21 : Hi, Leukimia

37 4 0
                                    

Jam digital di ponsel Soobin sudah
menunjukkan pukul sembilan malam. Niatnya setelah ia berkemas untuk pulang Soobin akan pergi ke rumah sakit. Ia merasa akhir-akhir ini ia mudah sekali mimisan tanpa sebab, bahkan dalam keadaan tidak lelah sama sekali pun ia tetap saja mimisan, dan pikir Soobin itu sangat aneh.

Ting!

Ponsel Soobin menyala dalam kantung coat hitamnya, ia segera mengambilnya untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan.

MESSAGE

Juhee 🐈 : halo, Soobin!

Juhee 🐈 : malam ini dingin sekali, lho! Kalau kau sedang berada di luar jangan lupa memakai syal supaya etap hangat dan juga membeli penghangat tangan, ya!

Soobin : terima kasih sudah diingatkan, kau sedang di rumah, kah?

Juhee 🐈 : iya! Bunda hari ini sudah pulang dan katanya dia sudah pensiun jadi Bunda tidak lagi pergi meninggalkanku.

Soobin : oh, syukurlah .. aku turut berbahagia untukmu.

Soobin : Juhee sudah, ya, aku akan keluar sebentar lagi. Daaah~

Juhee 🐈 : baiklah! Hati-hati!

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Sudah berapa lama ini terjadi?"

"Sekitar satu minggu, ah, dan juga napasku agak pendek dari biasanya." tulis Soobin di buku notes kesayangannya. Dokter wanita berparas cantik itu mengangguk, jari-jemarinya segera mengetik sesuatu di dalam komputernya.

"Ada keluhan lain? Bintik merah pada kulit? Atau akhir-akhir ini kau demam?"

"Ah, waktu itu aku pernah demam tinggi sekali. Juga aku merasakan kehilangan berat badan setelah sembuh dari demam, padahal aku sudah menambah porsi makanku dari yang biasanya."

"Aku curiga kau mengidap leukemia, jadi sekarang kita tes dulu." dokter wanita tersebut bangkit dari kursinya mengambil kotak stainless dan jarum suntik. "Kau sudak makan? Aku akan mengambil darahmu untuk di tes."

Soobin mengagguk, "bagus." sang dokter menggiring Soobin untuk terlentang di atas bangsal. Sosoknya tengah bersiap untuk mengambil sampel darah milik Soobin.

"Sambil aku mengambil darahmu, aku akan terangkan beberapa hal dulu, ya."

"Pertama-tama, aku akan menjelaskan tentang leukimia terlebih dahulu, ya. Supaya kau paham jika seandainya hal-hal yang aku ucapkan itu terjadi segeralah ke rumah sakit untuk menerima perawatan."

Soobin mengangguk lagi.

"Leukemia adalah kanker jaringan pembentuk darah, termasuk tulang sumsum. Banyak pasien dengan jenis leumikia yang lambat berkembang tidak memiliki gejala. Leukimia yang cepat berkembang dapat menyebabkan gejala yang termasuk kelelahan, penurunan berat badan, sering infeksi, dan mudah berdarah atau memar."

"Tetapi semua gejala itu tidak boleh didiagnosa sendiri, harus ada dokter yang mendiagnosa."

"Selanjutnya, tentang tes darah."

"Tes darah dilakukan dengan mengambil sampel darah dari vena di lengan. Tes ini bertujuan untuk melihat  jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Dengan melihat sampel darahmu, aku atau dokter yang lain dapat menentukan apakah kau memiliki kadar sel darah, khususnya sel darah putih, yang tidak normal. Tes darah juga dapat menunjukkan adanya sel-sel leukemia (sel blast)."

"Namun, pemeriksaan leukemia atau diagnosisnya tidak hanya lewat tes darah. Harus dibarengi pula dengan tes sumsum tulang. Ini karena tidak semua jenis leukemia menyebabkan sel-sel leukemia bersirkulasi dalam darah." Soobin mengagguk paham.

"Sudah,"

"Mungkin ini akan membutuhkan waktu sekitar delapan jam untuk mengeceknya, hasilnya nanti aku akan kirim lewat surel. Sekarang kau boleh pulang."

Soobin mengagguk paham, ia segera beranjak dari sana.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

Soobin sampai di rumahnya, ia menutup pintu menggantung coatnya dan meletakkan sepatunya dengan rapih di atas rak sepatu kemudian beralih memakai sandal khusus rumah. Kaki jenjangnya mulai melangkah menuju ruang tamu. Setelah sampai ia langsung mendudukan bokongnya di sana. Sembari menghela napas, ia membuka setengah lengan kemeja putihnya lalu melihat lengan kirinya yang dipenuhi memar yang membiru dan bintik-bintik merah di sana.

Kenyataannya, Soobin sudah tahu ia sebentar lagi akan meninggalkan dunia untuk menyusul Ayahnya dan juga sang Ibunda yang tidak pernah Soobin lihat sebelumnya. Ada rasa bahagia yang menyelimuti batinnya, tapi juga ada rasa sedih yang membuatnya terasa tercekik.

Song Juhee. Juhee adalah alasannya mengapa dirinya begitu sedih hingga rasanya seperti akan tercekik. Gadis yang ia begitu cintai itu, apakah akan menerima keadaan dirinya yang akan meninggalkan dunia ini?

Apakah dia akan tabah dengan segalanya? Tidak, tentu saja. Dia akan menderita jika mengetahuinya. Keadaannya bisa lebih parah dari waktu ke waktu. Karena Soobin tahu, Juhee mencintainya dengan sepenuh jiwa.

Ting!

Ponsel Soobin bergetar di dalam saku, lengan kanan Soobin beralih untuk mengambilnya. Layar kunci Soobin menunjukkan sebuah notifikasi g-mail yang bertajuk 'hasil tes darah Choi Soobin'

Ini belum delapan jam berlalu, tetapi hasil tes darah sudah keluar. Jemarinya membuka notifikasi tersebut, kedua netranya membaca isi surel tersebut dengan hati-hati.

Tahap pertama pengecekkan tes darah, pasien Choi Soobin dinyatakan mengalami gejala leukimia. Terbukti kami menemukan sel darah putih yang tidak normal di dalam darah Anda.

Untuk tahap pengecekkan berikutnya silahkan datang besok.

Terima kasih.

Selama membaca isi surel tersebut Soobin tidak sama sekali bernapas, kedua netranya berkaca-kaca. Akhir hidup dan cintanya akan lebih mengenaskan dari dugaannya.

Ia meletakkan ponselnya ke atas meja, kedua tangannya mengusap wajahnya dengan frustasi.

Sekarang tinggal Soobin yang harus menentukan takdir untuk akhir dari segalanya. Meninggalkan dunia dalam diam, atau meninggalkan dunia dengan menggores luka pada orang yang dicintainya.




Catatan khusus :

Maaf untuk beberapa kesalahan aku untuk penjelasan tentang penyakit leukimia ataupun beberapa kesalahan ciri-ciri, gejala dan lain-lain. Karena aku sendiri pun baru saja mempelajari tentang penyakit ini secara otodidak karena novel ini, jadi aku semaksimal mungkin untuk tidak membuat kesalahan dalam menulisnya. Untuk kalian yang mengerti dan tahu letak kesalahannya mohon beri tahu aku, ya! 💗

Terima kasih!

dear sunshine, soobin ✓Where stories live. Discover now