13

321 120 18
                                    

"Why am i here? Why did i agree to this?"

Untuk kesekian kalinya Watson menyodok salju, lalu meletakkannya ke gerobak. Tatapannya kosong dan hampa, seolah raganya entah di mana. Letih menyendok salju sejak pukul tujuh pagi, sejam lalu.

Ini keliru. Bibi Rio mengizinkan numpang tidur dan esoknya mereka pergi ke tenda NFS, namun tiba-tiba agenda Watson rusak ketika Aiden dan Jeremy memberi ide untuk merayakan natal terlebih dulu.

"Aku tahu kamu keberatan," celetuk Hellen membawa perlengkapan membuat boneka salju. Dia berkacak pinggang. "Tapi hari ini 25 desember, Watson. Hari natal. Jangan bilang kamu lupa melihat kalender?"

"Mau natal kek, tahun baru kek, apa kek, bagiku penyelidikan harus selalu menjadi utama. Si santa menjengkelkan itu masih berkeliaran di luar sana. Kita tak punya—"

"Sst! Kami menolak penolakan."

"Kak Hellen! Aku sudah mendirikan badannya. Kita bisa menghias bonekanya sekarang!" seru Dextra berdiri di depan dua gundukan salju. Tugas Hellen-Dextra adalah membuat boneka salju. Sementara Aiden dan Jeremy mempersolek pohon natal. Bibi Rio sendiri mengurus makanan.

"Haa..." Watson menghela napas berat. "Boneka salju, huh? Permainan anak-anak."

Buk! Suatu benda padat cair memukul punggung Watson. Hah? Sherlock Pemurung itu menoleh galak ke si pelempar tak lain tak bukan Dextra yang mati kutu. Targetnya salah haluan, harusnya itu Hellen. Tapi Hellen menghindarinya.

"M-maaf, Kak Watson! Aku tidak—" Bola salju menghantam wajahnya. Serangan balasan dari detektif pemuram!

"Mata dibayar mata, darah dibayar darah.  Jangan dendam denganku, Chouhane..."

Buk! Buk! Selanjutnya, serangan beruntun dari Hellen. Gadis itu menyeringai dan tertawa puas, terus-terusan menghujani Watson dengan bola salju. Dia sepertinya punya dendam tersembunyi pada Watson.

"Jangan berani sama adik kelas doang!"

"Stern! Berhenti! Aduh, berhenti kataku! Itu sakit, woi! Bari, tolong aku!!! Bari!!!"

Brak! Pintu rumah terbuka dengan lebay dan dramatis. Hellen berhenti menyerang Watson (kolab dengan Dextra yang membulatkan salju). Adalah Jeremy.

"Jangan khawatir, Watson Dan."

"Bari, hiks... Bari... Tolong aku."

"Penyelamatmu telah tiba. Aku akan melindungi—bugh!" Jeremy terlempar ke belakang sebelum kalimatnya selesai.

"Hajar dia!" seru Hellen lanjut melempari mereka berdua dengan bola salju yang tak ada habisnya. Wow, kerja Dextra boleh juga. Tangannya cepat membuat amunisi.

"AMPUN, HELLEN! AMPUN! AKU HANYA BERCANDA! WATSON! TOLONGIN DONG!"

Muka Watson sudah menyerupai orang-orangan salju. Baguslah, kabar baik. Target Hellen bertukar secara alami.

"Aku udahan deh." Watson meninggalkan mereka bertiga yang membuli Jeremy sampai anaknya menangis. "Hati-hati kalian berdua. Orangtuanya diplomat lho. Nanti ditandai," pesannya sebelum pamit.

Pelataran di luar dengan di dalam amat lah kontras. Lagu natal menghidupkan suasana. Lampu hias tergantung di dinding dari ruang tamu sampai dapur. Pohon natal besar berdiri di sudut ruangan. Aiden hampir selesai dengan tugasnya.

"Nak Watson, kamu harus mengganti bajumu jika tidak mau masuk angin," tegur Bibi Rio sedang memanggang kue.

Watson memang hendak ke kamar mandi menukar pakaian. Dia pergi ke lantai dua—pemanas di toilet lantai satu rusak.

[END] Gari Gariri - Misteri HermesateWhere stories live. Discover now