07 : Miracle

30 5 0
                                    

Hari sudah menunjukkan pukul 15.09 dan kini diriku masih berkutat dengan ponsel, menonton serial drama mingguan yang selalu aku tonton setiap minggunya.

"Selesai!" ucapku langsung bangkit dari posisi tidurku lalu meretangkan otot-otot tubuhku yang kaku karena sudah berjam-jam tertidur dengan posisi yang sama. Aku melirik jam didital di sampingku, sudah sore.

"Juhee-ya!" panggil Bunda dari luar kamar yang langsung aku tanggapi dengan keluarnya aku dari kamar. "Ada apa, Bunda?" tanyaku ketika melihat wanita tersebut nampak sibuk sendiri dengan hal yang sama sekali tidak bisa aku cerna. "Ah, ini. Belanja ke supermarket. Makanan di kulkas sudah kadaluwarsa semua."

"Oh, baiklah." Aku mengambil secarik kertas yang diberikan Bunda lalu beralih ke kamar lagi untuk segera berganti pakaian.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Ah, lelahnya." keluhku sembari berjalan melewati beberapa kendaraan pribadi yang melintas di jalan raya. Aku berjalan sembari menenteng satu keresek besar, "jika akh tahu akan seberat dan serepot ini aku tidak akan memilih untuk berjalan kaki." Aku masih terus berjalan sambil memikirkan bagaimana nasibku jika sudah sampai di rumah.

Perjalananku masih sangat jauh, dan kini langkah kakiku bahkan belum sampai di pertengahan perjalanan. Aku sungguh tersiksa. Aku harap Tuhan menurunkan pangeran yang siap menolongku dari kesengsaraan ini.

Tuhan!

Tolong!

Kabulkan!

Permintaanku!

Criitt!

Aku segera menoleh, mendapati sesosok pemuda berpakaian kasual menghentikan sepeda birunya tepat di sampingmu. Lantas aku tersenyum.

"Soobin?" kataku sambil mengerjapkan mata karena masih terkejut dengan kedatangan Soobin.

"Ayo naik."

"Hah?" ucapku bingung, "tidak-tidak, aku berat dan belanjaan ini juga berat. Aku akan menyusahkanmu nantinya." kataku menolak. Tetapi tampaknya Soobin ini tak sabaran dan memilih untuk menarik lenganku. "Hei, hei." kataku memprotes, hampir saja tubuhku terhuyung jatuh jika kakiku tidak dengan sigap menahannya. "Nanti kau akan kelelahan, ayo aku antar saja."

"Iya-iya," kutunjukkan wajah kesalku meski ketika aku hendak beranjak untuk menaiki sepeda tersebut kedua belah bibirku membentuk senyum. Ah, apaan ini? Sejak kapan aku menjadi tsundere?

Grap!

"Sebentar, kau pakai rok." Soobin melepaskan kemeja miliknya lalu menarik sedikit tubuhku dan menghadap wajahnya. Kedua lengannya langsung saja mengaitkan kemeja tersebut ke pinggang rampingku, awalnya aku sempat tersentak dengan perlakuannya yang agak tiba-tiba itu. Tetapi pada akhirnya aku hanya bisa diam melihatnya yang sibuk memasangkan kemeja tersebut. "Sudah."

"Whoa~ kau keren." tuturku memuji tindakannya—yang sejujurnya sedikit membuatku berdebar. Hehe.

"Sambil kita menuju rumahmu nanti, tolong tunjukkan aku arah rumahmu, ya."

Aku mengangguk.

"Naiklah." Aku tersenyum untuk mengiyakan. Aku mulai mendudukan bokongku di bangku belakang lalu lengan kiriku aku letakkan pada pinggul milik Soobin. "Maaf, ya, aku memegang pinggangmu. Jika tidak begitu aku akan terjatuh." setelah aku mengucapkan itu lengan kanan Soobin terulur ke belakang. Lalu aku kebingungan. "Apa?" tanyaku.

Lengan kanannya yang terulur ke belakang itu mulai bergerak merangkai kata. "Kemarikan barang-barangmu, aku saja yang membawanya." itu kalimat yang berhasil aku tangkap darinya.

Oh, Tuhan.

Aku tersentuh.

Tampaknya, Soobin adalah pangeran yang diturunkan Tuhan untukku.

Kemudian aku menyerahkan kantong keresek tersebut kepada Soobin, dan lengannya yang terulur ke belakang itu langsung kembali terulur ke depan, ia meletakkan kantong keresek berbobot tersebut ke keranjang sepedanya.

Setelahnya, tanpa aba-aba sepeda Soobin berjalan dengan pelan. Dan untungnya aku tidak terkejut karena aku sudah terlebih dahulu memegang pinggang Soobin.

Semilir angin sore menerpa wajahku, Soobin tampaknya mendayuh dengan hati-hati sehingga aku pun nyaman di belakang sembari memandangi langit yang mulai berubah warna menjadi jingga.

Kedua netraku terpejam, menikmati angin sore hari itu. Sambil memeluk erat pinggang Soobin yang ramping aku menyenderkan kepalaku ke punggung Soobin. "Tuhan, aku harap kita lebih sering lagi seperti ini." monologku.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Daaah, Soobin~" Aku melambaikan lengan kananku sebagai tanda perpisahan. Sampai punggung Soobin melenggang pergi dari kawasan rumahku barulah aku beranjak untuk masuk ke dalam rumah.

Ceklek!

"Aku pul—"

"Ohoo~ siapa itu?"

"Pacarmu?"

Suara Bunda yang ternyata menungguku di depan pintu mengejutkanku. Aku mengelus dadaku yang sempat seperti tersetrum listrik saat melihat Bunda di depan pintu.

"Cih, apa-apaan, bukan tahu!" Aku memberi tahu dengan tegas. "Teman?"

"Iya, kami teman." Aku beralih menepikan tubuh Bunda yang menghalangi jalanku, dan ketika sudah memasuki ruang tamu aku langsung menubrukkan tubuhku di atas sofa berwarna abu-abu tersebut.

"Ahhh, lelahnya." Bunda melangkah mengambil keresek belanjaan yang kubawa tadi. "Terima kasih, ya. Bunda menyayangimu."

"Cih! Ya, sama-sama." Aku mengambil remote televisi di atas meja. Menyalakan televisi, siaran yang pertama kali muncul ketika aku menyalakan televisi adalah acara survival kpop idol laki-laki.

"Perkenalkan dirimu, Nak."

"Perkenalkan namaku Park Jong-ho, asal Korea selatan, Busan."

"Wow, cukup tampan." gumamku mulai tertarik untuk menontonnya.


── ⋅ ⋅ ── ✩ ── ⋅ ⋅ ──

[ EPILOG ]

Soobin yang baru saja dari kedai tempatnya bekerja itu mendayuh kayuhan sepedanya dengan kecepatan normal. Ketika ia menyadari bahwa dirinya menemukan sesosok gadis dengan rambut terkuncir kuda itu berjalan dengan tergopoh-gopoh di trotoar jalanan menenteng sebuah keresek putih berukuran besar, Soobin memilih untuk menepi di pinggir, mendayuh sepedanya lebih pelan. Karena kasihan (awalnya) Soobin memutuskan untuk menghampiri gadis tersebut.

Namun entah keajaiban dari mana, Soobin malah menemukan fakta bahwa Juhee adalah si gadis berambut kuncir kuda tersebut.

Ia tersenyum ketika menemukan wajah keheranan gadis tersebut.

Dunia ini memang terlalu sempit untuk mempertemukan dirinya dengan Juhee.

"Soobin?"

dear sunshine, soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang