam... Ah?" Beliau menatap klub detektif Madoka yang juga tengah memandanginya. "Kalian punya tamu ternyata. Maaf menginterupsi."

"Tidak apa, Nek! Kami baik-baik saja! Anda tak perlu sungkan begitu, hahaha."

Yang disebut-sebut datang. Gari menyerobot masuk ke dalam kantor, celingak-celinguk sebentar, dan mendesah lega melihat neneknya rupanya di sini.

"OMA! Apa yang Oma lakukan kemari?!"

"Astaga, Hariri, akhirnya kamu pulang juga. Oma khawatir kamu pergi terlalu lama. Makanya Oma ingin minta tolong."

"Antriannya panjang, Oma. Ini hari natal. Swalayannya ramai. Banyak warga yang ingin membeli perlengkapan natal. Tapi syukurlah, Oma tidak kenapa-napa. Aku cemas karena Oma tidak di rumah."

Polly berkacak pinggang, tersenyum. "Sepertinya masalah kalian sudah selesai, ya! Aku ikut senang mendengarnya."

"M-maaf Omaku mengganggu, Petugas."

[END] Gari Gariri - Misteri HermesateWhere stories live. Discover now