BAB 08: PENGAKUAN

1K 214 92
                                    

~ Happy Reading ~






Raline benar-benar diantar pulang oleh Jerome. Tadinya Jerome agak ragu untuk kembali ke kampus, menurutnya masih banyak hal yang harus mereka bicarakan.

Tapi sayangnya kewajibannya sebagai calon Ketua BEM membuatnya mau tidak mau harus kembali ke kampus.

Cowok itu pergi dengan perasaan yang campur aduk. Sama seperti Raline yang kini merasa perasaannya tidak tenang.

Cewek bersurai blonde itu memilih berbaring di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya.

Rumah masih sepi karena cuma dia doang yang sudah pulang. Suasana sepi inilah yang membuat Raline semakin mudah untuk membayangkan yang tidak-tidak tentang nasib hubungannya dengan Jerome.

"Dia nggak akan ninggalin gue beneran kan?" gumamnya pada diri sendiri.

Tapi melihat dari sikap gentleman Jerome tadi membuatnya sedikit yakin kalau hubungan yang baru saja di mulai ini tidak akan hancur begitu saja.

Mengingat tentang sikap Jerome tadi membuat rona tipis timbul di wajah Raline.

Sumpah, ini pertama kalinya dia melihat Jerome mengakui dirinya sebagai pacar di depan semua orang.

Bohong kalau Raline tidak merasa senang walaupun rasa gelisah masih membayangi perasaannya.

"RALINEEEEE!!!" teriakan kencang yang  memanggil namanya terdengar dari luar kamarnya.

CKLEKK...

Lili, Jean, Judith, dan Mahen muncul bersamaan dan langsung menyerbu masuk ke dalam kamarnya.

"Anjir!! Kalian kok bisa dateng keroyokan gini?" ucapnya.

"LO KENAPA NGGAK BILANG KE KITA KALAU DI BULLY SAMA FANS NYA JEROME?"teriak Lili dengan heboh.

"Sumpah ya, kak. Lo kok bisa-bisanya diem aja di bully sampai se-parah itu. Kenapa nggak ngomong apa-apa sih." kini Mahen juga ikut menyerbu nya dengan heboh.

"Bentar deh, ini kalian dateng rame-rame siang bolong gini emangnya nggak ada kelas ya?" tanya Raline yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Jangan bikin gue emosi ya, Rell. Di tanyain apa malah jawabnya apa." kata Jean dengan nada julid nya.

Raline menghela nafasnya. Dia duduk di samping ranjang nya sambil melihat satu-satu ke arah teman-temannya.

"Udah selesai kok masalah nya, guys."

"Ya jelas udah selesai lah. Cowok lo tadi siang langsung bawa masalah ini ke Dekan fakultas."

Atensi Raline langsung teralihkan saat mendengar ucapan Mahen barusan.

"Maksudnya?" tanya Raline.

"Jerome ngelaporin semua orang yang udah bully lo. Bahkan yang paling bikin kaget nya dia berani ngelaporin salah satu anak dosen yang ternyata ikutan bully lo juga." ujar Judith.

"Dan sekarang rumor kalau lo pacarnya Jerome yang habis jadi korban bully pun udah menyebar luas seantero kampus." celetuk Jean.

Bohong rasanya kalau Raline tidak kaget dengan apa yang di ucapkan oleh Judith barusan.

"Gue hampir speechless lihat Bang Jerome yang biasanya bodo amat sama masalah orang, tiba-tiba berani ambil tindakan buat ngelindungin lo, kak." kata Mahen.

"Jerome ngelakuin semua itu? Tapi gimana caranya dia bisa se-nekat itu."

"Dia punya semua bukti-bukti kalau lo jadi korban bully, Rell."

[2] HATI dan WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang