BAB 15: SESUAI HARAPAN

974 219 119
                                    


~ Happy Reading ~




Mereka memutuskan untuk menetap di Bandung sampai hari Minggu. Karena semalam mereka sama-sama pulang saat festival benar-benar selesai.

Kira-kira mereka sampai di penginapan saat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Semuanya memilih langsung tidur karena rasa kantuk dan lelah sudah menggerayangi tubuh mereka.

Tapi tidak untuk Raline yang sampai pukul dua pagi ini masih belum juga tertidur. Padahal tubuhnya sudah memberi sinyal tanda lelah dan ngantuk.

Namun perasaannya lah yang membuatnya tetap terjaga dari tidurnya.

Sejak tadi senyum tidak mau luntur dari wajahnya. Hari ini waktu berjalan sangat cepat sampai dia tidak menyadarinya.

Mengingat tentang malam ini, senyum semakin lebar merekah di wajah cantiknya. Perlakuan Jerome tadi benar-benar diluar ekspektasi nya sampai membuat perasaannya meluap-luap.

"Ngapain lo malem-malem nggak tidur?" tanya Jean yang terbangun karena habis dari toilet.

"Nggak tau. Masih belum ngantuk." jawabnya.

Jean berjalan mendekati Raline yang sedang duduk di samping jendela kamar hotel mereka. Cewek itu menatap temannya dengan kening berkerut bingung.

"Muka lo nggak ada gurat galau sama sekali tuh. Apa yang jadi penyebab lo nggak bisa tidur?" tanya Jean.

Cewek itu tiba-tiba jadi tidak terlalu mengantuk dan memilih duduk di samping Raline.

"Emangnya kalau gue nggak bisa tidur itu berarti gue lagi galau ya?"

"Who knows. Jalan pikiran lo kan nggak ketebak."

"Jean, menurut lo hubungan lo sama Mas Dimas gimana? Kalian kan udah mau jalan  tiga tahun pacaran tuh. Ada nggak sih pikiran buat lanjut sampai tahap yang lebih serius?"

Jean mengedikan bahu nya. "Gue sama Dimas masih belum mikir sampai sejauh itu sih."

"Dih! Kok gitu? Lo sama sepupu gue kan udah sampai berani tidur bareng. Masa nggak ada pikiran buat ke arah yang lebih serius sih. Parah bangetttt.."

Jean mendelik tajam ke arah Raline. "Denger gosip darimana lo? Ngaco banget omongan nya."

Raline menyeringai menggoda Jean. "Lo tau kan kalau cowok lo itu punya bad habits suka ngomong blak-blakan pas lagi tipsy. Waktu itu gue denger langsung pakai telinga gue pas Mas Dimas ngigau kalau dia ketagihan tidur sama lo. Sumpah deh, pas denger itu gue langsung pengen telepon budhe dan ngadu kalau anak Lanang nya wes berani turu karo cah wedok." kata Raline yang di akhiri dengan kata-kata berbahasa Jawa medhok khas nya.

Jean jadi panik sendiri. Dia benar-benar tidak tahu kalau ternyata pacarnya itu keceplosan membuka masalah privasi mereka.

"Cuma dua kali doang kok. Nggak sering-sering amat. Jangan salah paham deh." alibi nya.

"Honestly, gue nggak peduli sih. Karena itu urusan privasi kalian berdua. Gue juga nggak setega itu buat ngadu ke budhe. Karena gue tau kalian berdua udah sama-sama dewasa buat tau baik-buruk nya sex before married."

Jean jadi merasa canggung dengan Raline setelah teman nya itu mengetahui rahasia yang selama ini dia simpan rapat.

"Rell, gue sama Dimas consent kok pas ngelakuinnya. Kita sama-sama tau sama dampaknya. Tolong keep secret aja ya."

Kini giliran Raline yang mengedikan bahu nya. "Selow Jean. Gue bukan manusia kolot kok."

Cewek itu memutar tubuhnya menghadap ke arah Jean. "Tapi lo beneran nggak ada niat serius untuk kedepannya sama Mas Dimas? Kayaknya hubungan kalian juga lurus-lurus aja tuh."

[2] HATI dan WAKTUजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें