18 : Bloody birthday

29 4 0
                                    

Ansan, 18 Agustus 2016

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ansan, 18 Agustus 2016

Hari ini Juna berulang tahun. Juhee, Ibu dan Ayah menyiapkan sebuah kejutan kecil-kecilan untuk si sulung. Ketiganya bergotong royong untuk menghias ruang tamu sedemikian rupa. Mulai dari balon-balon yang berwarna-warni, hingga hiasan pernak-pernik berkarakter kura-kura.

Saat Ayah mulai menyibukkan diri dengan menempelkan hiasan pada dinding, Juhee dan Ibu beralih ke dapur untuk menyiapkan kuenya. Terdengan sebuah pemanggang dari dapur yang berbunyi; tanda bahwa kua sudah matang.

Ibu sesegera mungkin mengambil kue tersebut dari panggangan, sedangkan aku mulai menyiapkan bahan-bahan penghias kue.

"Huh, panas." ucap Ibu meletakkan kuenya, lalu Juhee terkekeh. Dan keduanya menunggu sampai kue itu setidaknya bisa disentuh eh tangan.

Mungkin menunggu kisaran sepuluh menit sampai uap dari kue tersebut sedikit menghilang. Juhee segera mengambil sarung tangan plastik lalu memakaikan sarung tangan juga ke ibunya.

Kemudian lengan kirinya beralih mengambil sebuah adonan putih yang sudah dimasukkan ke dalam paping bag. Adonan tersebut di limpahkan nya ke atas kue berwarna cokelat gelap tersebut, sang ibu tersenyum hangat sembari mengamati.

Sampai hampir dua puluh menit Juhe dan Ibu menghias kue, akhirnya kue cokelat penuh cinta itu sudah selesai di hias.

"Kerja bagus, Bunda!" Juhe dan sang Ibu berjabat tangan dan saling memeluk satu sama lain.

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Selamat ulang tahun!" Pemuda bersitai panjang dan hitam itu baru saja masuk dan seketika langsung membeku ketika ucapan selamat ulang tahun menyapa pendengarannya. Ayahnya berdiri menopang kue dengan aneka ragam hiasan di atasnya dengan semangat.

Lalu Juna merotasikan kedua bola matanya lagi, "kali ini tidak bisa dirayakan bersama-sama karena apa?"

Senyum sang Ayah mendadak sirna, "maaf," sesalnya.

"Bunda hari ini terpaksa harus ke Soul karena kantornya membutuhkan Bunda, sedangkan Juhee, pacarnya—Kang Taehyun baru saja kecelakaan. Jadi dia harus ke rumah sakit."

Juna menghela napasnya jengah. "Sudah tiga kali berturut-turut, Ayah."

"Maaf, Juna."

"Tahun pertama, Ayah sakit parah dan Juhee harus pergi karya wisata."

"Tahun kedua, Bunda ada jadwal ke luar negeri untuk klien."

"Tahun ketiga dan tepatnya hari ini, pacar Juhee kecelakaan lalu Bunda ke Soul karena kantor membutuhkannya." Pria di hadapannya memandangnya dengan sendu. Ia meletakkan kue tersebut ke atas meja.

"Permintaanku tidak banyak, aku hanya ingin ulang tahunku dirayakan bersama keluargaku dengan lengkap sekali saja."

"Apa sebegitu sulitnya?"

Mata Juna mulai berair, pria di hadapannya membawa langkah kakinya untuk menghampiri sang Anak. "Maaf, Juna. Maaf .."

Namun ketika hendak memeluk tubuh sang putra tiba-tiba saja Juna mendorong tubuh ringkih itu dengan keras, ia menolaknya. Sehingga tubuh itu terhyung dan terjatuh ke lantai serta kepala sang Ayah yang membentur ujung meja yang berbahan kayu.

Tubuhnya secara otomatis terdorong untuk segera menghampiri Ayahnya yang sudah bersimbah darah di sana. Juna panik, panik sekali, ketika ia merasakan bahwa tubuh Ayahnya sudah melemah karena banyaknya darah yang keluar dari kepalanya.

Juna menangis saat itu juga, sambil memangku kepala Ayahnya. "Maaf, Ayah, maaf," lirih Juna memohon.

Ia beralih mengambil ponsel di sakunya, tetapi ketika ia hendak memanggil ambulan tiba-tiba saja tindakannya dicegat. "T-ida-k per-lu .." ucap Ayahnya sembari mengembangkan senyumnya. "Tida-k per-lu takut, ini b-ukan kes-alahanmu, Nak."

Juna menggeleng, air matanya terus jatuh membawahi wajah sang Ayah. "Se-lamat ulang tahun .."

"Ayah! Tidak! Jangan begitu!" tangis Juna semakin pecah, kesadaran Ayahnya sudah mulai memudar. Secara perlahan kedua netra itu mulai meredup. "Jangan p-ernah merasa bersalah dengan ini."

"Ini mungkin ganjaran dari Tuhan untuk Ayah yang selalu mengabaikanmu. Maafkan Ayah, ya."

Setelahnya semesta Juna seakan diberhentikan saat itu juga. Benar-benar terhenti sampai-sampai Juna lupa bagaimana cara bernapas.

dear sunshine, soobin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang