BAB 13: INTEROGASI

989 209 105
                                    

~ Happy Reading ~





Hari Senin sudah tiba dan ini waktunya bagi seluruh manusia di bumi menjalankan aktivitas yang akan menguras tenaga dan pikiran seharian.

Begitupun juga dengan Jerome dan Raline yang hari ini sudah di sibukkan dengan berbagai macam kegiatan perkuliahan.

Mereka bahkan tidak sempat berangkat kuliah bersama karena Raline bilang kalau dari pagi sampai siang dia mau mengunjungi butik yang akan dia jadikan tempat untuk pra-magang nya.

Dan saat jam makan siang sudah lewat se-jam, mereka baru bisa bertemu dan makan siang bersama.

"Aku seneng banget deh, ternyata tadi pas aku ke butik nya kebetulan banget ada designer yang sering aku ceritain ke kamu itu. Mana orang nya baik dan sopan banget lagi. Aku jadi nggak canggung pas di suruh perkenalan." ujar Raline yang mulai menceritakan kegiatannya hari ini.

Jerome mengangguk sambil menikmati makanannya dan menyaksikan pacarnya makan dengan lahap.

"Tadi nya aku sempet nggak pede pas ngasih portofolio design aku. Takutnya mereka menganggap kalau portofolio aku kurang memuaskan. Tapi...."

"Tapi apa?"

Dengan senyum lebar yang terpampang jelas di wajahnya, Raline berucap. "Designer itu bilang portofolio aku bagus. Walaupun katanya aku masih harus banyak belajar biar detail setiap gambar nya makin di perhatikan. Tapi aku seneng sama pencapaian aku kali ini."

Jerome mengangguk. Dia menyeka noda bekas makanan yang ada di ujung mulut Raline dengan tisu.

"Kamu udah berusaha semaksimal mungkin, Rell. Mereka pasti nggak akan buta sama hasil kerja keras kamu selama ini."

"Tapi Jer.." ucap Jerome mendadak lesu.

"Kenapa lagi?"

"Katanya mulai besok aku di minta untuk mulai pra-magang disana. Cuma tiga jam doang sih, dari jam delapan pagi sampai sebelas siang."

"Bagus dong. Itu berarti mereka percaya sama kemampuan kamu."

"Tapi kan itu berarti kita jadi lebih jarang ketemu. Dari pagi sampai jam sebelas aku di butik, dan dari jam satu sampai sore aku ambil kelas. Kayaknya kita bakal susah buat ketemuan deh. Belum lagi kamu juga sibuk sama BEM dan tugas kuliah kamu."

"Jangan jadiin hubungan kita sebagai penghalang kamu buat menggapai cita-cita, Rell. Kamu harus profesional, jangan terbebani sama hubungan kita. Lagian kita juga masih bisa ketemu pas weekend kok."

Bibir Raline mengerucut gemas. "Iya kamu benar, Jer. Aku terlalu berlebihan mikir macem-macem padahal belum tentu itu kejadian."

"Apa yang lagi kamu pikirin?"

Raline menatap Jerome dengan tatapan sendu. "Aku sempet mikir kalau kita berdua sama-sama sibuk dan jarang bisa ketemu nanti bisa berakibat buruk sama hubungan kita nggak ya. Kayak tiba-tiba kamu menjauh dari aku atau aku yang tanpa sadar ngejauh dari kamu."

Jerome yang mendengarnya pun menghela nafas panjang. Dia mengusap puncak kepala Raline.

"Kalau kamu mikir jelek kayak gitu nanti malah bikin kamu sendiri yang susah. Semuanya belum di coba tapi kamu udah ketakutan duluan. Kalau gitu caranya gimana kamu mau maju?"

Raline menunduk lesu. Pacaran dengan Ketua BEM yang bijaksana dan cuek seperti Jerome sangat susah di tebak.

"Ya apa salahnya mikir begitu. Aku kan cuma cemas aja."

"Terus kamu mau nya gimana? Batalin pra-magang di butik yang kamu incar dari dulu cuma buat buang-buang waktu nemenin aku?"

"Aku nggak pernah merasa buang-buang waktu kalau lagi sama kamu, Jer."

[2] HATI dan WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang