Epilog chapter one

36 2 0
                                    

DISARANKAN UNTUK MENGGUNAKAN LATAR BERWARNA PUTIH.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear Sunshine, Song Juhee-ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dear Sunshine, Song Juhee-ku.

Apa kau menangis lagi hari ini?
Nampaknya aku tidak perlu menanyakan bagaimana kabarmu, karena aku tahu kau tengah rapuh. Kau telah lama mengeluh akan runtuh. Telah lama aku memperhatikanmu dan menemukan engkau yang malu-malu dan terus termangu.

Sayang, Meskipun kau tersenyum menutupi segala perih, aku tahu kau tengah memaki-maki diri sendiri karena ketidakbisaanmu menahan segala jerih.

Kau berpikir kau tidak bisa apa-apa, bukan? Kau bingung memilih banyak jalan, bukan? Banyak masalahmu berkelindan, bukan? Kau merasa tidak ada yang mempedulikanmu, bukan? Kau pastilah sudah bosan dengan rasa cemasmu, bukan?

Kemarilah sayang,

Biar kupeluk erat tubuhmu yang telah rapuh, hingga tulang-tulang yang hendak luruh itu kembali terikat dengan kukuh.

Jika tidak ada yang menyadari badai hebat dalam dirimu dan betapa kuatnya perjuanganmu dan peluhmu memikirkan orang lain sepanjang waktu. Ah biar aku saja yang tahu.

Sayang,

Biar kuberitahu kacamatamu telah lama berdebu. Pandanganmu telah kabur. Kau buta dengan pikiran cemas yang fana. Biar kuberitahu bahwa masih banyak orang yang berbaik hati mendukungmu, mereka mendoakanmu dalam setiap doa yang tak jemu. Hanya saja kau tak tahu. Kau bahkan lupa bahwa aku ada disini. Kau bahkan lupa kebahagiaan yang menumpuk di sudut-sudut hati.

Sudahkah kau bersyukur hari ini? Jika kau lupa, mungkin itu alasan mengapa kau tak bahagia. Pesanku, pindahkan energimu yang dulu kau fokuskan pada cemasmu kepada Penciptamu. Biar Dia yang urus segala resah gelisahmu. Ketahuilah pula, ada aku yang menyayangimu.

Dari yang tersayang, Soobin.

Surat tersebut tertutup bersama dengan air mata yang mengalir di atasnya.





LIMA TAHUN KEMUDIAN

Ansan, 06 Januari 2023

SONG JUHEE

Juhee masih terduduk di depan pusara Soobin. Sudah lima tahun berlalu sejak kematian pacarnya namun sepertinya perempuan itu belum bosan menjaga batu nisan Soobin. Kantung matanya terlihat gelap, kulit putihnya terlihat pucat, kukunya terlihat panjang dan kotor, dan binar matanya meredup seakan gairah hidupnya turut mati bersama Soobin.

Kepul asap rokok kembali memenuhi udara. Botol soju—entah yang ke berapa-kembali digenggamnya, ditenggaknya tak sabar cairan mengandung alkohol itu. Juhee sebenarnya bukan seorang perokok ataupun peminum berat, kematian Soobin membuatnya berlari ke arah yang tak tepat. Berharap alkohol bisa membuatnya sedikit mengusir rasa kesepian.

Air mata perempuan kembali merembes yang kemudian diusapnya kasar. "Kau sepertinya begitu suka melihatku menderita, ya?" isaknya sambil menatap marah ke arah batu nisan, seolah Soobin duduk di sana, melihatnya dan menertawakannya.

"Kenapa Tuhan memberi kita waktu yang sangat sedikit Soobin?" suara Juhee memelan meski air matanya kian deras. Ia tenggak kembali alkohol dalam genggamannya hingga tandas. Juhee memeluk kedua lututnya dan kembali menyembunyikan tangisnya.

Dia masih ingin bertanya pada Soobin meski jawaban tak akan pernah dia dengar. Ajakan teman dan kerabat untuk pulang tak ia hiraukan. Panas yang menyengat atau hujan lebat tak sedikit pun membuatnya enggan. Berharap sedikit aksi nekatnya bisa menghidupkan kembali pacar tercintanya.

"Soobin-ah," kini suara Juhee terdengar serak, entah karena tangis atau karena terlau banyak meminum alkohol. "Kau ingat saat pertama kali kita bertemu? Itu sangat menggemaskan. Kau begitu lugu dan polos. Bahkan aku sampai tidak menyangka kau akan menciumku di halte hari itu."

"Haah, astaga. Aku terlalu merindukanmu, Soobin."

"Juhee-ah," panggil seseorang lalu sedetik setelahnya Juhee merasakan tubuhnya yang menggigil itu langsung menghangat.

"Aku sungguhan akan melupakanmu Soobin."

"Aku harus hidup bahagia meski kau jauh di atas sana, bersama Ayahmu."

"Ada orang lain yang menunggu untukku bahagia." lelaki yang memeluk Juhee tersenyum. "Kau perempuan hebat. Aku kagum."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
dear sunshine, soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang