BAB 41: THE END(?)

1.2K 198 145
                                    

~ Happy Ending ~





Hari itu Raline benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikir Jerome. Jelas-jelas cowok itu yang pertama kali memutus hubungan mereka, tapi kenapa akhir-akhir ini sikapnya jadi berubah drastis.

Jerome bersikap seolah-olah dia tidak pernah berkata 'putus'. Cowok itu berusaha keras untuk menghubungi atau menemui nya diam-diam di belakang Dimas. Tapi tentu saja Raline tidak akan membiarkan itu terjadi. Apapun yang dilakukan oleh Jerome sekarang sudah sangat terlambat.

Sore itu Jonathan datang ke kontrakan nya sambil membawa barang-barang pemberian Jerome yang sudah dia kirim ke rumah Abigail dengan bantuan Mahen.

Tentu saja Raline terkejut dan bingung. Kenapa barang-barang yang sudah dia berikan ke Abigail dengan ikhlas malah kembali kepadanya.

Jonathan tidak menjelaskan nya secara jelas. Cowok itu hanya mengatakan sesuatu yang membuat Raline semakin bingung.

"Kata Jerome barang-barang ini harus dikembalikan ke pemiliknya." hanya itu saja yang dikatakan oleh Jonathan.

Entah maksudnya apa Raline pun masih tidak tahu. Tapi barang-barang itu memang kembali lagi kepadanya dan tidak ada yang kurang.

Dia tidak mau memikirkan masalah ini terlalu serius. Sudah banyak masalah yang melibatkan dirinya, dan kini dia tidak mau di persulit lagi.

Siang itu juga Raline di telepon oleh kakaknya yang ada di Surabaya. Sang kakak bilang kalau dia harus segera kembali ke Surabaya karena ada obrolan penting yang ingin dibicarakan oleh orang tua nya.

Maka sore itu juga Raline langsung pulang ke Surabaya. Dia pulang sendirian, walaupun sebenarnya Dimas sudah menawarkan diri untuk mengantarnya. Tapi kebetulan sekali besoknya Dimas ada keperluan kuliah yang tidak bisa di tunda. Karena itu lah Raline terpaksa harus pulang ke Surabaya sendirian.

Dia sampai di Surabaya dengan selamat. Kakak nya langsung menjemputnya dan mengantar nya sampai rumah. Dia sampai rumah disaat jam sudah terlalu malam dan orang tua nya sudah tidur.

Dan pagi nya saat semuanya sudah selesai sarapan, tiba-tiba ayah nya mengatakan sesuatu yang membuat jantung nya berhenti berdetak beberapa detik.

"Kenapa tiba-tiba banget, yah? Terus gimana sama kuliah aku?" tanya Raline dengan suara yang agak panik.

"Sebelumnya ayah minta maaf, tapi ayah udah mikirin ini begitu tau kabar kalau kamu nggak jadi tunangan sama Jerome. Jadi ayah pikir lebih baik kita pindah ke Paris, karena ayah butuh pengobatan lebih baik disana. Dan kebetulan om Irwan mau nanggung biaya pengobatan ayah dan kehidupan kita selama disana. Bahkan om Irwan juga mau masukin kamu ke sekolah design yang lumayan bagus disana." ucap sang ayah.

Raline sampai tidak mampu berkata-kata saking terkejutnya. Kabar ini terlalu tiba-tiba, dan dia belum bisa memutuskan keputusan nya.

"Rell, ibu sama ayah paham kalau kamu pasti kaget dan nggak bisa langsung nerima tawaran itu. Tapi coba pikirin baik-baik dulu. Kesempatan ini nggak datang dua kali. Lagian ibu juga cukup khawatir ngebiarin kamu tinggal di Jakarta lebih lama. Bukannya ibu nggak percaya sama kamu, tapi ibu pikir kamu butuh suasana baru buat menenangkan hati dan pikiran. Dimas udah cerita apa aja yang kamu hadapi setelah pertunangan kamu dibatalkan. Jadi ibu sama ayah sepakat untuk ajak kamu ke Paris juga. Kamu mau kan, Rell?"

Raline masih tidak menjawab. Dia sangat bingung sampai kepalanya mau pecah sakit rumit nya.

"Apa kamu masih berharap sama cowok yang nggak bisa tanggung jawab sama komitmen nya sendiri? Dia juga bentar lagi mau nikahin mantan pacar yang hamil itu kan?" celetuk sang ayah membuat hati Raline makin mencelos.

[2] HATI dan WAKTUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora